Minggu, 04 Juli 2010

NASKAH DRAMA FURNAMA RHAMA DONA

1.
KASIH SAYANG PARA ORANG TUA

Pemain :
1. Adis : Seorang gadis manis berusia 23 tahun
2. Putra : Kekasih Adis yang merupakan anggota TNI
3. Rosa : Ibunda Adis
4. Hendra : Ayahanda Adis
5. Ratna : Ibunda Putra
6. Bi Siti : Pembantu Rumah Tangga Adis

Cerita ini berawal dari kisah cinta yang di jalin oleh dua insan yaitu Adis dan Putra. Keduanya saling mencintai hingga akhirnya hubungan mereka harus diuji oleh latar belakang Adis yang ternyata bukan anak kandung dari keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Skenario I
Latar : di restoran

Putra : Sudah lama menunggu sayang?
Adis : Lumayan...tapi aku maklum kamu kan selalu telat.
Putra : Maaf sayang, aku kan baru pulang tugas (sambil memohon pada Adis)
Adis : Iya deh…dari pada enggak datang sama sekali.
Putra : Jadi enggak ikhlas nih maafinnya (seraya merayu Adis)
Adis : Ikhlas...ikhlas kok. Kita ketemu di sini kan buat ngomongin masalah pernikahan kita. Jadi langsung ke intinya aja ya. Kita mau pakai adat apa?
Putra : Kalau aku terserah kamu aja sayang, aku percaya sama kamu sepenuhnya.
Adis : Ok kalau begitu...
Putra : Iya sayang...aku berniat menikahimu karena aku percaya sepenuhnya sama kamu dan aku ingin hanya kamu yang menjadi ibu dari anak-anakku.
Adis : Baiklah kalau begitu, semoga kita dapat menjalanimya dengan baik.
Adis dan Putra memang tak lama lagi akan melangsungkan pernikahan. Kedua keluarga masing-masing sudah merestui. Putra yang merupakan anggota TNI sangat menyayangi Adis yang berprofesi sebagai seorang dokter muda.

Scenario II
Latar : di rumah Adis

Hendra : Adis...mari sini nak, ada yang ingin papa dam mama bicarakan padamu.
Rosa : Papa yakin ingin menceritakan semuanya pada Adis (sambil berbisik).
Adis : Ada apa Pa...Ma...? sepertinya serius sekali.
Hendra : Begini Adis, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Putra dan itu artinya kamu akan belajar menjalani kehidupan bersamanya. Papa dan Mama merestuimu nak... namun di sini Papa dan Mama harus membuat suatu pengakuan.
Adis : Maksud Papa apa????? Pengakuan apa Pa?????
Rosa : Pa...lebih baik janga sekarang (sambil memegangi tangan Papa Adis).
Adis : Apa Ma??? Adis mohon katakanlah Pa....
Hendra : Cepat atau lambat Adis pasti akna tahu Ma...dan Papa rasa sekarang adalah waktu yang tepat. Tetapi, Papa mohon Adis jangan marah sama Papa dan Mama...
Adis : Baiklah Pa, Adis enggak akn marah sama Papa dan Mama. Katakanlah.
Hendra : Sebenarnya Adis bukanlah anak kandung Papa dan Mama.

Hening sejenak...tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Adis, Papa Hendra dan Mama Rosa. Bagai petir yang tiba-tiba datang di siang hari, ucapan Papa Hendra meluluhlantahkan hati Adis. Seakan tak percaya pada kenyataan. Butiran air mata Adis mulai membasahi pipinya yang lembut.

Adis : Mengapa Papa dan Mama tega mengatakan hal itu pada Adis? Katakan semua itu bohong Ma ( sambil memegangi tangan Mama Rosa).
Rosa : Papa benar Dis, Adis memang bukan anak kandung Papa dan Mama. Namun, Papa dan Mama sangat menyayangi Adis seperti anak kandung Papa dan Mama nak. Mama moho anggaplah Mama dan Papa ini seperti orang tua kandungmu. Mama mohon jangan pernah tinggalkan kami nak..(sambil menangis tersedu-sedu).
Adis : Lalu siapa orang tua kandung Adis Ma? Dan mengapa Papa dan Mama baru memberitahu Adis sekarang di saat Adis akan melaksanakan pernikahan?
Rosa : Mama dan Papa tidak mengetahui siapa orang tuamu sebenarnya nak...kamu Mama temukan di depan pintu rumah saat hujan deras dan Mama menganggap kamu adalah karunia dari Tuhan yang diberikan untuk Mama nak.
Adis : Tidak Ma...Adis harus mengetahui siapa orang tua Adis sebenarnya sebelum Adis menikah dengan Putra. Adis ingin ayah kandung Adis yang menjadi wali pada pernikahan Adis nanti Pa.
Hendra : Tapi nak…mau cari kemana orang tuamu, Papa sama sekali tidak mengetahuinya nak.
Adis : Entahlah Pa...yang jelas Adis ingin berusaha dan semoga Tuhan akan membantu Adis. Adis mohon doanya Pa, Adis tetap menyayangi kalian…Adis hanya ingin mengetahui siapa jati diri Adis sebenarnya.

Adis langsung meninggalkan rumah dan kedua orang tua yang telah dengan ikhlas membesarkannya dengan perasaan yang tak karuan. Kecewa karena ternyata Adis bukanlah anak kandung dari Papa Hendra dan Ibu Rosa.
Sebisa mungkin Adis mencari tahu tentang jati dirinya. Pernikannya dengan Putra sempat tertunda karena Adis benar-benar ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya. Untunglah Putra mengerti dengan keadaan yang dialami Adis.

Skenario III
Latar : di rumah Adis

Bi Siti : Sudah tiga hari berlalu, non Adis belum juga kembali nyonya.
Rosa : Iya Bi...walaupun Adis bukanlah anak kandung kami, namun kami menyayanginya dengan tulus Bi, kami menemukannya di depan pintu rumah ketika hujan deras 23 tahun yang lalu.
Bi Siti : Nyonya tidak perlu menceritakan sama saya. Karena saya sudah mengetahui semuanya. Sayalah seorang ibu yang tega membuang anaknya. Sayalah ibu Adis. Saya terkutuk. Saya menyesal. Saya bersalah, hukumlah saya Nyonya.
Rosa : Apa Bi? Katakana ini hanya lelucon Bi…
Bi Siti : Tidak Nyonya, saya benar. Sayalah ibu kandung non Adis. Ayahnya sudh meninggal. Maka dari itu saya takut tidak dapat menafkahinya dengan baik.
Rosa : Ya Allah Bi, Tuhan memberikan anak berarti Tuhan percaya sama Bibi. Kenapa Bibi berfikir sebodoh itu? Adis harus mengetahui hal ini.
Bi Siti : Jangan Nyonya ...saya takut Adis tidak mau mengakui saya sebagai ibunya.
Rosa : Percayalah Bi...selama ini saya besarkan Adis dengan kasih sayang yang tulus. Percayalah Bi, Adis akan mengakui Bibi sebagai ibu kandungnya. Karena Adis begitu memimpikan belaian kasih sayang seorang ibu...terlebih ibu kandungnya Bi.

Skenario IV
Latar : di rumah Adis

Hendra : Sekarang semua sudah berkumpul. Adis, Putra dan mamanya Ibu Ratna, saya dan mamanya Adis. Sebagai seseorang yang mencintai Adis dengan tulus, dapatkah Putra menerima Adis apa adanya? Nak Putra dan Ibu Ratna sudah mengetahui Adis bukanlah anak kandung kami.
Putra : Saya mencintai Adis dengan tulus Pa dan saya tidak perduli kalau Adis bukan anak kandung Papa dan Mama. Bagi saya, Papa dan Mama sudah Putra anggap seperti oran tua Putra sendiri.
Ratna : Benar Pak...kedua anak kita saling mencintai, berdosa bagi kita jika memisahkan mereka hany karena Adis bukan anak kandung Ibu dan Bapak. Adis sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri.
Hendra : Syukurlah kalu begitu.
Adis : Papa janji hari ini akan memberitahu siapa orang tua Adis sebenarnya kan Pa?
Hendra : Iya nak... Papa juga baru mengetahui dari mamamu. Kamu sudah lama mengenalnya dan kamu juga menyayanginya.
Adis : Siapa Pa? (mendesak)
Hendra : Bi Siti nak...
Hendra : Benar nak, ada baiknya Bi Siti sendiri yang menjelaskannya.

Dengan perasaan hancur Adis mendengarkan penjelasan Bi Siti yang pada 23 yang lalu telah meletakkannya di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Bi Siti :Ibu memang bersalah nak telah membuangmu begitu saja di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa, namun waktu itu ibu khilaf nak, bapakmu telah meninggal karena sakit, Ibu takut tidak bisa membuatmu bertahan hidup. Maka, dari itu ibu mengambil jalan yang salah, ibu maklum jika Adis tidak bisa menerima ibu karena perlakuan ibu yang salah nak.
Adis : Tidak Bu...Ibu tetaplah ibu yang Adis damba dan banggakan. Kasih sayang yang ibu berikan telah Adis rasakan sejak Adis kecil dan ibulah yang mengasuh Adis dengan penuh kasih sayang. Dan untk Putra, kenyataan telah terbukti. Aku hanyalah anak dari seorang pembantu rumah tangga. Apakah kamu masih ingin menjalani hidup denganku? Karena jika kamu pun tak mau, tak apa Putra, aku tetap memilih ibu yang telah lama aku impikan.
Putra : Mengapa kamu bicara begitu sayang. Aku akan tetap menjalani kehidupan bersamamu. Orang tuamu adalah orang tua juga. Kita patut beryukur kita di karuniai bukan empat orang tua melainkan lima.
Akhirnya Adis dan Putra menikah dengan restu orang tua dan hidup bahagia dengan para orang tua yang menyayanginya.

NASKAH DRAMA RIA PERMATA SARI

1.
PERGI TAK KEMBALI

Para pemain:
1. Ani 5. Anton 9. Yosa
2. Ika 6. Asna
3. Ilham 7. Ibu Anton
4. Rachel 8. Ibu Rachel



ADEGAN PERTAMA
Latar : di ruangan kelas sekolah yang sederhana, Ika dan Siska sedang asyik berbincang-bincang sambil menuggu bel masuk berbunyi.

Ani : Sis, ada apa dengan Lita akhir-akhir ini aku lihat dia agak murung, oh iya jadi enggak rencana liburan kita akhir semester ini.
Ika : aku juga heran, mungkin Rachel lagi ada masalah sis tapi kenapa dia enggak mau cerita sama kita , insyaallah jadi dong.
tiba-tiba datang yosa dengan tergesa-gesa dan nafas terengah-engah.
Yosa : alhamdulilah ternyata belum masuk ya…aku kira udah telat. Biasanya kan ibu Letti sudah masuk kelas lima menit sebelum bel berbunyi.
Ani : dasar tukang molor…ngapain aja kamu semalam sampai-sampai kesiangan bangunnya.
Yosa : biasa nonton bola cuyy…
Ika : makan tu bola…..
Yosa : kalian berdua ini syirik aja jadi orang, kalian tau enggak semalam club favoritku main makanya aku bela-belain nonton pertandingan mereka sampai selesai.
IKa : ngomong-ngomong Rachel kemana kok belum datang jam segini. Apa dia enggak masuk hari ini ??
Ika menghampiri meja guru sambil membuka-buka absen murid, dan tak sengaja melliat surat yang terkapar diatas meja
Ika : inikan surat izin dari Rachel, dia tidak masuk keterangannya sakit.
Ani : pantesan aja uda jam setengah tujuh dia belum datang, sudah ku duga pasti dia tidak masuk.
Yosa : tuch liat si Anton sudah mondar-mandir di depan kelas kita pasti dia nungguin Rachel, benar –benar cinta mati tu anak dengan Rachel. Uda di tolak berkali-kali masih aja pantang menyerah.
Anton : Ilham, Rachel uda datang belum….ada yang ingin aku sampaikan padanya.
Ilham : kelihatannya belum datang tuch,,,Tanya saja dengan teman-temannya.
ADEGAN KEDUA
Latar : di taman sekolah. Ani, Ika dan Yosa sedang asyik membaca sambil berbincang-bincang.
Anton : Ika, Rachel tidak masuk ya hari ini? Boleh aku titip sesuatu untuknya.
Ika : iya, dia sakit. Emang kamu mau titip apaan?
Anton : surat. Aku harap surat itu benar-benar sampai ke tangan Rachel. Sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas pertolonganmu.
Ika : tenang aja,,pulang nanti rencananya kami akan membesuk Rachel, nanti aku sampaikan padanya.
Anton : terima kasih ya….sudah mau membantuku.
Anton berlalu di hadapan kami dan langsung menuju kantin sekolah.
Ani : aku salut melihat Anton ternyata dia sungguh-sungguh mencintai Rachel. Tetapi aku heran kenapa Rachel sama sekali tidak memperdulikan sikap Anton padanya.
Ika : mungkin Rachel masih ragu akan perasaan Anton kepadanya. Kita do’akan saja yang terbaik untuk Rachel. lagi pula Rachel belum di restui mamanya untuk pacaran. Aku yakin Rachel tau yang terbaik untuk dirinya.
Yosa : semoga saja, aku harap Anton juga tulus mencintai Rachel.

ADEGAN KETIGA
Latar : di rumah Rachel
Ani : kenapa kamu enggak menelponku? Kamu sakit apa buq?? Ne baca tuch…. ada titipan dari Anton untukmu.
Rachel : Cuma demam biasa kok teman-teman, tadi pagi mendadak badanku panas sekali dan kepalaku teras a pusing (sambil membaca surat dari Anton lalu menghela nafas panjang)
Ika : apa isi surat dari Anton hel,aku jadi penasaran.
Rachel : dia mengungkapkan isi hatinya lagi, aku bingung harus bagaimana lagi menghadapi dia. Sudah berulang kali aku tolak tetapi tetapi tetap saja semangatnya semakin membara.
Rachel ada temanmu menunggu di depan…sayup-sayup terdengar suara teriakan mama
Rachel : iya ma, suruh masuk ma. Suruh ke kamar Rachel aja.
Yosa : siapa hel yang datang? aku jadi penasaran.
Terdengar jejak langkah menuju kamar Rachel…..
Rachel : Anton….ngapain kamu ke sini, bukannya hari ini kamu ada Les piano.
Anton : aku bolos hel, aku khawatir dengan keadaanmu. Makanya aku datang ke rumahmu. Hel aku enggak bisa membohongi perasaan ini, aku benar-benar menyayangimu.
Rachel :makasih ton, kamu udah menyayangiku tapi maaf banget mungkin lebih baik kita berteman saja aku harap kamu juga mengerti akan perasaanku. Untuk saat ini aku mau fokus sekolah, enggak mau mikir yang macam-macam dulu dan juga sebentar lagi kita juga mau ujian akhir.
Anton : (hanya tertunduk lesu mendengar ucapan Rachel, terdiam tanpa kata).
ADEGAN KEEMPAT
Latar : di sekolah
Ani : hel, temenin aku ke kantin. Aku haus banget.
Asna : hel aku mau bicara empat mata dengan mu. Apa sich mau kamu itu, Anton itu benar-benar menyayangimu tapi kenapa kamu enggak mau meneima cinta dia. lihat di sudut taman itu.
Rachel : (menoleh kea rah yang ditunjuk Asna, disana ada Anton dengan wajah murung dan meneteskan air mata di sampingnya ada Ilham yang mencoba menenangkan Anton). Jadi kamu maunya aku bagaimana.
Asna : Tidak kasihan kamu melihat Anton, bayangkan Hel sudah sejak kelas satu dulu dia mengemis cintamu . Kamu itu memang tidak punya perasaan Hel, aku tak menyangka kamu sekejam itu.
Rachel : kamu tidak mengerti perasaanku Asna, kamu cuma bisa menghakimi seseorang tanpa tahu alas an yang pasti kenapa aku berbuat ini pada Anton.
(BerLari masuk ke kelas sambil menangis menutupi mukanya dengan tas).
Ani : ada apa Hel kok kamu menangis, apa yang sebenarnya terjadi?
Rachel : enggak apa-apa Ani…tolong tinggalin aku sendirian, aku pengen sendiri dulu.
Ani :Ika, kenapa dengan Rachel, kok dia nangis?
Ika : aku juga tidak tau An, tadi dia habis berbicara sesuatu dengan Asna. Hel kamu kenapa? Kalau lagi ada masalah ceita dong sama kita. Siapa tau kita bisa bantu….
Rachel : apa aku salah dengan tindakanku terhadap Anton..kenapa tidak ada yang mau mengerti dengan keadaanku.
Ani : jujur Hel, aku juga bingung tentang perasaanmu kepada Anton, apa sebenarnya alasan kamu berulang kali menolak cinta Anton. Aku lihat ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari kami semua.
Rachel : maafkan aku (sambil menghapus air mata yang jatuh dari pipinya) aku melakukan ini karena aku tau Asna juga sangat mencintai Anton meskipun ia tak pernah mau mengungkapkan semua ini pada Anton.
Ani : tapikan Hel, Anton lebih memilih kamu dibandingkan Asna. Buktinya sampai sekarang dia masih mengejar cintamu. Lupakanlah masa lalu kamu bersama Derry Hel, yang lalu biarlah berlalu.
Rachel : itu karena di tidak tau perasaaan Asna padanya lagipula aku tidak mau membebani Anton sebab aku tak lama tinggal di sini tamat sekolah nanti kami sekeluarga akan pergi ke Medan, ayahku pindah tugas di sana. Aku hanya inginkan yang terbaik untuknya teman.
Anton: jadi itu alasan kamu selama ini Hel, kenapa kamu tak pernah mau jujur padaku.
Rachel : Anton, sejak kapan kamu sudah ada di situ????
(Anton berlari keluar kelas meninggalkan Rachel, Ani dan Ika yang masih terkejut dengan kedatangan Anton yang tiba-tiba).
ADEGAN KELIMA
Latar: di sekolah
Rachel : Ilham..Anton sudah datang belum, aku ingin berbicara sesuatu padanya.
Ilham : jadi kamu tidak tau Hel, Anton semalam kecelakaan.
Rachel : apa…kok aku enggak tau.
Ani : Hel ikut aku sebentar, kemana aja aku cariin dari tadi, ayo kita pergi ke rumah Anton.
(Rachel, mengikuti saja perkataan Ani, tanpa mengetahui apa yang terjadi pada Anton).
Latar : di rumah Anton
Rachel : An, kenapa banyak orang di rumah Anton apa yang terjadi pada Anton, aku harus minta maaf dengan Anton. Aku sudah berbuat salah pada Anton ( tak terasa air mata Rachel sudah mengalir di pipinya).
Bergegas masuk ke dalam rumah Anton namun yang diharapkan tak jua muncul.
Ibu Anton : pasti ini Rachel ya? sini nak (ibu Anton memeluk Rachel erat).
Rachel : ada apa ini bu,,anton kemarin baik-baik saja, enggak mungkin ini bisa terjadi pada Anton. Rachel enggak percaya bu. Aku belum minta maaf pada Anton mana Anton bu. Aku ingin bertemu dengannya.
Ibu Anton : tenang nak ini kenyataan yang harus kita hadapi. Anton sudah pergi menghadap yang kuasa. Kamu do’akan saja semoga arwahnya di terima di sisi yang maha kuasa.
Rachel : bagaimana ini bisa terjadi bu?
Ibu Anton : Semalam Anton keluar dia di tabrak lari, motornya hancur. Anton mengalami pendarahan hebat Hel dan nyawanya tak tertolong lagi.
Rachel hanya termenung hari-harinya hanya di hiasi rasa bersalah yang menggelayuti jiwanya.
Ani : sudahlah Hel, mungkin ini sudah takdir yang di atas, jalanmu masih panjang. Aku yakin kalau Anton melihatmu kayak begini terus pasti dia akan marah. Do’akan saja Anton di sana mendapatkan tempat yang layak di sisinya.
Rachel menangis di pundak Ani…ia tak menyangka keadaannya akan seperti ini. Aku menyesal telah melukai perasaan Anton selama ini.
Ani : pulang nanti kita ke kuburan Anton saja ya….biar kamu sidikit tenang Hel.

THE END

NASKAH DRAMA NOFA MAYA SARI

1.
DI BATAS MIMPI

Pelaku:1. Anisa
2. Tina
3. Rangga

Cerita ini terjadi di satu sekolah, tepatnya di depan kelas X3. Tina dan Nisa sedang asyik ngobrol pada saat jam istirahat berlangsung. Tina yang merupakan sahabat dekat Nisa.
Tina: Nis, sampai kapan kamu menyimpan semua ini dari Rangga?
Nisa: entahlah Tin, tapi untuk sekarang ini aku tidak ingin semua orang tahu khususnya Rangga. Aku tidak mau gara-gara perasaan ini aku jadi jauh darinya.
Tina: kamu tuh aneh tau gak? Aku enggak ngerti sama kamu Nis, emang kamu mau entar mati penasaran sama perasaan ini? (menyolot sambil menunjuk Anisa)
Nisa: Bukan masalah itu tin, aku enggak ada keneranian ngungkapinya sama Rangga. Lagi pula aku ini perempuan Tin, apa kata orang kalau aku nembak duluan?
Tina: Nisa…Nisa…emang sig harga diri tuh penting, tapi kedudukan cewek dan cowok sekarang ini sejajar. Jadi bukan hal yang tabuh lagi kalu kita nembak cowok duluan. Lagi pula kamu mau kalau Rangga diambil orang? (sambil mengelus kepala Nisa)
Nisa: kamu tuh Tin, bukannya nyemangati temen tapi malah doa’in yang jelek. (sambil menepis tangan Tina)
Tina: Nisa…. Udah berkali-kali aku tuh nyemangatin kamu, tapi alasan kamu tuh tetep aja sama. Capek tau!!!

Ditengah-tengah pembicaraan Nisa dan Tina, seorang pemuda datang tiba-tiba memotong obrolan mereka berdua.
Rangga: Hai Nis, …hai Tin… (sambil menyapa Nisa dan Tina, Rangga berdiri diantara mereka berdua) lagi debatin apaan dih, kayaknya seru banget?
Tina: Ini nih Ga, sih Nisa udah 2 tahun ini naksir sama cowok tapi ampe sekarang gak berani di ungkapinnya. Gak tau deh nungguin apa, padahal orangnya selalu di dekatnya.
Rangga: Bener Nis, emang siapa orangnya? Kasih tau dong siapa tau aku bisa bantu!!!(menepuk bahu Nisa)
Nisa: (dengan wajah kebingungan) enggak koq itu asal-asalan si Tina aja koq..
Rangga: ya udah deh jkalu gitu, oya Nis ada yang mau aku bilang sama kamu. Tapi entar ya waktu jam olahraga, kan gurunya gak masuk tuh. Jadi kita bisa cerita panjang lebar. Ok!!
Tina: ya udah dech entar aja nyambung lagi, bel udah bunyi tuh. Kita masuk kelad dulu entar baru sambung lagi(sambil berdiri dan merangkul tangan Nisa)

Guru olah raga memang tidak masuk, tetapi semua siswa masih bersemangat olahraga dilapangan. Berbeda dengan Rangga dan Nisa, nereka berdua hanya duduk di pinggir lapangan dan melanjutkan pembicaraan mereka yang terputus oleh istirahat tadi.
Rangga: Nis, sebebarnya aku mau minta pendapat sama kamu.
Nisa: emang kamu ada masalah apa? Koq pake acara minta pendapat segala?
Rangga: menurut kamu, Ririn itu gimana?soalnya kalian temenan kan temenan dari SMP. Jadi pasti kamu banyak tau kan tentang Ririn?
Nisa: Ririn itu anaknya cantik, baik , pinter pokoknya perfect deh. Emangnya kenapa???
Rangga: berarti pilihan aku enggak salah dong?
Nisa: memandangi Rangga bingung.
Rangga: Soalnya aku suka sama Ririn, kamu setuju kan kalau aku nembak Ririn?
Nisa: terdiam, tertunduk dan menangis
Rangga: Nis, koq diam sih? Trus kok kamu nangis? Aku salah ngomong ya sama kamu? (wajah kebingungan)
Nisa: gak apa-apa( mengusap air matanya) aku gak kenapa-napa. Kalu menurut aku, kalian itu pasangan yang serasi banget.
Rangga: Ya udah,, kalu menurut kamu Ririn cocok banget sama aku. Aku sekarang mau ke kelas Ririn dan langsung nembak dia. Makasih banget ya Nis, doa’in aku ya???(nerlari meninggalkan Nisa)
Tiba-tiba Tina datang meneghampiri Nisa dan sangat terkejut melihat sahabatnya itu terdiam dan sesekali mengeluarkan air dari matanya.
Tina: Nis, kamu kenapa nangis? (mengelus rambut Nisa dan menghapus air mata Nisa)
Nisa (sambil menangis) ternyata apa yang kamu bilang dan apa yang selama ini aku takuti, benar-benar terjadi Tin…
Tina: maksudnya?
Nisa: Ternyata Rangga… (terbata-bata)
Tina: aku beneran gak ngerti maksud kamu apaan Nis, ngomong tuh yang jelas dong.. aku bener-bener gak ngerti Nis!!
Nisa: Ternyata selama ini Rangga mencintai Ririn, Tin…
Tina: Kamu jangan asal ngomong dong dan jangan sok tau…
Nisa: Aku gak sok tau Tin, Rangga sendiri yang bilang sama aku. Dan sekarang Rangga ke kelas Ririn dan langsung mau nembak Ririn. Sekarang apa yang aku takuti semuanya terjadi. Sekarang diambil orang lain..(menangis)
Tina: (sambil memeluk Nisa) ya sudah Nis, ksmu sabar ya? Entar aku cariin cowok yang berlipat-lipat ganda dari Rangga..OK!!

Setelah lulus SMA, Nisa seolah hilang ditelan bumi dan semua kenangannya yang pernah mencinatai Rangga dikuburnya dalam-dalam. Tapi yang pasti Anisa berjanji sampai kapanpun Rangga adalah Cinta Sehatunya walaupun hanya Di Batas Mimpi.

Kamis, 01 Juli 2010

NASKAH DRAMA DINA RIZKI AMELIA

1.
SENJA DEWA MAUT

TOKOH ATAU PENOKOHAN
1. Zahra
2. Dicky
3. Vennisa
4. Randa
5. Putri
6. Bi Munah
7. Bu Sarah
8. Bu Jasmine

Latar Tempat: Lapangan basket, rumah Zahra, Kantin, Ruang mading, Kelas, Terminal, apotik, bioskop, pemakaman atau kuburan.

Latar Waktu: Pagi hari dan siang hari.

Latar Suasana: Ramai, sedih dan haru.

Alur: Maju


Kisah ini berawaal saat adanya pertandingan basket antar sekolah. Dicky yang ketika itu bertanding dengan setia ditemani oleh kekasihnya. Zahra namanya.
Hore……!!!!! sorak anak-anak dari SMA BIWADUPA yang menggelegar ketika Dicky kapten tim basket mencetak angka pertama.
Vennisa : ‘Ra, siapa nama cowok itu? “ tanya Vennisa
Zahra : “ yang mana? “ tanya Zahra sambil matanya bergerak kesana kemari.
Vennisa : “ itu loh yang barusan mencetak angka, “ jelas Vennisa.
Zahra : “Hah???? Loh gak tau siapa dia?”
Vennisa : “Gue kan anak baru ya man ague taulah, bagaimana sich!!!!!
Zahra : “Iya ya, gue lupa loh anak baru di sekolah ini. Itu Dicky, dia adalah cowok yang terkenal di SMA Biwadupa ini, “ujar Zahra”
Vennisa : “Oooo…. Pasti karna wajahnya yang tamapan, tinggi dan putih itu?
Zahra : “Bukan itu saja dia anak yang baik, ramah, tidak sombong dan perhatian.
Vennisa :“Wah ternyata kamu banyak tau tentang dia ya Zahra? Lo pengagum berat Dicky ya? “tanya Vennisa.
Zahra :“Nggak ah…!!! Tepatnya lebih dari sekedar pengagum,” ujar Zahra dalam hati diiringi senyum geli.
Zahra : “ Sa, kantin yuk? “ ajak Zahra.
Vennisa : “males ah…., gue lagi program diet.”
Zahra :“What’s??? lo diet mau sekurus apalagi loh??? Gue traktir deh loh bagaimana?
Vennisa : “Mau banget, ayo buruan ntar kantinnya penuh lagi,” ajakVennisa sambil menarik tangan Zahra.
Zahra : “Idih…. Katanya lo diet, giliran ditraktir semanagt 45 !
Vennisa : “maksud diet gue itu, diet buat ngeluarin uang, he…he…he…!
Zahra : “Dasar…. Matre, maunya yang gratisan aja.”

Zahra dan Vennisa sudah berteman sejak kecil karena rumah mereka bersebelahan. Pada saat kelas 5 SD, ayah Tessa dipindah tugaskan ke Jakarta. Namun saat Vennisa kelas 3 SMA, ayahnya dipindah tugaskan lagi kesini. Saat pulang sekolah, Zahra mengajak Vennisa ke rumahnya karena sekarang ini Zahra tinggal sendiri. Ayah ibunya bekerja di luar kota, paling-paling seminggu sekali ayah ibunya datang melihat keadaannya.
Vennisa :” Ra, kenapa lo gak ikut bonyok lo aja ya…. Pindah sekolah gitu?”
Zahra :”Nggak ah tanggung banget gue pindah, soalnya sekarang kan gue kelas tiga.”
Vennisa :” Trus loh gak takut tinggal di rumah sendirian?”
Zahra :” Nggak, kan ada bi Munah.”
Vennisa : “Vennisa pun menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas sofa empuk milik Zahra.
Zahra : “Ve, Gue ke atas dulu ya mau ganti baju, gerah nich.”
Vennisa :” Ya…udah sana gih, gue juga udah gak tahan lagi ama bau keringat loh he..he…he…! bercanda Zahra

Setelah selesai ganti baju, Zahra menemui temannya yang berada di ruang tenggah.
Zahra : “Napa Sa? Muka lo kelihatannya lagi binggung banget.”
Vennisa : “Ah…nggak, tapi tiba-tiba kok gue jadi teringat ama wajah tampannya Dicky ya, eh Ra, kenalin gue dong, siapa tau gue bisa temenan ama dia.”
Zahra :“Ehm…liat nanti aja deh. Oh…ya bagaimana nyokap loh sudah ngelahirin belum?
“Tiba-tiba Zahra mengalihkan pembicaraan.
Vennisa :”Belum, baru aja 6 bulan. Eh, kok lo jadi ngalihin pembicaraan sih, kenapa loh gak mau ngenalin gue ke Dicky ya?”
Zahra :”Eh…nggak kok, gue cuma…”

Tiba-tiba Kring…kring… telephon di rumah Zahra berbunyi, kemudian diangkat oleh bi Munah.
Zahra : “Siapa bi…?”
Bi Munah: “ Ini non ada telepon buat non, katanya dari Dicky.”

Wajah Zahra langsung cemas, sedangkan Vennisa heran tak mengerti.
Zahra : (Cemas) “Tunggu bentar ya Sa.”
Vennisa : ( tidak menjawab)
Zahra : “Hallo, kenapa Dic?”.
Dicky : “ Mau nggak hari ini kita nonton, ada film horor kesukaan Zahra, kata temen-temen sih bagus,mau nggak?”.
Zahra : “ Ehmm… gimana ya, gue nggak bisa nich soalnya di rumah gue lagi ada Vennisa, loe tahu kan?”.
Dicky : “ Oh… anak baru dari Jakarta itu, ya sudah deh, kapan-kapan aja.”
Zahra : Sorry banget ya , loe nggak marah kan?”
Dicky : “ Just little, ok assalamualaikum.”
Zahra : “ Waalaikum salam.”

Setelah selesai menerima telepon Zahra kembali ke ruang tengah.
Vennisa : “ Ngapain Dicky nelpon loe? (penasaran)
Zahra : “Oh …dia …dia…emm… dia mau minjem buku catatan matematika gue.” (Gugup)
Vennisa : “ Lo kok ngomongnya jadi gugup gitu?”
Zahra : “ Ah… nggak kok, biasa aja.”
Vennisa :”Emang Dicky sekelas ama kita?”
Zahra :”Ya…bangku dia berseberangan sama bangku gue, eh…kita.”
Vennisa :”Serius lo, wah bagus nih, “ ujar Venissa berbunga-bunga.
Bi Munah:”Non, makanannya udah siap,”bi Munah memberi tahu.
Zahra : “makan yuk laper nich,” ajak Zahra.

Zahra telah berdusta pada Vennisa. Sebenarnya Dicky adalah pacar Zahra, tapi ia tidak ingin menceritakannya pada Vennisa sekalipun ia adalah sobat kentalnya. Karena itu Zahra memohon pada Dicky untuk merahasiakan hubungan mereka karena ia tak ingin jadi buronannya cewek-cewek yang naksir Dicky. Tahu sendiri kan Dicky orangnya terkenal di SMA Biwadupa, bisa-bisa Zahra kena damparat oleh cewek-cewek yang naksir ama Dicky.

Di sekolah sudah belajar seperti biasa, dan ini hari yang ditunggu-tunggu Vennisa.
Dicky : ”Eh…lo ngeliat Zahra nggak?” tanya Dicky pada Randa teman kantin Zahra.
Randa : ” Oh…dia tadi ke ruang madding, biasa sibuk ngurus bengkel madingnya. Kenapa lo kangen ya?” tanya Randa iseng.
Dicky :”Ah…nggak kok, gue Cuma mau pinjem catetan, thank’s ya!”

Dicky langsung menuju ruang mading, namun tiba-tiba ia bertemu dengan seorang cewek cantik. Yup…cewek itu adalah Vennisa, namun Dicky nggak pernah tau yang namanya Vennisa, ia Cuma denger kepindahan Vennisa dari Zahra.
Vennisa : ”Hai…lo Dicky yang nyetak angka kemarin kan? Sumpah lo keren banget kemarin. Oh…ya, perkenalkan gue Vennisa Syahrani lo bisa panggil gue Vennisa,” kata Vennisa super pede.
Dicky : “Oh…jadi loh yang namanya Vennisa, btw emang gue keren ya kemarin?”
Vennisa : “ Ah…lo belagak gak tahu,” ujar Vennisa sambil nunjukin STM-nya (Senyum Teramat Manis).

Kemudian mereka terlihat dalam suatu pembicaraan yang seru, sampai-sampai Dicky lupa untuk pergi ke ruang mading. Untung saja Zahra keluar memberi aba-aba untuk Dicky datang kemari.
Dicky : “ Eh… Vennisa dah dulu ya, gue mau pergi ke ruang mading.”
Vennisa : “ Oh… silahkan, sampai jumpa di kelas nanti ya!”.

Saat di depan ruang mading.
Zahra : “ Wah kayaknya seru ya ngobrolnya?” tanya Zahra sedikit cemburu.
Dicky : “ Kenapa Zahra cemburu?”.
Zahra : “ Ah nggak kok”.
Dicky : “ Gue mana sukalah sama Vennisa. Dia itu nggak sepinter kamu dan kayaknya dia manja banget, tapi emang sih dia cantik tapi Cuma cantik luar doang.”
Zahra : “ Benar nih…!!! Nggak nyesel kalau nanti termakan omongan.”
Dicky : “ Benar”.

Di dalam kelas
Vennisa : “Duh ni ibu, ngasih soal susah benar. Soalnya sih Cuma dua tapi jawabannya bisa setengah halaman. Apalagi soal nomor dua ini, loe bisa nggak?”
Zahra : “ Bentar-bentar, dikit lagi nih. Huh… akhirnya finish juga.”
Vennisa : “ Wah, otak loe memang lancar ya, loe makan oli ya tiap hari, gue lihat dong please…”
Zahra : “ Udah ngina mau nyontek lagi, innocent banget loe.”
Vennisa : “He…he…he…, gue nggak maksud ngina kok, boleh ya…, masak ama teman dari kecil pelit amat sih, amat aja nggak pelit-pelit amat,” rayu Vennisa.
Zahra : “ Nih contek aja sesuka hati loe daripada loe nanggis, gue nggak ada balon tahuuu…”
Ibu sarah: “ Ok anak-anak nomor satu kita bahas bersama” ujar bu Sarah yang dingin banget.

Bu sarah menuliskan jalan mencari jawaban nomor satu. Semua anak memperhatikan sambil menyamakan jawaban mereka. Setelah selesai, bu sarah bertanya.
Bu Sarah : “ Ok, siapa menjawab nomor dua?”

Saat itu Zahra ingin mengangkat tangannya, namun Zahra kaget sekali ketika melihat Vennisa mengangkat lebih dahulu dan dengan santainya ia membawa buku yang jawabannya itu berasal dari Zahra. Ia tak menyangka sobatnya setega itu, tapi ia mencoba sabar namun kesabarannya hilang ketika mendengar
Bu sarah : “ Excelent! Kamu murid baru disini tapi sudah bisa menjawab pertanyaan yang belum tentu juara kelas bisa mengerjakannya.
Zahra : “ Ibu ini nyindir gue,” ujar Zahra dalam hati.
Zahra ingin sekali bilang kalau itu hasil jerih payah dia, namun apa daya Zahra hanya bisa berkata itu dalam hatinya, sekalipun ia bisa, bu sarah pasti akan memarahinya dan membuat ia malu. Namun Zahra berpikir nggak apa-apa deh, mungkin ini cobaan sabar buat dia.

Ketika pulang sekolah,
Dicky : “ Vennisa…!” jerit Dicky memanggil Vennisa, padahal Zahra tepat berada di sebelah Vennisa.
Vennisa : “ Kenapa Dic?”
Dicky : “ Ah… nggak gue Cuma salut aja.”
Vennisa : “ Oh… makasih ya, ternyata jerih payah gue nggak sia-sia.”
Zahra : “ Apa ??? jerih payah dia, wah udah nggak bener nih. Minta gue tonjok kali ya nich anak, “ Zahra ngedumel dalam hati.
Vennisa : “ Sorry gue terpaksa,” bisik Vennisa, seakan tahu apa yang Zahra pikirkan.

Zahra hanya diam saja, padahal dia pengen banget nginjek-nginjek muka Vennisa biar hancur.
Zahra : “ Eh… gue mau ke apotik dulu ya, tadi bi Munah nitip obat sakit kepala, Zahra berbohong.
Dicky : “ Mau gue anter,” Dicky menawarkan.
Zahra : “ Nggak deh mending kamu nganter Vennisa aja,” Zahra memancing.
Dicky : “ Oh… ya udah, hati-hati ya.”
Zahra : “ Gila…santai banget dia ngomong kayak gitu, gue ini pacarnya, enak benar dia bilang kayak gitu, gue nggak nyangka kalau Vennisa kayak gitu. Dasar TMT, sebel…sebel…sebel…,”

Zahra mengoceh sepanjang jalan sampe orang-orang heran ngeliat tingkah Zahra.
Dikamarnya Zahra sedang duduk di depan meja belajarnya dan memegang pena, lalu ia goreskan pena itu di atas secarik kertas.
Kuberika sejuta bunga mekar
Namun kau balas dengan sejuta mimpi buruk
Mengapa kau tega tancapkan panah di hatiku
Bintang pun bersembunyi
Tapi kau tega memberi senyum bahagia mu
Dan tawa kemenangan mu

Saat di ruang mading,
Zahra : “ Nih tolong muat puisi gue,” ujar Zahra malas pada Putri wakil bengkel mading.
Putri : “ Gila sejak kapan loe suka bikin puisi, pake pengen dimuat mading lagi. Biasanya juga loe nyumbang tips, kalau nggak info-info terhangat,” ledek putri.
Zahra : “ Udah deh nggak usah banyak tanya, kalau enggak mau ya udah.”
Putri : “ Iya…iya…iya tapi judulnya apa non.”
Zahra : “ Whatever…,” ujar Zahra sambil pergi meninggalkan ruang mading.

Kemudian Zahra melihat Vennisa mengandeng cowok yang familiar banget…siapa lagi kalau bukan Dicky. Ini adalah pemandangan yang sangat menyebalkan bagi mata Zahra. Lalu Vennisa dan Dicky menghampiri Zahra.
Dicky : “ Gue pengen ngomong sesuatu sama loe.”
Zahra : “ Gue juga,” ujar Zahra ketus.
Dicky : “ Loe dulu deh.”
Zahra : “ Loe jahat banget Dic, loe bilang nggak akan suka sama Vennisa ternyata benar apa kata gue loe akan makan omongan loe sendiri, pokoknya gue minta putus.”
Dicky : “ Gue juga pengen ngomong itu. Baguslah kalau loe ngomong duluan setidaknya gue sudah ngurangi sakit hati loe karena bukan gue yang ngomong putus duluan.”
Zahra : “ Sialan loe berdua emang bukan manusia, ternyata kekaguman gue sama loe Rom SALAH BESAR, dan loe Vennisa loe bukan sobat gue, gue benci loe berdua, HAVE A NICE DAY WITHOUT ME,” dengan nada yang amat sangat super kesal.
Dicky : “ OF COURSE I WILL HAVE A NICE DAY WITHOUT YOU,” balas Dicky dengan santainya.

Besoknya,
Zahra : “ Randa, tolong kasih surat ini sama Dicky ya ! oh…ya, gue juga mau pindah hari ini, soalnya gue kangen sama bonyok gue. Salam buat yang lainnya ya.” Ujar Zahra sambil berlalu pergi menuju kantor.

Di depan papan mading,
Vennisa : “ Oh… Dic, liat deh ini puisi yang nulisnya Zahra, gue jadi nggak enak ni.”
Dicky : “ Udah deh, paling Zahra minta dikasihani.”

Sebenarnya Dicky merasakan something wrong dengan dirinya. Pikirannya tertuju pada Zahra, namun ia berusaha untuk tidak memikirkannya.
Randa : “ Dicky …Dicky,” pekik Randa.
Dicky : “ Ada apa nih, jerit-jerit kayak di hutan aja.”
Randa : “ Ni ada surat dari Zahra buat loe, dia hari ini pindah.”
Kemudian Dicky membukanya.

Kuberi kalian berjalan di atas kapas
Biar aku yang berjalan di atas arang
Setidaknya telah kuciptakan beribu-ribu bunga mekar
Diantara kalian
Kuharap tidak ada waktu dimana mata bertemu mata

Dicky : “ Nggak…nggak…nggak mungkin.”
Vennisa : “ Udahlah Dic, paling dia minta belas kasihan,” kata Vennisa mengulangi kata-kata Dicky tadi.

Keesokan harinya Dicky tampak tidak semangat. Sejak kemarin ia tidak bisa tidur, ia gelisah yang ada di otaknya hanya ada sepanduk yang besar dengan tulisan ZAHRA. Vennisa pun nggak masuk padahal dia pengen curhat. Setidaknya beban pikirannya berkurang, tetapi ternyata kegelisahannya terbukti ketika mendengar pemberitahuan dari bu Jasmine.
Bu Jasmine : “ Anak-anak, kemarin ibu mendengar bahwa sahabat kalian meninggal dunia, Zahra.”
Dicky : “ Apaa…Zahra……, nggak mungkin, ini pasti mimpi,” ujar Dicky dalam hati. Ia sangat shock banget, rasanya ia ingin banget nusuk-nusuk perutnya dengan pisau.
Bu Jasmine : “ Zahra kemarin mengalami kecelakaan ketika ingin pergi ke terminal, jadi ibu harap kalian datang untuk berziarah.”

Ketika semua orang selesai berziarah, kini tinggal Dicky sendiri. Ia berlutut sambil memegangi nisan yang bertulis ZAHRA.
Dicky : “ Ra, gue tau ini semua kesalahan gue secara tidak langsung. Gue nyesel banget, gue bakal nebus kesalahan gue, dan gue bakal terus berusaha menjalani hidup ini dan menjadi bagian dari lo, Ra…”

Dicky meletakkan secarik kertas di samping nisan Zahra,

Mungkin kata maaf
Tak cukup untuk
Mengembalikan detak jantungmu,
Senyum manismu,
Tawa riangmu,
Senja…..
Tlah menjemputmu
Senja….itu aku
Maafkan aku.

THE END



2.
KAMAR 116

Tokoh atau Penokohan:
1. Ratna
2. Romi
3. Tia
4. Pereman
5. Suster
6. Dokter
7. Tante Tari (mama Ratna)
8. Om Hans (papa Ratna)

Latar Tempat: Jakabaring, Tempat Pergelaran seni, Lapangan luas, Stan, Halte bus, Rumah sakit, Ruang ICU, Ruang PMI, dan kamar 116.

Latar Waktu: Siang hari, malam hari, dan pagi hari.

Latar Suasana: ramai, panas, mendebarkan, keributan, kepanikan, dan romantis.

Alur: Maju

Kisah ini berawal, saat ada suatu pergelaran seni di Jakabaring. Ratna bertemu dengan seorang pemuda yang sangat di bencinya yaitu Romi.
Ratna : “Hai, Tia pa kabar loe……????????
Udah lama gue gak liat loe, loe kemana aja non ??????????
Tia : ”Gue ke Jakarta, biasa disuruh pulang ama bonyok gue...!
Kenapa loe kangen ya ma gue???
Tia : ”Btw, gue tadi liat Romi deh, cowok yang loe benci.........
Ratna : ”Emang apa urusannya sama gue, gue gak peduli tuh.....!!!!!!!
Tia : ”Rat... gue mau tanya sesuatu deh ma loe...........!
Ratna : Mau tanya apa non…….. ????????
Tia : Kenapa sich loe benci banget ma Romi, padahal dia kan baik dan ganteng lagi, semua orang suka ama dia, tapi kenapa loe enggak ya ???????? (Bingung)
Ratna : Ya…. Gue gak suka aja ama gayanya yang sok ganteng, padahal mukanya itu persis banget seperti kebo he…he…. (tertawa terbahak-bahak).

Tak sengaja Romi lewat dan dia mendengar pembicaraan Ratna dan Tia yang sedang mengejeknya dan menertawakannya.
Ratna : Apa lagi nich ya Tia, Romi itu orangnya sok baik minta perhatian orang gitu……. !!
Tia : Bener juga kata loe Rat........
Romi : Oh.... lagi pada ngatain gue ya........!!
Ratna : Idih…….denger loh Rom baguslah kalau begitu, jadi loh tau bagaimana sifat loh...., jadi orang jangan sok kegantengan deh……….!!!!!!
Romi : Punya kaca besar gak loe di rumah….?????????
Ratna : Punya...... loe tuh yang gak punya kaca dirumah (sambil menunjuk muka Romi).
Romi : Enak aja klo bicara ya......., loh kan ada kaca coba loh bercermin dah sebelum ngejek orang apa loh cantik?????????? Nich ya gue kasih tahu aja ama loe kambing aja gak mau ama loe apa lagi gue..... idih…..amit-amit cabang bayi deh (menghelus perut)
Ratna : Eh........ sembarangan ya kalau bicara. Siapa juga yang suka sama cowok seperti loe.... GR....................!!!!

Tia saat itu pusing mendengar debat mulut antara Romi dan Ratna. Dan akhirnya Tia mencoba mendamaikan mereka.
Tia : Udah.... udah..... pusing gue dengerin kalian berantem melulu seperti kucing sama anjing aja loh berdua....!!! (melerai Ratna dan Romi yang sedang berantem).
Ratna : Dia tuh Tia yang mulai duluan ngatain gue
Romi : Loh liat sendiri kan Tia, Ratna tuh yang selalu ngajakin gue berantem.........!!!!!
Tia : Idih...... nich anak masih saja berantem, kata orang nich ya benci-benci bisa jadi cinta loe....., terus nich ya kalo suka berantem biasanya jodoh.........!!! mau kalian berdua?????????
Romi dan Ratna : Amit-amit dah suka ama loh apa lagi kalau jodoh, gak banget...!! (sambil melihat satu sama lain).

Tia mengajak Ratna pergi melihat stan yang ada jual tas, kebetulan Ratna sedang menjadi tas untuk adiknya.
Tia : Ratna kita kesana ja yuk dari pada disini loh berantem terus mending kita jalan-jalan.
Ratna : bener juga kata loh tia, yuk kita pergi, dari pada gue ngeladeni orang gila ini, bisa-bisa nanti gue jadi ikut-ikutan gila lagi!!
Romi : Apa loh kata...!!
Tia : Sudah...Ya Allah, masuk aja loh berdua nih..!, ayo ratna kita pergi(sambil menarik tangan Ratna).
Ratna : Tia temenin gue cari tas buat ade gue ya, dia minta tas ama gue.
Tia : oke...lah..kalau begitu.

Tiba-tiba, tas Ratna di jambret oleh preman. Mereka tidak ada uang untuk naik taksi dan tangan Ratna terluka akibat sayatan pisau.
Ratna : duh tia, udah malem kita pulang yuk, ntar gue dicariin deh ma bonyok gue.
Tia : ntar gue juga dicariin ma tante.
Ratna : Tia, kita tunggu di halte aja yuk, biar bisa duduk.
Tia : bener kata loh Ratna, kadang-kadang otak luh bener juga ya..!
Ratna : emmm....dasar, bisanya cuma ngatain orang aja luh, tapi luh tetep temen terbaik gue.
Preman : berhenti...serahkan barang-barang kalian, tas, hp, perhiasan, dan jam tangan! (mengenakan topeng).
Ratna : g’mau, enak aja luh, bapak gue susah payah mencari uang. Loh malah mau ngambil gitu aja (bantah Ratna).
Preman : melawan loh, sini tas loh (merebut secara paksa dan langsung berlari).
Ratna : au...sakit...!!
Tia : loh g’apa-apa kan Ratna, tangan loh berdarah...
Tia : tolong...tolong...

Tiba-tiba mobil Romi lewat, Tia meminta bantuan kepada Romi karena darahnya banyak keluar dan Ratna jatuh pingsab tak sadarkan diri...
Romi : Ada apa tia kenapa kamu teriak-teriak minta tolong (memegang pndak Tia).
Tia : Romi tolong Ratna, tangannya banyak mengeluarkan darah, akibat dia melawan preman tadi, dia tidak mau memberikan tasnya dan preman itu mengambil tas nya secara paksa (dengan nafas terengah-engah)
Romi : sekarang Ratna dimana?
Tia : di sana!
Romi : ayo kita bawa dia ke rumah sakit sebelum terlambat.

Romi dan Tia membawa membawa Ratna ke rumah sakit, dan Ratna memerlukan banyak darah, karena darahnya banyak terbuang...
Romi : Suster...suster..tolong teman saya..
Suster : ada apa ini cepat bawa dia ke UGD.
Tia : Tolong teman saya suster (sambil menangis dan kebingungan)
Suster : kalian berdua tunggu di luar saja. Dan saya akan segera memberikan tindakan kepada teman kalian.
Romi dan Tia : ya suster..tolong selamatkan teman kami.
Romi : Tia coba hubungi keluarganya dan beri tahu kalo Ratna sekarang di rumah sakit. (panik)
Tia : ya sudah romi, orang tuanya sekarang lagi menuju ke rumah sakit...!
Dokter : siapa disini keluarga pasien?
Tia dan Romi: saya temannya dokter...!
Dokter : teman anda memerlukan banyak darah tapi golongan darah A di rumah sakit ini sedang habis.
Romi : golongan darah saya A, ambil saja dokter, saya mau mendonorkan darah saya untuk Ratna.
Dokter : baiklah ikut saya sekarang ke PMI.
Tia : Romi, kan yakin?
Romi : ya, tia aku yakin...aku tidak mau dia meninggal, walaupun aku dan dia masih musih bebuyutan tetapi aku rela mendonorkan darahku sekarang untuknya.
Tia : terima kasih rom...!
Kau baik hati ternyata Ratna salah menilai mu..! kau memang baik.

Orang tua Ratna Sampai di rumah sakit.
Mama ratna: Tia bagaimana keadaan Ratna? (cemas)
Tia : Ratna kekurangan darah tante, tetapi Romi teman kami sekarang lagi mendonorkan darahnya untuk Ratna.
Papa Ratna: Romi anak yang paling dibenci oleh Ratna..(bingung)
Tia : iya... om, dibersedia mendonorkan darahnya untuk Ratna.
Romi : Om... Tante...
Mama dan papa ratna: Romi, tante dan om berterima kasih sama kamu, kalau g’ada kamu tante g’ tau bagaimana nasib Ratna sekarang.
Romi : Sudah lah tante, sesama manusia kita harus saling tolong menolong, apa lagi sama temannya sendiri!
Romi : Tante Romi pulang dulu ya, titip salam saja buat Ratna kalau dia sudah sadar nanti. Assalamualaikum...
Papa, mama, Ratna, dan Tia: waalaikummussalam..

Pagi hari Ratna siuman.
Ratna : ma, aku dimana?
Mama Ratna: di rumah sakit Ratna, kemarin kamu dirampok orang dan kamu terluka, untung saja ada Romi dan Tia membawamu ke rumah sakit tepat waktu, kalau tidak mama tidak tau apa yang terjadi padamu nak (sambil memeluk Ratna).
Ratna : Romi...!!! (bingung)
Mama Ratna: Iya Romi, pemuda yang sangat kau benci! Yang telah mendonorkan darahnya untukmu, kau harus berterima kasih kepadanya, dan dia menitipkan salam buat kamu kemarin waktu kamu belum sadar.

Keesokan harinya Romi sudah datang membesuk Ratna di rumah sakit.
Romi : Hai Ratna apa kabar mu hari ini?
Ratna : baik... terima kasih Romi, aku berhutang jasa sama kamu, aku tak tau apa yang akan terjadi sama aku kalau kamu tidak menolongku...! (dengan muka yang merah).
Romi : Sudah lah Ratna, yang penting sekarang kamu tidak apa-apa, aku senang bisa melihat kamu tersenyum manis sekarang.
Ratna : Aku benar-benar malu Romi, ternyata kamu sangat baik kepadaku.
Romi : Ratna, ada sesuatu hal yang ingin kukatakan padamu.
Ratna : Apa itu Romi?? (tanya Ratna)
Romi : hal...sebenarnya, dari SMP dulu aku telah menyukaimu, tapi aku takut untuk mengatakannya kepadamu. Aku takut kau menolakku. Gara-gara kita tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Aku suka memperhatikanmu, aku suka dengan senyum manismu, aku suka dengan sifatmu, dan segala sesuatu yang ada padamu. Sekarang aku tidak malu dan takut lagi, kalau kau menolakku...! (menatap mata Ratna)
Ratna : benarkah itu Romi??
Romi : ya benar Ratna aku sangat mencintai dan menyayangimu.
Ratna : Satu hal yang harus kamu keahui juga Romi, aku sebenarnya juga menyukaimu tapi aku malu mengatakannya, aku gengsi untuk mengatakan kalau aku sayang padamu.
Romi : Jadi kau mau menjadi istriku Ratna?
Ratna: Iya, Romi...sekarang kita baikan, dan kamar 116 ini menjadi saksi bahwa kau melamarku untuk menjadi istrimu.
Romi : iya...kamar 116 ini menjadi saksi cinta kita berdua. (mencium kening Ratna)








The End

Senin, 28 Juni 2010

NASKAH DRAMA KAROLINA r_r

1.
KDRT

Para pelaku : Ibu Mayang (istri)
Pak Rio (suami)
Wulan (anak)

Tempat dan suasana

Drama ini terjadi di sebuah rumah, tepatnya di ruang tamu dan di kamar. Di dalam rumah itu ada perlengkapan kursi, meja, dan perabotan-perabotan rumah tangga lainnya yang tidak begitu mewah. Semuanya sederhana.
Ketika itu pukul 8 malam. Rio yang telah memiliki seorang istri dan satu anak pulang dengan membawa suasana yang sama sekali tidak ramah.

Pak Rio : “May…, Mayang! Buka pintunya!” (sambil menggedor-gedorkan
pintu).
Ibu Mayang : (Buru-buru membuka pintu) “Mas…, udah pulang ya? Mas pasti capek. Aku buatkan air hangat biar sekalian untuk mandimu ya, Mas….”
Pak Rio : “Alah! Jangan banyak basa-basi. Mana kau simpan surat tanah rumah ini?! Mana, he?!”
Ibu Mayang : “Untuk apa, Mas? Mas baru saja pulang. Kenapa tiba-tiba Tanya soal surat tanah?”
Pak Rio : “Aku bilang diam!” (mulai masuk ke kamar dan sibuk mencari surat tanah itu).
Ibu Mayang : “Mas, jangan… Itu harta kita satu-satunya , Mas…. Jangan kau ambil….”
Pak Rio : (Tak perduli dengan kata-kata istrinya) “Sana cari! Bantu aku cari itu…. Ayo!”
Ibu Mayang : “ Tidak, Mas… Surat tanah itu ga ada di sini”
Pak Rio : “ Terus di mana?” (sambil terus membongkar-bongkar segalanya yang ada di kamar itu).
Ibu Mayang : “Ga! Aku ga akan beritahu kamu, Mas…. Coba bilang padaku, Mas. Untuk apa kau cari surat tanah itu?”
Pak Rio : (Berhenti sejenak, lalu memandang istrinya dengan tatapan yang beringas) “Apa?! Coba kau ulangi lagi perkataanmu tadi! Kau tidak mau berikan surat itu padaku, iya?! Kamu tahu, May… . Aku punya banyak hutang. Aku ga mampu membayar semua hutang-hutangku pada dep collector itu….”
Ibu Mayang : “Apa?! Hutang?! Sejak kapan kau punya hutang, Mas…? Kita ini miskin. Jangan kau persulit lagi keadaan kita, Mas….”
Pak Rio : (Mulai panas hatinya. Saat itun juga ia menampar pipi kanan istrinya)
“Mayang! Sudah kukatakan, kau jangan banyak bicara. Aku butuh itu sekarang. Cepat Bantu aku temui surat itu! Kalau tidak….”
Ibu Mayang : (Menangis menahan perih bekas tamparan suaminya)
“Kalau tidak apa?! Kau telah tega menampar aku, Mas….
Kau kejam!”
Pak Rio : (Untuk kedua kalinya pak Rio menampar pipi istrinya. Kali ini tamparan itu mendarat di pipi kirinya) “Atau kamu menyesal!”

Saat itu pula, Wulan, anak mereka datang menemui kedua orang tuanya di kamar mereka. Wulan yang usianya masih 10 tahun langsung mendekati ibunya yang menangis.

Wulan : “Ayah…, jangan tamper ibu lagi. Ibu ga salah apa-apa, Ayah….”
Pak Rio : “Wulan! Kamu jangan ikut campur urusan orang tua….
Ibumu pantas ayah perlakukan begitu.”
Wulan : “Ayah jahat!” (mulai menangis bersama ibunya).

Saat itu pula, Pak Rio tak perduli dengan tangisan anak dan istrinya. Justru yang ia lakukan adalah mencari kembali surat tanah itu. Kemudian….

Pak Rio : “Waw! Ini yang aku cari.” (Tersenyum menatap surat tanah bermap merah dan mengambilnya) “Ini apa, he?! Ini surat tanah, kan?! Kau bohong padaku, May….” (Sambil memperlihatkan surat tanah itu ke hadapapan istrinya).
Ibu Mayang : “Mas, kumohon jangan…. Jangan kau ambil itu, Mas…. Pikirkan keadaan kita….”
Pak Rio : “Mayang! Justru ini jalan satu-satunya untuk memperbaiki kehidupan kita. Kita bisa mengontrak rumah di tempat lain setelah kita bayar semua hutang itu . Kau mau kita dicari-cari terus oleh dep collector itu, he?! Kau mau?! Aku malu, May….”
Ibu Mayang : “Tapi Mas….”
Pak Rio : “Diam! Aku ga butuh komentar kamu! Sekarang aku mau pergi. Aku gadaikan surat tanah ini!”
Ibu Mayang : “Mas, jangan…, kumohon….” (Masih menangis sambil mengikuti suaminya yang hendak keluar rumah).
Wulan : “Ayah, jangan pergi, yah….”
Pak Rio : (Terus pergi keluar rumah seraya diikuti istrinya).
Ibu Mayang : “Mas…, berikan surat itu padaku….”
Pak Rio : “Sudah! Jangan ikuti aku!”
Ibu Mayang : “ Tidak Mas. Aku harus ambil surat tanah itu. Kembalikan Mas….”

Karena tidak tahan dengan sikap istrinya, secara kalap tiba-tiba Pak Rio mendorong kuat-kuat istrinya. Istrinya jatuh tersungkur ke dinding ruang tamu, dan saat itu juga Wulan yang sempat melihat ade3gan itu langsung berteriak.

Wulan : “Ibu….” (Seraya menghampiri ibunya dan terus menangis).

Saat itu pula Ibu Mayang mengucurkan darah segar di pelipisnya. Dia
pun pingsan. Sementara Pak Rio tak perduli dengan keadaan istrinya itu Dia malah pergi meninggalkan mereka.

Wulan : “Ayah…. Tolong ibu, yah….
Jangan pergi…!” (Lalu menyadarkan ibunya sambil menangis).

Wulan pun hanya bisa berbuat sesuatu. Ia harus meminta pertolongan kepada tetangga mereka untuk membawa ibunya ke rumah sakit.



2.
SAHABAT ITU YANG DIPILIH

Ini kisah menceritakan para pemuda yang berstatus sebagai santri yang tinggal di 1 kamar, namanya F3. Mereka adalah sahabat yang selalu kompak dan setia kawan. Pada suatu ketika mereka bercanda ria dan bergurau satu sama lain. Pada suatu hari si Ahmad jatuh cinta pada seorang wanita yang bernama Kanaya. Dia sangat ngebet sekali pada si cewek. Akan tetapi Ahmad orangnya memang tertutup. Tapi akhirnya teman-teman kamarnya curiga karna restu sering ngelamun dan tersenyum sendiri dan terjadilah guyonan dari teman- teman kamarnya. Dan Ahmad pun bercerita karena dirayu oleh teman-temannya. Namun tanpa disangka-sangka di antara teman Ahmad ada yang juga suka kepada Kanaya. Dan dia marah mendengar penjelasan Ahmad itu. Dia bernama Najib Syahreza,anak saudagar bawang.
Terjadilah permusuhan di antara mereka berdua dan akhirnya mereka memilih persahabatan dari pada bermusuhan gara-gara wanita.

TOKOH-TOKOH
Peran utama: Ahmad
Peran pembantu: Najib, Kanaya, Fauzan, Ardi.
Peran figuran: Imran, Tedy



Pada suatu hari asrama Muhibbien, tepatnya di kamar F3 terdengar perbincangan diselai canda tawa.

Imran: Eh... tau gak sekarang tanggal berapa?
Tedy: Ada apa kamu tanya-tanya tanggal? Memang ada yang penting ya?
Imran: Hehehe... Gak da apa-apa sih. Cuma aku dah nipis nih uang jajan hampir ludes.

Najib ikut nimbrung saat itu.

Najib: Sekarang tanggal 21 April yo... Makanya jangan boros jadi orang itu, terus kalau sudah gini kamu pasti mau pinjam uang lagi yah ma aku...
Imran: He...he... kok tau...?
Fauzan : Yah..., gimana gak mau tau. Wong itu sudah jadi
tradisi kamu kalau kirimannya habis pinjam ke Najib.
Imran: Yah kan gak papa aku ganti entar kalau udah ada kiriman. Lagian Najib kan uang jajannya banyak.
Lalu Tedy yang tadinya tidur bangun ikutan menyahut.
Tedy: Yah kalau Najib itu kan anaknya juragan bawang jadi santai aja kan jib... Tinggal minta aja ma ayahmu...
Najib: Yah makasih ocehannya...

Dan beberapa hari kemudian di sekolah...

Bruk.....(Ahmad tidak sengaja menabrak seorang gadis, dan gadis itu ternyata adalah Kanaya).

Kanaya: Eh, kamu itu kalau jalan liat-liat napa sih...! Gak punya mata yah...
Dan si restu hanya bengong melihat Kanaya lagi marah pada dirinya.
Kanaya: Hei kak... Kok jadi bengong sih?! Memang ada yang lucu ya?
Ahmad: O...,sorry yah aku gak sengaja, soalnya aku tadi buru-buru mau ke toilet. Maaf yah..., maaf....
Kanaya: Makanya kalau jalan liat-liat dong. Jangan ngelamun terus entar kesambet setan lo.. kak. Ya sudah saya maafkan.
Kanaya: Eh, ngomong-ngomong, kamu itu anak mana sih?! Kok aku baru sekarang liat kamu di sekolah?
Kanaya: Oh..., aku anak baru kak di sini pindahan dari SMAN Bumi Ayu.
Ahmad: Oh kamu anak baru yah di sini kenalin aku Ahmad, anak XII bahasa, kamu masuk di kelas mana?
Kanaya: Oh..., aku masuk di kelas X Ips. Kak maaf yah tadi marah-marah abis kakak sih pake acara nabrak-nabrak segala. Sorry yah kak?
Ahmad: Yah gak papa. Oh ya nama kamu siapa?
Kanaya: Namaku Kanaya.
Ahmad: Nama yang cantik, sama dengan orangnya cantik juga...
Kanaya: Yeah..., kalau bikin buat orang GR kakak pinter... Biasa aja, dah kak gak usah berlebihan.
Ahmad: Kalau emang kenyataanya cantik gimana?
Kanaya: Aduh..., kok jadi panjang gombalnya. Kak, cukup yah soalnya Kanaya mau masuk kelas gak enak kalau dilihat anak-anak yang lain.
Ahmad: Ya sudah..GOOD LUCK yah...
Kanaya: Assalamu 'alaikum.
Ahmad: Wa 'alaikumussalam.

Dan mereka masuk ke dalam kelas masing-masing hingga bel pulang berdering menandakan KBM telah selesai.

Ahmad: (tersenyum sendiri dalam kamarnya)
Di dalam hati Ahmad mengatakan, “Seandainya aku bisa punya pacar seperti Kanaya, alangkah indahnya dunia ini”
Di balik semua itu ternyata ada dua pasang mata yang
sedang mengintip..

Ardi: Eh zan, Ahmad kenapa yah dari kemarin- kemarinnya dia jarang makan dan hanya tersenyum sediri dan ngelamun?
Fauzan: Mungkin dia kerasukan jin kali atau belajar Acting teater?
Ardi: Hah?! Zaman sekarang masih percaya yang begituan. Enggaklah, mungkin dia lagi jatuh cinta kali. Masak sih orang teater bisa jatuh cinta?
Fauzan: Ya iyalah, kan wong teater juga manusia. Biar gak penasaran kita tanyakan nyoook!
Ardi: Duar...! Ayo kenapa ini kok ngelamun sendirian sambil senyun-senyum?
Ahmad: Ah..., kamu ini kaget-kagetin aku aja. Gak ada apa-apa kok.
Fauzan: Masak sih?!
Ahmad: Iya, gak ada apa-apa.
Ardi: Tapi kenapa kamu tersenyum sendirian? Lagi jatuh cinta yah?
Ahmad: Kamu inI, kalau disuruh neliti orang, pinter... Kalau emang iya kenapa ayo?
Fauzan: Ya gak papa, tapi raja teater sekolah kita ini jatuh cinta sama siapa ya, di?
Ardi: Sama siapa yah...?
Ahmad : Eh..., kok jadi wawancara nih...?
Fauzan: Ahmad, cerita kenapa sih ma kami. Barangkali kami bisa bantu kamu?
Ahmad: Tapi janji yah jangan gosipin aku, soalnya aku paling anti ma gossip apalagi kalau sampai kedengeran Sarah si Ratu Gosip sekolah kita itu...
Fauzan dan Ardi: Yah!! Kita janji gak akan gosipin kamu di sekolah. Emang cewek yang kamu cintai itu siapa sih...?
Ahmad: Dia itu anak baru sekolah kita itu loh... Si Kanaya itu...
Fauzan: Oh..., anak pindahan itu...
Ahmad: Yah betul, tapi aku malu untuk ngungkapin perasaan ini?
Ardi: Malu..., masak sih anak teater yang sudah jadi juara nasional ini malu. Memang kamu bisa malu juga yah tu... (Ardi dan Fauzan tertawa)
Ahmad: Yah di panggung itu gampang friend, tapi kalu masalah hati ke hati itu buat aku sangat berat rasanya. Berraattt banget.
Fauzan: Ya sudah aku doain aja yah... Semoga sukses.

Dan di ketika malam hari di dalam kamar terdapat 7 anak, ada yang lagi copy paste tugas PR temannya, juga ada yang lagi baca komik.

Ardi: Hei teman-teman, semua pada tau gak neh ada berita baru.
Najib: Berita baru apa?
Fauzan :Si Raja teater sekolah kita lagi jatuh hati tuh...
Tedy: Wah ama siapa tuh?
Fauzan: Denger-denger sih, ama anak baru.
Najib: Anak baru siapa?
Ardi: Kanaya itu loh.
Najib: Apa?! Kanaya?! (Wajah Najib berubah jadi marah)
Najib: Eh..., kamu itu gak tau terima kasih yah... Udah aku baik-baikin jadi teman eh malah mau ngambil orang yang aku sukai.
Ahmad: Loh, emang kamu apanya dia kok jadi sewot begitu?!
Najib: Memang aku bukan siapa-siapanya dia, tapi aku lebih dulu PDKT ama tuh anak... Enak aja kamu ini.
Ahmad: Terus mau kamu apa? Mau berantem, hem?! (dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk wajah Najib)

Tanpa banyak bicara Najib telah menerkam pipi Ahmad dan begitu juga sebaliknya. Tapi perkelahian itu dapat dihentikan oleh teman-temannya dengan dipisahkan.

Tedy: Loh, ini kok jadi bertengkar sih...gara-gara perempuan kalian jadi gelap mata. Gila apa...perempuan itu banyak jangan jadi orang bodoh dengan bertengkar kalian ini udah kelas XII seharusnya bisa belajar dewasa. Ya sudah ayo berdamai. Dan lupakanlah perempuan itu, sekarang yang harus kalian ingat adalah belajar dan belajar, agar kalian lulus ujian nantinya.

Ahmad dan Najib akhirnya berdamai serta bersahabat kembali.
THE END

Sabtu, 26 Juni 2010

CERPEN DINA RIZKI AMELIA

1.
PAJEROKU MAAFKAN AKU

Hampir lima tahun yang lalu aku sangat akrab dengan indra seorang cowok yang berpostur tubuh tinggi, putih dan keren itu. Seorang mahasiswa populer dan terkenal di UNILA. Indra lebih suka menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Indra sangat bertolak belakang dengan aku yang lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah. Pertemuan aku dan Indra pun terjalin lewat internet saat kami berdua chatting. Lalu, perasaan yang sama jualah menyatukan aku dan Indra. Awal-awal yang manis menjadi bagian dari hubungan kami. Namun, karena jarak kami yang terlalu jauh membuat aku merasa jenuh dan sedih akan hubungan ini. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari-hari kami, tidak ada lagi kasih sayang yang aku rasakan darinya. Hanya kata-kata kasar yang sering ku dengar dari mulutnya yang membuat hatiku terbakar bak bara api yang menyala.
Minimnya perhatian Indra akhir-akhir ini, membuat aku menjadi tertarik dengan cowok lain, pada pesona shobir, pada ketampanan dan perhatiannya yang jelas di atas Indra.
“Kau menyukai Shobir?” dingin suara Indra terdengar ditelingaku, namun suaranya yang lembut tak dapat menutupi perasaannya yang terluka dan sakit. “Ya” aku berbicara jujur. Aku merasa yakin bahwa aku tidak sanggup untuk menanggung kebohonganku selama ini kepada Indra. “Maafkan aku Indra” aku berbicara lesu dengan penuh penyesalan. “Karena jarak kita yang jauh ya?” suara Indra sedikit mengeluh. ”Amel aku akan berusaha agar kita bisa cepat bertemu dan cinta ini akan menjadi nyata. “Indra maaf, tapi aku tak bisa.“ sebaiknya kita berdua menjadi sahabat saja. “aku tahu kau sangat baik, tapi sejujurnya perasaanku padamu kini hanya perasaan seorang sahabat saja”. “aku mohon terimalah aku kembali, mel”. “maaf Indra, tapi aku benar-benar tak bisa ku harap kau bisa mengerti”. Indra hanya diam seribu bahasa atas keputusanku tetapi akhirnya dia dapat menerima keputusanku.” Ya, kita berteman saja, mel”. Mel, jangan pernah kau mengira kalau aku akan membencimu, aku akan selalu ada untukmu”.
Hari itu aku menguatkan hatiku untuk tidak menangis di telepon. Bagaimanapun aku tetap merasa bersalah telah menghianati Indra. Lebih dari itu, aku masih mencintai Indra. Hanya sayangnya jarak kamilah yang membuat aku harus mengakhiri hubungan ini.
Lima tahun kebersamaanku dengan Indra berakhir, ada banyak kenangan yang tidak bisa aku lupakan baik kenangan yang manis maupun yang pahit.
Aku hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk mengetahui cowok seperti apa Shobir itu. Dia tak lebih dari seorang playboy kelas teri yang selalu mengumbar cinta kesana kesini. Aku sangat terluka atas perlakuan Shobir kepadaku, aku tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mengurut dada saja.
“Amel”, “Ada apa Melisa, apa ada masalah?”. “Amel gue minta tolong ama loe, tolong donk bujuk Indra untuk kembali masuk ke tim basket, minggu depan akan ada pertandingan, tanpa Indra Universitas kita enggak akan bertanding dan bahkan akan kalah”. Aku sudah berulang kali membujuk Indra tapi dia enggak mau mendengarkanku”. “jadi gue mohon... banget ama loe mel”. Ujar Melisa teman dekat Indra.
Awalnya aku tidak mau karena aku malu pada Indra. Tapi aku kasihan sama Melisa yang sudah memohon kepadaku untuk membujuk Indra. Walaupun terpaksa tapi aku merasa senang, karena dengan semua ini aku bisa membuktikan kata-katanya bahwa dia tidak akan membenciku dan akan selalu ada untukku.
Hari itu, aku menelpon Indra dan berusaha membujuknya untuk kembali bergabung dengan tim basket. ”Aku mau mel tapi ada satu syarat, ujar Indra”. ”apa itu?” tanya ku. ”aku mau kalau kita jadian lagi”. ”sosok kehadiranmu dalam hari-hariku selalu ku rindukan mel, aku tak bisa hidup tanpa dirimu, rayu Indra”. Indra maaf, tapi aku malu atas ucapanku kemarin padamu. Sudahlah mel, tak usah kau ingat lagi yang lalu biarlah berlalu, sekarang kita jalani saja yang ada di hadapan kita, Ujar Indra meyakinkan ku.
Akhirnya aku mencoba membuka hati kembali untuk Indra. kami tertawa bahagia di telpon. “aku janji mel, liburan minggu depan aku akan menemui mu di Palembang.
Hari-hari berlalu, akhirnya tibalah waktu yang dinanti-nanti oleh kami. Namun, kejadian naas terjadi mobil yang ditumpangi oleh Indra mengalami kecelakaan, yang menyebabkan dirinya mengalami pendarahan yang parah yang menyebabkan dirinya terlebih dahulu di panggil oleh yang Maha Kuasa. Mendengar kabar itu aku terkejut dan jatuh pingsan karena tak kuat menahan pukulan yang sangat berat ini, aku tak sanggup menerima kenyataan bahwa Indra telah pergi dan yang membuat aku lebih terpukul lagi aku harus menerima kenyataan bahwa Indra telah mendonorkan hati kepada orang lain yang membutuhkannya.
Aku hanya bisa menangis dan berkata, “Maafkan aku Indra, aku telah salah menilaimu selama ini, aku tak bisa menghargaimu, namun setelah kau tak ada sekarang aku baru tahu bahwa hanya kaulah yang aku inginkan, hanya kaulah yang bisa mengerti aku, hanya kaulah yang dapat menerimaku apa adanya, aku sangat mencintaimu Indra, apakah kau mendengarku disana????????? Teriak ku dengan penuh penyesalan. ”Aku janji, aku akan selau mencintaimu walaupun kau tlah jauh disana, namamu akan selalu ku ingat disepanjang hidupku”. Puisi-puisi, syair-syair yang pernah kau kirimkan kepadaku kan ku jaga sebagai bukti kasih sayangmu selama ini kepadaku.
Maafkan aku Indra.................. Maafkan aku ..................... Maafkan aku pajeroku....................

Mungkin kata maaf
Tak cukup untuk
Mengembalikan detak jantungmu,
Senyum manismu,
Tawa riangmu,
Senja…..
Tlah menjemputmu
Senja….itu aku
Maafkan aku pajeroku.



2.
LOVE OR JOB

Hari itu cuaca sangat cerah, langit berwarna biru muda bagaikan permadani yang menghampar luas dibelahan bumi dunia. Aku bertemu dengan seorang sosok laki-laki yang memiliki paras tampan, berpostur tubuh tinggi, berkulit putih dan bersih, dia bernama Andi. Wajahnya yang tampan membuat aku jatuh hati padanya. Jalinan kasih diantara kami pun tumbuh tanpa diduga. Keakraban membuat kami semakin dekat. Akhirnya bunga-bunga cinta diantara kami pun tumbuh, bak tanaman yang sedang mekar, disiram dan dipupuk seperti cinta kami berdua.
Tahun pertama telah kami lalui berdua, canda, tawa, haru telah kami rasakan bersama, kemesraan kami berdua membuat semua orang yang melihatnya menjadi iri dan ingin hubungannya seperti kami. Namun aku rasakan akhir-akhir ini andi berubah kepadaku, aku berfikir apa ini hanya perasaanku saja.
Tapi entah mengapa aku menjadi ragu akan cintanya kepadaku, ya...mungkin karena SMS ku tak pernah dibalasnya, akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengganggunya untuk beberapa hari ini. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berpisah karena kurangnya perhatiannya padaku, aku selalu memiliki prasangka buruk terhadapnya karena minimnya perhatian dan kasih sayangnya akhir-akhir ini kepadaku.
Jika ku ajak dia jalan, selalu saja tak bisa dan banyak sekali alasan-alasan yang di lontarkannya, aku bosan dengan keadaanku yang seperti ini yang selalu dijadikan nomor dua dalam hidupnya. Bagi dirinya pekerjaan adalah yang paling utama, hidupnya hanya untuk pekerjaan saja. Aku bagaikan sendal jepit yang dipakainya apabila ada sepatu dia akan memilih sepatu dan sendal jepitnya ditinggalkan. Dia telah berubah dari yang ku kenal, biasanya dia bisa membagi waktunya, tapi entah mengapa untuk pekerjaan yang satu ini tak bisa dia membaginya.
Perubahan itu yang membuat aku menjadi jengkel. Sampai pada suatu malam aku mengirimkan SMS kepadanya namun satu SMS pun tak diperdulikannya. Sejak itu aku menjadi tambah yakin bahwa aku tak berarti apa-apa, akhirnya aku mengirimkan SMS yang berisikan puisi

Cintailah aku sewaktu aku ada
Jagan cintai aku setelah aku pergi
Karena sesungguhnya kau baru tahu
Bahwa kehilangan cinta sejati itu
Sakit bagaikan disayat sembilu
Sehingga hatiku mati karena luka yang teramat parah

Kring....kring.....HP ku berbunyi, kulihat dia yang menelphon, namun ku abaikan. Karena telephonnya tak ku respon dia mengirimkan SMS kepadaku yang berisikan

”malam sayang, lagi ngapain?”
Maaf sayang kalo akhir-akhir ini aku tak perhatian padamu
Bukan aku tak sayang, bukan pula aku tak cinta
Namun karena pekerjaanku yang padat yang membuat aku
Seperti ini ”tolong mengertilah aku Please.........................

Ku balas SMSnya dengan nada yang lembut,

”aku tak marah padamu atas kelakuanmu akhir-akhir ini padaku, tapi aku minta kalu ada sesuatu diberitahu”.

Membaca SMS itu dia menjelaskan kepadaku bahwa satu minggu lagi dia akan mengadakan mitting, masalah produk. Andi berprofesi dalam bidang marketting atau pemasaran di perusahaannya. Jadi dia ingin memberikan yang terbaik buat perusahaannya yang telah memberikan pekerjaan kepadanya. Apa sayang bisa mengerti sekarang? ”ujar Andi”. ”Ya aku mengerti” jawab ku.
Akhirnya sampailah pada hari yang ditunggu oleh kekasihku. Dengan wajah yang gembira tepat pukul 07.00 WIB, dia mengadakan rapat di ruang meatting yang di hadiri oleh direktur utama, staf-staf manajer dan rekan-rekannya di kantor. Dengan rileksnya Andi mempersentasikan rancangan produk yang telah dibuatnya satu bulan yang lalu. Hasil persentasi Andi pun disambut positif oleh direktur, dewan-dewan direksi, staf-staf manajer dan karyawan-karyawan lainnya.
Ruangan yang berukuran 7 X 5 meter itu menjadi saksi keberhasilan kekasihku. Aku bangga memiliki kekasih yang pintar, tampan dan sabar seperti dia, sungguh tak terbayangkan bila harus berpisah dengan dirinya.
Perhatian dan kasih sayangnya kembali lagi seperti dulu kepada ku...... sampai pada akhirnya kami mengambil keputusan bahwa hubungan kami akan kami bawa kejenjang pernikahan. Aku sadar bahwa dalam ini kita harus bisa menerima kekurangan orang yang kita sayangi.
Tanggal 21 mei 2010 menjadi hari bersejarah dalam hidup kami berdua. Bagi Andi, Love and Job are very important to him.



3.
DUA HATI SATU CINTA

Aku sangat bahagia dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepadaku. Aku mempunyai sebuah keluarga yang sangat menyayangiku, teman-teman yang baik dan Hans tunanganku, seorang cowok yang sangat aku sayangi.
Tepatnya tanggal 12 juli 2010, aku dan Hans akan segera menikah, hal itu yang membuat aku merasa senang. Akhirnya kami akan segera bersatu dan hidup bahagia selamanya. Seminggu sebelum acara pernikahan, kami sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk acara yang spesial itu. Mulai mempersiapkan pakaian, mas kawin, pelaminan, undangan, makanan dan minuman dan masih banyak lagi keperluan yang tak diduga-duga.
Amarah, Donita, Anton dan Daniel siap membantu dalam mempersiapkan keperluan untuk pernikahan kami berdua. Mereka memang sahabat sejati yang selalu setia membantu kami.
Hari demi hari pun berlalu, akhirnya sampailah pada waktu yang dinanti-nanti dimana aku dan Hans akan duduk bersanding di pelaminan. Bagiku sekarang mungkin aku adalah orang yang paling bahagia karena aku akan menjadi seorang istri buat Hans. Aku beruntung mendapatkan Hans, dia pria idaman bagi semua wanita. Penantian ku selama ini akan segera berakhir. hanya dengan hitungan jam semuanya hilang berganti dengan kebahagiaan.
”Aduh cantiknya pengantin ini,sabar aja non bentar lagi kok” ledek amarah dan Donita. ”Iya-iya sabar kok, apa Hans sudah datang?” tanya ku. ”Sepertinya belum tapi kamu tenang aja ya bentar lagi juga pasti datang”ucap Donita. Tiba-tiba jantungku berdebar-debar, aku merasa tidak tenang dan begitu cemas dengan Hans. Aku begitu takut terjadi apa- apa dengan Hans di jalan. ” Sabar Cinta, tenang aja Hans pasti datang” kata Amarah menenangkanku seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan.
Sudah dua jam berlalu dari waktu yang tertera di undangan Hans juga belum kunjung datang. Sedikit demi sedikit para tamu undangan pun mulai meninggalkan tempat acara. Aku begitu sangat khawatir, cemas akan semuanya. Pirasat yang buruk terus bersarang di kepalaku, aku benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Hans. “Amarah, Donita mana sih Hans kok dia belum datang apa dia lupa kalau hari ini dia dan aku akan menikah”. “Kalian lihatkan kalau papa dan mama Hans sudah datang dan tamu undangan satu persatu sudah pergi!” cemas ku. “Sudah Cin kamu sabar aja Hans pasti datang” kata Amarah. “Atau jangan-jangan Hans tuh Cuma ngerjain kamu dia tuh pasti menyiapkan surprise buat kamu” tenang Donita. “Nggak mungkin aku tuh tahu banget siapa Hans, dia tuh nggak mungkin akan buat aku menunggu selama ini”. “Mungkin itulah letak surprise dari Hans, kamu kan tahunya kalau Hans itu nggak akan pernah biarin kamu menunggunya, sekarang mungkin dia lagi ngetes kesetiaan kamu padanya” kata Amarah menenangkanku. ”Iya aku tahu tapi ini terlalu lama 2 jam dan bukan hanya aku saja yang menunggu tapi semuanya dibuat cemas olehnya”.
“Cinta…” jerit Anton dan Daniel kepadaku.
“Ada apa sih apa ada masalah?”. “I...y..a ini soal Hans”. “Hans! , memang ada apa dengan dia?” tanya ku. “Tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu akan kuat” kata Anton. “Memangnya ada apa sih, Hans kenapa?”kata ku penasaran. “H..a...n..s kecelakaan, mobilnya jatuh kedalam jurang dan dia gak bisa ditemukan”. “Apa…”. Aku nggak bisa menahan tangisku, tiba-tiba aku merasa begitu lemah, penglihatanku menjadi gelap seperti perasaanku sekarang. Harapanku kini kandas, harapan bahagiaku dengan Hans kini telah musnah.
1 bulan berlalu Hans juga belum bisa ditemukan. Aku begitu sakit seluruh pikiranku hanya ada Hans. Hans satu-satunya cowok yang bisa ada dihatiku dan nggak ada yang lain.
“Cinta kamu harus sabar” kata Amarah menghiburku. “Iya cin kamu harus berusaha untuk melupakan Hans dan mencari penggantinya” kata Donita. “Don aku nggak bisa lupain Hans, mungkin kalian semua bisa dengan mudahnya melupakan Hans tapi aku… aku gak bisa, aku begitu mencintainya” tangis ku.“Cinta aku minta maaf, aku nggak bermaksud buat kamu marah tapi aku mau kamu selalu bahagia”. “Aku tahu Don tapi aku mohon, tolong jangan paksa aku untuk lupakan Hans karena aku gak bisa”.”Ya udah Cin maafin kami ya kami nggak bermaksud nyakitin kamu” kata Amarah. “Maafin aku juga ya Donita, Amarah”. “Aku tahu kalian cuma ingin melihat aku bahagia”.
Hari ini Amarah dan Donita mengajak ku pergi jalan-jalan. Mereka berdua memang teman yang sangat baik, mereka berdua selalu ada dan menemani aku. Tapi yang lebih membuat aku senang dan sekaligus kaget ketika aku bertemu dengan seorang yang sangat mirip dengan Hans. Aku gak percaya dengan apa yang sudah aku lihat tadi, mana mungkin ada seorang yang sangat mirip dengan Hans. “Ini nggak mungkin, dia pasti bukan Hans, Hans nggak mungkin akan mengkhianati aku, dia gak mungkin jalan dengan perempuan lain” kataku. “Tapi wajahnya, senyumnya semua sama”. “Hans…Hans, kamu dimana?” rintihku sambil menanggis.
Semejak pertemuanku dengan dia kemarin aku selalu memikirkannya, aku bahkan berharap kalau aku tak akan pernah bertemu dengan dia lagi. Tapi kali ini takdir lagi-lagi mempermainkan hidupku. Takdirku berbeda dengan apa yang aku harapkan, aku bertemu lagi dengannya. Kupandangi dia dengan penuh keseriusan, dia begitu sama dengan Hans, cara dia bicara, tersenyum bahkan bersikap pun sama persis seperti Hans. Aku begitu dipermaikan oleh takdirku sendiri. Mengingat Hans membuat ku semakin terluka dan terpukul. Cintaku benar-benar dalam untuknya dan rindu ini semakin mengebu-gebu. Aku ingin Hans, ku ingin memeluknya dan katakan aku sangat mencintainya tapi semua telah berlalu Hans sudah tiada. Hanya kenangan dan fotonya yang bisa ku peluk dan ku pandangi sebagai pelipur rindu ku ini.
“Cinta, kamu pasti nggak percaya, kami tadi melihat ada orang yang mirip sama Hans” kata Amarah. “Aku sudah tahu, aku juga sudah bertemu dengan dia, dia begitu mirip”. ”Aku rindu Hans, aku ingin dia kembali” tangis ku. ”Sabar Cinta, kamu nggak boleh menanggis, dimana pun Hans berada dia pasti sedih” tenang Donita. ”Iya aku nggak boleh nanggis, aku kuat demi cinta Hans aku akan tegar”.
Hari ini aku sudah mulai masuk lagi ke kampus. “Kampus ini masih seperti dulu ya Amarah” kataku. “Ih Cinta kampus ini memang gak akan pernah berubah kali”. “Tapi ada satu yang berubah, dulu aku selalu datang ke kampus ini dengan Hans tetapi sekarang, semua itu nggak akan pernah terjadi lagi”. “Sudahlah Cin hari ini kan hari pertama kita di kampus jadi nggak boleh sedih, senyum dong” kata Donita.
“ Cinta, Amarah, Donita apa kabar kalian, sudah lama ya nggak bertemu” kata Daniel. ”Baik, kabar kak Daniel sendiri gimana?” tanya ku. ”Baik juga, kamu sabar ya Cinta, kak Daniel tahu kamu pasti kuat dan semangat” hibur Daniel. ”Pasti, aku nggak akan buat Hans kecewa, demi dia aku akan terus tersenyum”. ” Aku tahu kamu bisa, semangat!” kata Daniel. ”Cinta berjuang! kata Amarah dan Donita. ”Makasih semuanya, kalian sudah mendukungku dan menemaniku” kataku.
Aku benar-benar beruntung karena bisa mengenal dan berteman dengan mereka. Teman- teman yang baik yang selalu ada untuk ku. Kami semua ngobrol melepas kerinduan kami namun tiba-tiba ” Hallo apa kabar?”.obrolan kami terhenti dan suara ini tak asing lagi terdengar di telingaku. Aku memalingkan mukaku dan begitu terkejut. Aku melihat Hans, dia ada di hadapanku.“Hai semua, perkenalkan namaku Yogi aku anak baru di kampus ini”. “Aku harap kalian semua bisa menjadi temanku”. Wajah itu mirip Hans, senyumannya begitu nyata sama seperti senyuman Hans. Aku tidak bisa lagi menahan kesedihanku, air mataku tak sengaja menetes dipipiku. Aku berlari menjauh dari Yogi. “Kenapa dengan dia apa dia sakit”. “Yogi kamu mau denger yang sebenarnya atau yang bohong” kata Anton. “Jelas yang benar dong”. “Namanya itu Cinta, dia teman kami, kamu tahu apa sebab dia menangis, karena wajah kamu”. “Wajahku..? memang kenapa dengan wajahku, apa wajahku begitu buruk”. “Nggak, wajahmu memang nggak salah tapi wajahmu itu sama persis seperti calon suami Cinta yang mengalami kecelakaan pada hari pernikahan dan sampai sekarang jasadnya belum ditemukan” jelas Daniel. ”Jadi itu penyebab dia menangis dan mencoba menghindar dari ku”. “Tapi kamu tuh memang Yogi atau Hans sih” kata Donita. “Nama aku Yogi, kalau masalah muka kami yang mirip aku nggak tahu dan aku nggak pernah kenal Hans.dan kalau aku memang Hans, aku pasti mengenal Cinta, Tapi…nyatanya aku tidak mengenal Cinta dan apa mungkin aku kembar dengan Hans?”. ”Nggak kok Hans anak tunggal” kata Anton. ”berarti aneh dong kenapa wajah kami bisa sama?” kata Yogi.
Selama seminggu terakhir aku terus menghindar dari Yogi. Aku tak bisa terus melihat dia, ini begitu menyakitkan. Aku melihat sosok Hans yang sama dari Yogi, benar-benar sama hingga aku tak mampu membedakan mereka.
Hari ini aku dan Yogi bertemu. Aku melihat dia sedang berjalan dengan seorang wanita dan kabarnya wanita itu adalah pacarnya dan mereka akan bertunangan. Awalnya aku nggak pernah percaya dengan gosip anak-anak, tapi setelah aku mendengar sendiri dari pembicaraan Yogi dengan Anton dan Daniel aku baru yakin kalau itu semua memang betul. Aku nggak tahu apa yang sedang aku rasa, aku begitu cemburu dan tak senang dengan apa yang kudengar bahwa Yogi akan bertunangan dengan Sarah.
“Bagaimana kalau Yogi memang Hans, tapi kalau memang seperti itu aku akan kehilangan dia, karena dia hari ini akan bertunangan dengan Sarah” kataku. “Tapi nggak mungkin dia Hans, Aku harus bisa terima kalau dia adalah Yogi dan Hans sudah meninggal”.
“Cinta …” jerit Amarah,. “Ada apaan sih?”. “Cin kami ada berita tentang Yogi”. “Memang ada apa dengan Yogi’. “Ternyata dia itu adalah Hans” kata Donita. “Hans...”ucapku dengan kaget. “Iya dia itu Hans, dia itu mengalami amnesia, jadi itulah penyebabnya dia bisa melupakan kita semua terutama kamu Cinta” kata Amarah. “Amnesia, tapi kalian tahu dari mana?”. “Cin kami tadi mencari bukti di rumah sakit tempat Yogi dulu dirawat, dan kata dokter ,Yogi tuh adalah korban kecelakaan yang dibawa oleh Sarah ke rumah sakit, katanya lagi Yogi itu ditemukan di dalam jurang” kata Anton. “Tapi kalau dia memang Hans berarti aku…” aku berlari mengejar Hans aku nggak peduli dengan yang lain sekarang yang ada dipikiranku hanya ada Hans. Aku terus berlari. Aku nggak mau kehilangan Hans lagi.
“Yogi… aku mohon tolong jangan bertunangan, kamu itu adalah Hans, kita berdua saling mencintai”. “Apa Cin, aku tahu kamu tuh cinta banget sama tunangan kamu yang bernama Hans itu, tapi aku bukan Hans ,aku Yogi dan sekarang yang ada dihati aku hanya Sarah jadi kamu nggak bisa melarang aku bertunangan, kamu nggak berhak Cinta”. “Hans”. “maaf sebelumnya aku mungkin akan menyakiti kamu tapi kamu nggak boleh seperti ini, aku Yogi”.
Aku begitu kecewa dengan Hans. Dia benar-benar berbeda tak ada lagi cinta dan kata sayang yang ku dengar semua hilang. Aku berlari keluar sambil menangis. “Hans…” jeritku. Pada saat itu aku sempat sadar, aku melihat darah dari kepalaku lalu tiba-tiba badanku seraya tak bernyawa aku pun tak tahu apa lagi yang terjadi padaku.
“cinta yang dulu ku cintai dan kucari sekarang ada di depan mataku, tapi… dia membenciku dan tak lagi mencintaiku, aku rela jika aku harus kehilangan cintaku demi dia bahagia” ucapku kepada Amarah, Donita, Anton dan Daniel. “Tapi ijinkan aku sekali saja bilang kalau aku sayang sama dia, dan hanya dia yang ada dihatiku”. “Udah Cinta kamu tenang dulu, kamu masih sakit” kata Amarah.
“Akh sakit…, kepalaku sakit” jerit Yogi kesakitan. “Siapa kamu, aku dimana aku harus cepat ke pesta pernikahan aku dengan Cinta, Cinta pasti sudah lama menungguku” kata Yogi yang sadar. “Yogi tapi hari ini kita akan bertunangan”. “Bertunangan siapa yang akan bertunangan, aku!, mana mungkin” kata Hans dengan kaget. Mana mungkin aku bertunangan dengan kamu karena aku hanya mencintai Cinta dan akan segera menikah dengannya”. “Yogi , jadi kamu sudah mengingat semuanya” “Ingat semua apa maksud kamu?”. “Jadi kamu benar-benar lupa kalau waktu itu kamu kecelakaan dan aku yang sudah menyelamatkanmu”. “Yogi aku mohon tolong jangan tinggalkan aku, aku sayang sama kamu”. “Maafkan aku tapi aku hanya sayang sama Cinta dan hanya dia yang ada di dalam hatiku”.”Maafkan aku, aku harus pergi aku nggak mau nyakitin Cinta”. ” Tapi kamu sudah mengusir Cinta tadi”. ”Aku mengusir Cinta, aku harus pergi”. “Yogi... aku rela jika aku harus kehilangan kamu, tapi aku mohon tolong jangan pernah melupakan aku, aku mau kamu ingat aku sebagai orang yang mencintai kamu, Semoga kamu dan Cinta selalu bahagia” kata Sarah.
“Cin.. aku minta maaf, atas perbuatan aku sama kamu, aku nggak mau kehilangan orang yang sangat aku cintai” kata Hans. “Maafin aku karena aku telah membuat kamu lama menunggu pada hari pernikahan kita” kata Hans lagi. “Hans… kamu sudah ingat, kamu sudah kembali Hans”. “Iya aku sudah kembali dan aku nggak akan lagi pernah membuat kamu menangis Cin ini janji aku sama kamu”.
Aku sangat senang karena orang yang sangat aku cintai kembali kepada ku lagi. Tapi aku juga sedih karena atas kebahagianku itu ada seorang wanita yang harus terluka yaitu Sarah. Aku sangat bangga dengan Sarah yang rela melepaskan cinta demi untuk kebahagian orang yang dicintainya itu. Aku merasa sangat bersalah, karena secara gak langsung aku telah menyakiti hati Sarah. “Cinta kamu kenapa??” kata Hans. “Hans aku merasa bersalah dengan Sarah, karena aku telah menyakitinya”. “Aku tahu Cin, aku juga merasa bersalah tapi… ini bukan salah kita”.” Takdir yang telah mempertemukan kita dengan Sarah. Cinta ini bukan cinta yang biasa meski takdir memisahkan kita namun sekarang takdir pun yang telah mempersatukan kita kembali” kata Hans.
”Aku benar-benar mencintai kamu Hans” kataku. ”Sekarang mari kita petik hikmah dari semua ini, ”memang cinta segitiga itu sangat merepotkan, membawa kepedihan dan luka tapi tanpa hadirnya cinta segitiga dalam hidup, kita tidak akan tahu apa arti dari cinta sejati itu....!”. ujar Hans.



4.
FOREVER LOVE

Panggil saja namaku Saskia. Aku sekarang duduk di kelas III SMA. Kata teman-temanku, aku adalah anak yang menyenangkan dan ceria. Tapi ada juga sih orang yang bilang kalau aku anaknya sedikit bandel dan cerewet. Tapi semua itu nggak penting buat aku yang terpenting mereka dapat menerima semua sifat yang kumiliki apa adanya.

Aku sangat mengagumi Yoga siswa kelas 3 IPA 1. Yoga memiliki wajah yang tampan, keren dan bukan itu saja dia anaknya pintar. Wajar saja kalau banyak anak wanita yang tergila-gila padanya dan bahkan ada saja diantara wanita-wanita itu yang mau menjadi pacarnya. Tapi yang bikin aku rada sebel sifat mereka yang sok deket dan sok kenal, padahal Yoga gak pernah memperhatikan mereka. Aku juga nggak sadar sejak kapan aku menyukai Yoga, padahal di mataku Yoga itu adalah cowok yang paling sombong dan cuek sedunia.

Aku gak pernah menyangka kalau Yoga tenyata adalah anak tante Yanti teman dekat Mamaku. Aku baru tahu ketika mama mengundang tante Yanti dan keluarganya untuk makan malam bersama di rumah kami. Ya aku sangat terkejut .
“Yoga”.

Tapi Yoga ngak pernah menghiraukanku, aku sebel, kesel dan sekaligus malu karena nggak dihiraukan. Sejak saat itu, aku menjadi tambah yakin kalau Yoga tuh sombong dan sangat cuek.

“Saskia maafin Yoga ya”? “Yoga memang gitu orangnya mungkin ini karena salah tante, semejak papa Yoga meninggal Tante mungkin kurang memperhatikan Yoga dan sibuk ngurusin kerjaan tante di kantor” kata tante Yanti kepadaku.
“Ah nggak apa-apa kok tante, Saskia gak marah sama Yoga kalau pun Saskia marah, Saskia pasti sudah maafin Yoga”. Jawab Saskia.

“Saskia tante harap kamu mau menjadi teman Yoga, baik itu di rumah maupun di sekolah. Tante takut kalau nanti Yoga tidak punya teman gara-gara sifatnya yang cuek itu”. Pinta tante Yanti pada saskia.
“Iya tante tenang aja, Saskia pasti mau kok jadi teman Yoga”. hiburku

Pagi harinya, di sekolah dengan rasa super pede dan gembira aku menemui Yoga. Yoga pun bingung karena melihat kedatanganku . “Ngapain kamu ada disini” kata Yoga dengan kesal.
“Emangnya kenapa kalau aku ada disini apa ada yang melarang, disinikan tempat umum siapa pun boleh kesini” kataku. Tanpa disadari anak-anak disana memperhatikan kami.

“Ngapain kalian semua lihatin kami berdua emang ini tontonan, kalau mau nonton ya ke bioskop aja” kata Yoga dengan marah. Anak-anak di sana pada ketakutan dan pergi meninggalkan mereka berdua.

“Wajar saja ya kalau kamu tuh gak punya teman, kelakuan kamu saja seperti ini” kata ku dengan mengejek.

Yoga sangat marah kepada ku dan tak sengaja mendorong ku. Aku terjatuh dan kakiku berdarah. “Sas maafin aku ya, aku nggak sengaja”. “Aku sadar kalau apa yang aku lakukan itu memang salah dan sudah keterlaluan”. Ujar Yoga
“Aku janji deh sama kamu, apapun akan kulakukan asal kamu mau maafin aku”.

“Ok, aku akan maafin kamu tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu akan merubah sifat dan tingkah laku kamu selama ini”.

“Iya deh demi kamu aku akan merubah sifat dan tingkah lakuku”. Sedikit ragu dalam hatiku akan perkataan Yoga kepadaku kalau dia akan berubah. Aku sadar kalau Yoga sangat berusaha untuk merubah perilakunya. Kulihat dia lebih banyak tersenyum dan tingkah lakunya sedikit demi sedikit berubah.

Hubungan kami pun sekarang sangat dekat. Kami berdua sekarang lebih akrab tidak seperti dulu yang selalu bertengkar apabila bertemu. aku sangat gak pernah menyangka kalau aku dan Yoga akan dekat dan menjadi akrab seperti sekarang.
“Saskia aku mau bilang sesuatu sama kamu”.
“Aku gak tahu sejak kapan aku mulai menyukai kamu”.
“Kamu mau gak jadi pacar aku”.
aku terdiam kemudian aku pun mulai memberi jawaban

“Yoga sebenarnya aku sudah lama suka sama orang dari semenjak aku masuk di sekolah ini dan sampai sekarang aku pun selalu cinta sama dia. Aku mau kasih tahu kamu bahwa orang itu adalah kamu Yogaa”. “Ya sejak lama aku sudah suka sama kamu dan aku mau jadi pacar kamu”.

Semejak saat itu Yoga dan aku selalu bersama dan yang paling mengembirakan ternyata sejak lama orang tua kami sudah berniat untuk menjodohkan kami. Yoga dan aku berjanji kalau kami berdua akan terus bersama dan akan selalu saling mencintai selamanya.



5.
PACARKU, SAHABATKU

Perkenalkan namaku “Felissa”, aku seseorang gadis yang bersekolah di suatu SMA di Palembang. Aku mempunyai 3 orang sahabat yang selalu menemaniku, pada saat aku membutuhkan mereka, mereka selalu ada. Mereka adalah Melisa, Ana dan Tia, kita bersahabat sejak kelas 1 SMP.

Aku dan ketiga orang sahabatku sering kali berbagi cerita satu sama lain. Karena kalau kita berbagi cerita dengan orang lain, masalah yang kita hadapi terasa ringan walau pun itu berat .

Pada saat itu, aku sangat sedih karena pacarku Aditia selingkuh dengan teman sekelasku Jully. Hatiku sangat hancur dan tiga orang sahabatku sangat marah mendengar ceritaku tentang Aditia dan Jully yang telah menyakiti haiku. Keesokan harinya ketiga sahabatku bertemu dangan Jully dan menghampiriya. “jadi orang jangan suka merebut pacar orang tau!” kata Melisa kepada Jully. Ia loe cewek atau cowok sih nggak ngerti perasan orang lain. Gara-gara loe teman gue sengsara loe tuh egois banget dasar cewek ngak punya perasan” kata Ana dan Tia menambahkan. eh, bukan urusan gue dia mau sakit hati atau engak, EGP??? yang penting Aditia suka sama gue harusnya yang di salahkan itu Aditia bukanya gue” Jully dengan angkuh. Lalu tiba –tiba Melisa menampar wajah Jully. Jully pun ingin membalas tamparan Melisa tetapi aku segera memegang tangan Jully dan tak sengajah tanganku menampar wajah Jully kejadian itu tak sengaja dilihat oleh Aditia dan dia pun segera menghampiri kami.

“Ada apa ini? kamu kenapa Jul, ”Aditia bertanya. “ini semua gara-gara loe Dit,”kataku. Setelah itu Jully memegang tangan Aditia dan pergi meningalkan kami.
Tiga hari setelah kejadian itu aku bertabrakan dengan Aditia ketika akan manuju ke kelas. Aku pun terjatuh “maaf yah Felissa aku ngak sengaja” Aditia pun berkata “kamu kenapa sih menghindar dariku”. “ kamu tahu kenapa aku selingkuh dengan Jully itu semua karena kamu Felissa” sambung Aditia. “salahku apa maksud kamu” kataku tak percaya dengan apa yang sudah kudengar”. Iya itu semua karena kamu gak pernah pedulikanku lagi dan aku merasa kau tak pernah menyanyangiku lagi”. Maafin aku Aditia tapi aku tak pernah bermaksud seperti itu mungkin yang terbaik buat kita adalah teman saja”. “Iya mulai saat ini kita berteman”.

Teman-teman anggota kita nambah satu lagi loe, kalian pasti ingin tahu siapa?. Iya, iya siapa gue penasaran nih kata Ana. Dia…. Aditia. Ah kenapa loe kamari gak puas loe sudah nyakiti sahabat gue dan loe Felisa loe kan sudah tahu kalau dia itu jahat dia sudah mendua dan buat kamu menderita kata Tia dengan judesnya”. Iya kamu gila ya pokoknya kami gak setuju kata Melisa menambahkan”. Kalian kok gitu, ini bukan salah Aditia. Apa maksud kamu?, kamu kan sudah tahu kalau Aditia itu mainin kamu dan yang paling parah sama Jully lagi emangnya gak ada yang lain apa?. Ini salah aku, aku mohon sama kalian tolong terima Aditia kasihan kan dia, kalau kalian gak mau terima dia itu tandanya kalian gak sayang sama aku. Iya… iya kami terima dia tapi ada syaratnya dia harus putus dengan Jully, kami gak suka sama dia jawab mereka bersama-sama. Iya gue setuju, DEAL?. Aditia segera menemui Jully dan memutuskannya. Sekarang Aditia resmi menjadi anggota kami dan kami selalu pergi bersama-sama kemana pun.

CERPEN RIA PERMATA SARI

1.
KADO TERMANIS UNTUK YANG TERSAYANG

Sinar mentari menyinari cakrawala menerobos diantara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Tepat di bawah pohon itu aku duduk bersama sahabatku Rini dan Lina menikmati keindahan alam Punti Kayu. Burung-burung bernyanyi merdu membawa pikiranku melayang tinggi menembus waktu yang lampau. Masih lekat diingatanku kenangan masa lalu itu, aku, Rini dan Lina serta Lena bercanda ria menikmati kebersamaan diantara kami tepat di bawah pohon pinus ini. Kenangan dua tahun yang silam yang tak kan pernah ku kubur seiring dengan berjalannya waktu. “Ah…..udahlah tak perlu diungkit lagi” kata Rini yang sontak mebuyarkan lamunanku. “emangnya kenapa Rin? Tanya Lina setengah penasaran” ya …udahlah yang lalu biarlah berlalu” jawab Rini dengan nada meninggi. Aku dan Lina hanya saling bertatapan memandang heran kepada Rini. Aku tak tau kenapa Rini begitu benci dengan Lena akhir-akhir, setiap ditanya jawabannya selalu saja tak jelas.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat kengan Lena sekolah, mentaripun mulai menampakkan cahanya ke bumi, pagi ini aku dan LIna sepakat akan datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya karena besok Rabu, 25 April 2009 adalah ulang tahunnya Rini. Aku dan Lina berencana akan membuat kejutan untuk Rini malam nanti tetapi yang kutunggu tak jua menampakkan batang hidungnya. “kemana kok jam segini itu anak belum juga datang” gerutuku dalam hati, untuk mengusir kejenuhan yang menggelayut dibatinku kudengarkan musik di handphone sambil sesekali menoleh ke luar berharap yang kutunggu datang.
Terdengar langkah yang terburu-buru masuk ke kelas seolah orang itu sedang di kejar Anjing. Aku terkejut dan bangkit dalam lamunanku ternyata yang datang Lina. “maaf ya jeng…….aku telat habisnya aku kesiangan.”huh, dasar tukang molor” gerutuku. Merekapun mulai mengatur strategi tentang kejutan buat Rini. Lonceng telah berbunyi, anak-anak keluar masuk kelas dengan tertib. Aku, Rini dan Lina langsung cabut menuju kantin yang letaknya cuma beda tiga kelas dari kelas kami. Maklum hari ini mata pelajaran hari ini cukup menguras energi kami. “Lin…ika…kalian berdua kok diam saja dari tadi tak seperti biasanya” Rini memecahkan kesunyian diantara kami., kenapa sariawan ya…”membuat suasana lebih bersahabat. “kalian marah tentang persoalan kemarin..ya udahlah Lena juga enggak peduli dengan kita, kalau emang dia masih menganggap kita sahabat seharusnya dia kasih kabar, ini mana tak secarik kertas pun yang ia kirimkan”. aku dan Lina hanya diam hanya menatap lemah. Kami berdua tak tahu kenapa Lina sekarang begitu benci kepada Lena. Tapi tak apalah ini bisa jadi kesempatan kami untuk membuat kesal Rini.
Rini duluan ya teman-teman soalnya disuruh mama pulang agak cepat “langsung berlalu meninggalkan kami. Tanpa ekspresi melihat Rini yang sudah menjauh dari kantin” pasti Rini marah ya jeng…”Lina berguman. Biarin ajalah berarti rencana kita enggak sia-sia dong. “semuanya udah bereskan Lin buat nanti malam”.”iya beres bos tenang aja, jawabku santai. Malam harinya udara dingin seakan menusuk badan, bintang-bintang bertaburan menghiasi cakrawala, kerlap-kerlip seolah ingin menunjukkan siapa yang paling hebat. Sekitar pukul 00.00 WIB aku dan LIna telah sampai di rumah Rini kebetulan rumah Rini hanya beda 1 kompleks dari rumahku dan Lina. Kamipun sudah mempersiapkan kue dan rame-rame mengetuk kamar Rini. Terdengar suara sayup-sayup dari dalam kamar “duch siapa sich…ganggu aja”. Sambil membuka pintu dan “happy birthday tu you….happy birthday to you” alunan lagu itu membuat Rini berlinang air mata bahagia membawanya terlena dalam kasih sayang keluarga dan teman-temannya.
Esoknya…matahari bersinar dengan malu-malu, di bawah rindangnya pohon cemara dan suasana yang bersahabat seolah mengerti akan suasana hati Rini yang begitu bahagia. Aku, Rini dan Lina duduk santai di taman dekat kompleks rumahku. Bercanda ria sambil menikmati bunga-bunga yang bermekaran…kupu-kupu sesekali hilir mudik menghisap sari bunga. “coba masih ada Lena ya Rin pasti lebih seru” Lina bergumam. “apa bedanya ada atau tidak adanya Lena disini” Rini berceloteh. “kenapan sih Rin nampaknya kamu agak sensitive kalau membahas soal Lena”kataku. “gini aja toh dia lupa sama kita semua jadi buat apa kita ingat-ingat lagi dia,,,,apalagi lagi ku dengar kabar dari Susi dia pacaran sama Rio. Susi adalah teman sekelas kami dulu yang setauku sangat iri terhadap kekompakkan persahabatan kami.
“ Rin, aku tak percaya kabar burung itu, setauku Lena tak seperti itu jadi cuma gara-gara seorang cowok kau begitu benci dengan Lena, tak ku sangka Rin” jawabku lantang. Kau juga jangan menyalahkan Lina sepenuhnya Rin, seandainya kabar itu memang benar adanya Lena jugakan tidak tauh kalau kau juga menyukai Rio. Kalau saja kamu jujur tentang perasaanmu kepada kami mungkin masalahnya tak serumit ini. Aku harap kita bisa kayak dulu lagi Rin….kata neneknya Lena akan pulang ke Jakarta dalam waktu dekat ini. Jadi aku harap kalian bisa menjelaskan satu sama lain tentang perasaan kalian masing-masing. Aku yakin Lena punya alasan tersndiri mengapa ia tidak member kabar kepada kita”.
Rini hanya membisu di balik senyum indahnya. Rin kami punya sesuatu untukmu, coba lihat di sudut taman itu….dengan penasaran Rini menoleh kearah yang dituju. Disana seorang gadis duduk menyendiri, rambutnya lurus, panjang terurai menari-nari di belai hembusan angin. Disapanya gadis itu dan alangkah terkejutnya Rini ternyata dihadapannya seseorang yang sahabat yang sudah lama tak jumpa. Ya, dia adalah Lena. Entah marah atau bahagia rini pun salah tingkah dibuatnya. Lena memang banyak berubah. “apa kabar Rin” Tanya Lena lembut. ”baik” jawab ini. “aku harap kamu tak salah paham denganku soal Rio, aku tau kau menyukai Rio sejak dulu…tpi tenang Rin itu hanya Gosip murahan yang tak perlu kau percaya…Susi melakukan itu supaya bisa memecah belah persahabatan yang telah lama kita jalin. Maafkan aku teman-teman karena selama ini tak pernah memberi kabar kepada kalian…aku tau aku salah,,aku kecopetan handphoneku hilang makanya aku tak memberi kabar kepada kalian semua. Ku harap kalian mengerti dengan keadaanku. “sudahlah,,,yang pentingan semuanya sudah jelas” jawabku. Semenjak pertemuan itu kami kembali dalam kekompakkan, bercengkrama mnikmati kebersamaan yang telah lama tidak kami nikmati selama bertahun-tahun.



2.
MY FATHER, MY INSPIRATION

Hari berganti hari seolah waktu ingin berlari, tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sosok itu telah lama berlalu meninggalkan kami semua. Ya, tak terasa sudah riga tahun inu pergi menghadap Yang Kuasa . “ku harus bias menghadapi kenyataan pahit ini” gumamku dalam hati, demi adik-adikku siapa lagi yang akan membimbing mereka kecuali aku dan tentunya ayahku tersayang.
Ayah, aku tak menyangka dia setegar ini menghadapi keyataan ini. Meski ku lihat sulit buat ayah menjalani hari tanpa ibu tetapi dia tetap berusaha tersenyum di depan anak-anaknya. “ Ani, apa sebaiknya ayah ganti jam kerja saja ya”. Sambil menghirup kopi panas yang ku buatkan tadi. “ mungkin lebih baik begitu yah, soalnya indah enggak mau pisah dari ayah, dia terus-terusan menyebut nama ayah..saat ayah bekerja malam” jawabku pelan. “ayah, luga bingung tapi ayah akan coba usulkan dulu dengan pimpinan ayah, semoga saja ia mengerti keadaan ayah”. Aku sangat mengerti keadaan adikku yang bungsu itu, dia sangat kehlangan sosok ibu, tuhan kuatkanlah jiwa dan bathin kami sekeluarga” mencoba memberi semangat pada diriku ini. Ayahku seorang karyawan harian di perusahaaan swasta jam kerjanya tak tentu.
Matahari mulai terbenam di ufuk timur, burung-burung mulai kembali ke sarangnya, cakrawala memancarkan rona memerah. Menandakan malam akan segera tiba. Aku duduk termenung di teras rumah sambil menikmati indahnya sunset. Dulu, disini setiap sore aku selalu duduk berdua bercanda ria bersama ibu. Tapi kini semuanya tinggal kenangan terindah yang ku simpan di dalam dada. Membekas di jiwa yang rapuh ini. Begini rasanya kehilangan seorang ibu serasa tak ada tempat berlindung lagi di dalam dunia ini. Tapi aku masih tetap bersyukur masih ada ayah yang begitu perhatian kepada kami bertiga.
Aku bahagia karena ayah begitu sayang kepada kami, hari-hariku lalui dengan cinta dan kasih sayang. Ayah masih bisa mengimbangi sosok ibu yang selama ini hilang. Tetapi kini semua telah sirna semenjak kedatangan perempuan itu. Ya, semenjak kedatangan ibu Mira perempuan yang belum lama ini masuk ke dalam kehidupan kami. Ayah sudah agak berubah kepada kamii entah apa yang ada yang ada di benakku, aku merasa bathin ini sulit menerima kehadirannya di keluargaku. Ku dengar dari tetangga ibu Mira begitu ia sering disebut adalah wanita perusak rumah tangga orang. Dan ku lihat sendiri dari mata kepalaku sendiri waktu aku lagi jalan-jalan di Mall dia…bersama seorang lelaki bergandengan dengan mesra dan lali-laki itu bukan ayah. Semakin gundah gulana bathin ini., apakah ini hanya perasaaanku saja. Ku coba beranikan diri menanyakan gundah di jiwa ini kepada ayah. “yah, kenapa Yenni merasa ayah sedikit berubah perhatiannya kepada kami semua”. Ayah hanya berlalu menghilang dibalik pintu.
Aku hanya terdiam, menangis tersedu tak ada yang bisa memahami perasan ini, tak ada tempat untuk mengadu. Akhir-akhir ini ayah semakin sibuk dengan urusannya sendiri. Kesehariannya selalu sibuk berkecimpung dengan urusan kerja dan kerja lagi.
Sementara tante Mira semakin giat mengeluarkan jurus jitunya untuk mendapatkan hati kami. Aku hanya acuh dengan kedatangan wanita yang menurutku tak pantas di anggap sebagai seorang ibu karena ia hanya selalu memandang harta di atas adalah segalanya. Rumah ibarat neraka bagiku karena kedatangan wanita itu hampir setiap hari. Aku dan adikku selalu kesal di buatnya , ada-ada saja tingkahnya yang membuat seisi rumah kesal. “ kak, kenapa sich wanita itu harus hadir dalam kehidupan kita, sebelum kedatangan dia…keluarga kita baik-baik saja, yah pun tak berubah seperti ini” jawab Indah dengan lemas. aku hanya diam seribu bahasa tak tau harus berbuat apa.
Tak sengaja ku dapati ayah sedang membaca koran di teras rumah, ini kesempatan untuk ku untuk mencoba lagi menanyakan gundah ini pada ayah “yah, kenapa yenni merasa ayah sedikit berubah perhatiannya kepada Yenni, Rio dan Indah” ku coba ulangi pertanyaan yang belum di jawab ayah sebelumnya. Aku sangat penasaran dengan jawaban dari ayah. “ sekarang ayah sibuk dengan segala urusan pekerjaaan ayah, ayah bukan yang dulu lagi”. “nak. Maafkan ayah…ayah tau kedekatan ayah dengan tante Mira membuatmu resah, ayah tak bermaksud melupakan ibumu”. “Yenni mengerti yah tetapi entah kenapa bathin ini belum bias menerima kehadirannya yah” ayah hanya mengangguk mendengar perkataanku. ada sesuatu hal yang bergejolak dalam jiwa ini yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata selalu menghantui…saat wanita itu hadir dalam keluarga ini.
“ Ayah, maafkan perkataan Yenni kemarin kalau menyinggung perasaan ayah”. “enggak kok nak, Yenny tidak salah ayah hanya sedang sibuk sekarang jawab ayah pelan. “ ku tau ayah sedang menutupi peraasaannya tapi ku coba memaklumi ayah.
Saat ku ingin berlalu dari hadapan ayah “nak…maafkan ayah yang selama ini sudah salah paham terhadapmu, Indah dan Rio”. Maksud ayah apa aku tak mengerti”. “ternyata tante Mira sudah menikah dengan laki-laki lain, dia cuma ingin harta ayah, di balik mulut manisnya menyimpan sejuta akal busuknya”. Aku hanya terdiam tak terasa air mata ini meleleh di pipi..aku bahagia akhirnya ayah sadar dan mulai mengerti keadaan kami lagi. “Terima kasih tuhan engkau telah menunjukkan jalan terbaik untuk keluarga kami” gumamku dalam hati. Aku bangga kepada ayah…walaupun ayah telah berbuat kesalahan…ia mencoba memperbaikinya itulah yang aku kagumi dari ayah. Sosok kharismatik yang akan selau ku kenang selama dalam hidupku ini. Ayah adalah inspirasiku untuk hidup lebih baik lagi di dunia ini.



3.
DAIRY

Saat tak ada sahabat berbagi

Hanya kertas putih penenang hati


Dear diary, malam ini aku ngerasa sangat kesepian malam yang kupandang hanya menatapku kosong mata ku pelih lesuh dengan air mata yang membasahi sekujup wajahku, tak lama berselang air mata langit ikut membasahi tubuhku yang telah rapuh yang terdiam paku menatap kepergian seseorang, aku berlari mengejar sosok bayang itu tapi aku terhenti oleh langkahku yang tertatih-tatih lemah karena terluka, aku berjalan dengan tertunduk hingga tiba didepan rumahku “rin”, masuk, kamu habis dari mana hingga pakaianmu basah, ini hujan nanti kamu sakit”. Daire ibuku memanggilku dengan nada kasih sayang seorang ibu “nak, lupakanlah masalahmu itu kamu masih punya kehidupan yang panjang”. Diare aku rasanya bosan mendengar ucapan ibuku yang terus saja mengiang ditelingaku. Ibuku menyodorkan handuk kering untukku “nak, keringkan tubuhmu”aku tau tatapan mata ibuku lesuh melihat keadaanku yang terus saja bergembira dalam kegelapan. “bu, aku istirahat, aku lelah”. Aku terus saja meneteskan air mata itu.
Dear diary, aku mulai membaringkan tubuhku di atas kasur lepek milikku, sejauh tatapan mata ku yang kosong aku terus saja membayangi kehidupan lamaku, bagaimana tidak hujan ini mengingatkanku akan sebuah kisah cinta suciku berakhir dengan duka yang sampai sekarang masih terus membayangi bersamaku. Aku suka hujan tapi aku hujan juga bebanku kini. Dear diary, ketika itu hujan lebat di bawah redupan malam yang gelap di taman bertabur bunga berseri tersiram air hujan, aku bersama Angga di dalam pelukannya yang hangat, Angga laki-laki cinta pertamaku, begitu ia ku panggil. Malam itu malam yang terindah untukku, malam itu aku akan berterima kasih pada hujan yang menahan Angga bersamaku untuk malam itu. Tapi setelah malam itu aku tak pernah kehadiran Angga, aku tak pernah dapat kabar dari dirinya, satu minggu aku terus mencari dirinya, teru dan terus aku mencari, setiap aku telpon tak pernah ada jawaban dari hp nya akupun tak putus asa. Aku kembali mengirimkan pesan singkat di hpnya namun tak pernah ada belasan darinya aku semakin bingung dengan keadaan ini hingga aku akhirnya aku jatuh sakit, tubuh lemahku semakin tak berdaya di atas kasurku yang menghangatkanku.
Dear diary, aku nampak lelah terus mencari keadaannya, sampai pada akhirnya senyum simpulkku menghiasi wajahku mesti hanya sejenak datang pesan yang telah lama kunanti, “rin, coba tebak ada pesan dari siapa, “kata ibu sambil menggoyangkan hp milikku, aku tersimpul tahulah aku dari siapa sms itu, “ aku tahu, ma”. Aku mencoba duduk selepas dari berbaring. Aku senang Angga masih ingat akan kehadiranku tapi isi sms itu, tak seperti yang aku harapkan tanpa sebab yang pasti ia memutuskan hubungannya dengan ku, jujur aku kecewa, aku berteriak aku menatap lemah sorot mata ibuku, “kenapa, rin ada ap” Tanya ibuku cemas”. “ma ternyata Angga ingin putus dariku “aku yang tak tahu alasan pasti mengirimkan pesan “apa tahu alasanmu putuskan aku, apa salahku “lalu ku kirimkan pesan itu ia membalas namun aku masih tak tahu alasan yang pasti kenapa aku bisa diputuskan olehnya. Karena ia hanya membalas “aku hanya tak ingin kamu terlibat dalam masalahku, jika suatu nanti kamu akan tahu kenapa.
Dear diary, aku masih tak bisa menerima apa yang ia maksud aku hanya berpikir kenapa ini terjadi padaku disaat aku mulai mencintai seseorang dengan sepenuh hati, disaat itu pula kau harus kehilangan perasaan itu. “kenapa tuhan, kenapa, apa salahku” ibuku yang melihatku hanya bisa memelik tubuhku dengan lembut “sabar sayang…sabar” aku hanya terbaring lesuh aku terus saja menangis tak lama ibuku meninggalkanku sendiri, tak lama aku tertidur dalam kedukaanku.
Dear diary pengakuan sahabatnya Angga mengejutkan aku, dari mulut Doni kini aku tahu alasannya mengapa ia meninggalkan aku, karena rasa kasihan melihat keadaanku atas pertanyaanku akhirnya muncullah pengakuan itu” maaf Rin, aku tak memberi tahu kamu karena aku juga baru tahu, sebenarnya Angga tunangan dengan mantan pacarnya “jujur pengakuan itu membuat aku semakin hancur “kenapa, apakah wanita itu lebih cantik dari aku atau apa sehingga ia meninggalkan aku, kenapa Don, apa salahku”. “kamu tak salah Rin, tapi Angga lebih memilih dia karena terlalu banyak kenangan yang ia alami bersamanya”. Jadi karena terlalu banyak kenangan bersama wanita itu, lalu aku selam ini aku apa Don, apa ia memang sengaja ingin menjadikan aku mainan sementara untuk menyakinkan perasaannya terhadap wanita itu. Jawab Don “bukan, aku dengar katanya ia dijebak oleh wanita itu” jawab Doni lemah. “maksud kamu apa, enggak mungkin Don.”aku hanya ingin kamu jujur sam aku”. Rin, Doni berkata jujur “aku tertunduk lemah tubuhku lemas tubuhku lemah, orang yang aku cintai meninggalkanku hanya untu perempuan lain, jujur aku kecewa.
Diary, kenapa ini harus terjadi padaku, rasanya tuhan tak adil padaku, aku hanya menatap hari dengan tatapan kosong, seisi rumah sibuk mencoba mencari cara untuk menghibur, namun perasaan yang hancur sulit untuk aku perbaiki. Aku hanya bisa meratapi keadaan hidupku yang menurutku udah enggak ada artinya.
Diary, apakah aku tak boleh hanya sekedar merasakan cinta atau aku tak pantas untuk mencintai seseorang. Diary aku hanya disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus memojokkanku.
Diary karena aku belum dapat melupakan bayangnya, aku kembali menjajaki kenangan itu kembali ke taman bertabur bunga dan mulai membuka lembaran kenangan dan terkadang aku tersenyum simpul karena terlalu lama aku terluka kini aku menapak di tanah yang goyang, aku bagaikan orang yang mabuk karena sakit hati. Hingga aku jatuh ke dalam pelukkan seseorang yang taka sing aku pandangim “Angga….” Bisikku lemah, Angga tak menjawab ia hanya menatapku kosong “Angga” aku mengulangi perkataanku “ kamu Angga…”. “ Rin, aku minta maaf karena telah meninggalkanmu”. “Tapi, kenapa apa kamu tak mencintai aku lagi”. “Rin aku cinta dan aku akan selalu cinta, tapi keadaan ini yang memaksaku untuk melakukan itu”, “aku tak mampu berkata apapun karena sorot matanya penuh dengan kejujuran tak Nampak ada dusta dalam perkataannya. “aku tau Rin ada rasa kecewa dalam hatimu”.
“ Kenapa aku lakukan ini padamu, Rin dengarkan aku meskipun aku tak bersamamu tapi ingatlah cintaku akan selalu bersamamu ” Angga memeluk dengan dekapan hangat aku tak kuasa menolaknya tak lama ia kecup keningku dengan cinta. Rasanya aku tak ingin malam berlalu, sampai sedan bercat merah terhenti di depanku dan cintaku masuk ke dalam mobil itu, ia menatapku dengan tatapan duka tak lama mobil itu berjalan aku terdiam menatap hampa kemudian aku berlari mengejar tapi aku terhenti.
Diary, aku tak menyesal pernah bertemu dan aku jatuh cinta, tapi aku berpikir kenapa aku tak bisa menikmati cintaku dan kenapa cintaku hancur berakhir seperti ini.
Diary tak banyak yang bisa aku lakukan hanya bisa terbaring merenung di atas kasur lembekku ini. Dan mencoba tegar menerima semua keadaan dan menjalani hidup untuk mencari kebahagiaan lain meskipun akan sulit aku lakukan.
Aku lelah, ingin tidur dalam luka dan berharap ini hanya mimpiku yang tak pernah terjadi dan saat aku terbangun aku akan mengingatnya sebagai mimpi burukku.



4.
KU ABADIKAN TELAPAK KAKI SURGA ITU

Sang surya mulai menampakkan sinarnya, dinginnya cuaca seakan membuat tidurku semakin lelap. Tiba-tiba dering alarm membuyarkan mimpiku hingga membuatku terbangun. “ Ah, rasanya aku masih ingin tidur dan bangun lebih siang lagi” gerutuku dalam hati. Dengan langkah sempoyongan aku menuju ke kamar mandi menghilangkan rasa kantuk yang masih menggelayutiku. Namun rasa itu hilang ketika ku teringat hari ini aku akan pulang kampung. “ Astagfirullah, hampir saja aku lupa kalau hari ini aku akan pulang kampung” gumamku dalam hati. Indahnya kota Palembang tak membuatku lupa akan kampung halaman.Untung saja tiket sudah ku beli beberapa hari yang lalu, maklum kalau lagi musim Liburan sekolah seperti ini biasanya tiket sudah diborong anak-anak sekolah yang merantau seperti diriku.
Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB, saatnya ku bergegas menuju terminal sebab 09.30 WIB aku harus berada di terminal. Senangnya hatiku akhirnya aku bisa pulang kampung juga setelah sudah hampir dua tahun merantau mencari ilmu demi mengejar cita-cita. Sesampaiku di terminal mobil KIA coklat mentereng berbody besar sudah terparkir di halaman terminal menunggu penumpang dan siap membawaku dan penumpang lainnya menuju tempat tujuan. “ Untung aja tadi tidak kena macet” gumamku dalam hati. Tak sengaja di terminal ku bertemu dengan teman sepermainanku dulu, namanya Lia. Mimpi apa aku semalam bisa bertemu lagi dengan teman kecilku dulu, Rumah Lia hanya beda satu kompelks denganku. “Eh Lia, pa kabar” sapaku. “Baik” Jawabnya dengan wajah yang semringah bercampur bingung. Sambil menunggu jam keberangkatan tiba kami sibuk bercanda ria berbagi cerita, maklum sudah hampir setahun kami tak bersua.
Diperjalanan saat penumpang yang lain asyik tidur, entah mengapa bola mataku tak dapat dipejamkan. Mungkin karena rasa rindu yang menggebu telah membakar semangatku untuk bertemu keluarga tercinta hingga susah memejamkan mata ini, Lia yang tadinya begitu semangat bercerita telah tidur pulas di sampingku. Ku nikmati pemandangan diperjalanan tuk menghilangkan rasa suntuk yang menghinggapiku. Pohon-pohon berbaris rapi seakan memberi ucapan selamat jalan kepadaku, mentari pun tak jua kelihatan akan menangis, oh indahnya pemandangan alam ciptaan yang kuasa. Tiba-tiba pandangku tertuju pada kerumunan orang yang keluar dan masuk tak henti berdatangan di sebuah rumah itu, mereka datang dengan membawa sesuatu untuk tuan rumah dengan wajah lesu tetapi memberi kobaran semangat. “Ah, mungkin hanya sedang ada hajatan saja” pikirku dalam hati. Tetapi seketika aku terdiam papan nama itu taka asing lagi bagiku dengan bendera hijau yang menghiasinya. Seumur hiduku tak akan pernah ku lupa, anganku melayang menembus waktu yang lampau, 5 tahun yang lalu ibuku pergi menghadap yang kuasa, sedih, tak percaya, bingung berbaur menjadi satu. Batin ini bergejolak belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan yang ada dihapanku. “Yang sabar ya nak” kata bu guru Lela dengan penuh kasih sayang tak kuasa ku peluk bu Lela hingga tak terasa air mata telah membasahi pipiku.
Satu minggu telah berlalu, aku harus memutuskan antara dua pilihan yang sama pentingnya dalam hidupku. Akhirnya ku ambil keputusan untuk tetap melanjutkan sekolah di Palembang, jauh dari kedua orangtua. Ku teringat pesan ibu “ Biar kamu menjadi orang yang sukses tidak seperti ibu yang hanya ibu runah tangga biasa” beliau begitu bersemangat inngin menyekolahkanku ke kota. Air mataku mengalir bilaku teringat kata-kata ibu, semangatku kembali terpacu bila ingat ibu, walaupun harus berpisah dari ayah dan adik-adikku terutama Ani yang saat itu masih berumur 8 tahun. “ Tuhan, kuatkan aku dalam menjalani khidupan ini” gumamku dalam hati seakan memberi semangat pada hatiku yang lara ini.
Tak terasa enam bulan telah begitu cepat berlalu, aku tak tahu keajaiban apa yang membuatku bisa menjalani fase-fase sulit dengan lapang dada tanpa kehadiran ibu disisiku. Ku kira aku tak akan mampu hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, beban berat ini sedikit berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Tuhan aku tau engkau tak akan menguji umatmu di bawah batas kemampuannya. Ku mencoba ikhlas dengan semuanya karena semua yang berasal dari tanah pasti akan kembali ke tanah jua. Rin, kamu kenapa kok nangis, suara Lia sontak membuyarkan lamunanku. Aku tak menyadari air mata telah membasahi pipiku, rupanya Lia sudah bangun dari tidurnya sejak tadi tanpa ku sadari. “ Enggak kok tadi ada sesuatu yang masuk ke mataku” jawabku agak sedikit berbohong. “Ah, sudahlah ngaku aja cerita dong ama aku lagi mikirin apa sich” Tanya Lia sedikit menyelidiki. “Ayo lekas siap-siap 25 menit lagi kita akan tiba di terminal” gumam Lia mengubah topik pembicaraaan.” Iya” jawabku pelan. Semoga ibu mendapat tempat yang terindah di sana, dirimu kan selalu ada di hatiku selamanya.



5.
KUPU-KUPU CINTA

Awal pertamaku berjumpa dengannya…. aku sudah mengaguminya….entah darimana datangnya rasa itu, aku tak tau pasti tapi itu yang ku rasa saat itu. Hati ini seakan mendesak ingin terus berjumpa dengannya lagi dan lagi. “ah, kenapa rasa kagum ini tak bisa ku bendung lagi” gumamku dalam hati. Siapa dia hati ini selalu bertanya-tanya, laki-laki yang tinggi 165 cm itu dengan postur tubuh tegap dan berkulit putih itu selalu terbayang dalam benakku. Tak tau kenapa ada perasaan senang yang membasahi jiwa, apakah ini namanya cinta atau hanya perasaan kagum saja “aneh, kenapa aku merasakan perasaan seperti ini”.
Tapi rasa itu semakin merasuk ke jiwa saat ku tak sengaja bertemu dengannya lagi di gang depan rumah. Dia hanya tersenyum simpul kepadaku…tak ku sangka dia begitu ramah padaku. Sebenarnya sudah lama aku mengagumi laki-laki itu malahan aku pernah satu angkot dengannya saat ku pulang dari tempat kerja tapi dia diam seribu bahasa .
Waktu terus bergulir entah dari mana awalnya aku mulai dekat dengannya…laki-laki itu ternyata namanya Andre. Dia tinggal di gang sebelah rumahku. Apakah ini hanya mimpi untukku “tuhan, apa yang harus ku perbuat saat perasaan ini bergelok dalam jiwa, sementara ku tau aku sudah ada kekasih hati walaupun ia nun jauh di sana”. Maafkan aku kasih..ku ingin mencoba cinta lain selain kamu meskipun kaki ini ragu untuk memulainya tapi akan ku coba jalani semua ini. Aku tau raga ini tak bisa berbohong aku sangat mencintaimu Rio, kenapa jarak harus memisahkan kita” gumamku dalam hati. Telah ku coba tuk bersikap biasa saja di depannya, tapi bayang Andre selalu menghantui raga ini. Saat dia meminta nomor teleponku….ku coba mengelak dengan alasan aku tak punya handphone tapi lama-kelamaan hati ini luluh juga dan aku semakin intensif berkomunikasi dengannya. Dia sangat baik di mata ku, tak ada sedikit celah apapun yang membuat hati ini ingin membencinya.
Sore itu suasana sunyi beralaskan sepi “Rika apa kamu pacaran dengan Andre” tanya tante Irma padaku. Aku bingung apa yang harus ku jawab pada tante, sebelum bibir ini menjawab..tante Irma sudah melontarkan kata-kata yang membuat diri ini terkejut dan tak percaya “ka, tante hanya menginginkan yang terbaik untukmu, ibu Andre itu mantan kupu-kupu malam”..ibarat di sambar petir di siang bolong kata-kata itu begitu menusuk di dalam hatiku. “tante hanya inginkan yang terbaik untukmu jadi tante harus manyampaikan hal ini padamu” gumam tante Irma. Aku hanya bisa terdiam seribu bahasa “oh, tuhan aku harus lupakan dia saat perasaan ini begitu kuat padanya”. Tante Irma sudah tau gelagat Andre yang sering kali singgah ke rumah temannya yang kebetulan juga tetanggaku.
Aku shock….ada perasaan benci yang menyeruak di dalam dada ini. Hp ku berdering ku lihat pesan dari Andre “ rika, kenapa kamu kok sombong banget sekarang sama aku? pesanku tak pernah lagi kamu balas”. Pesan itu ku abaikan saja, Jika ku jalani hubungan ini tentunya akan banyak kerikil yang menghadang, terlalu besar jurang yang memisahkan kita Andre maafkan aku. Aku tau dia heran dengan perubahan sikapku yang begitu dratis terhadapnya tapi hal ini tak bisa ku jelaskan padanya biarlah rahasia ini ku pendam dalam hati.
“Rika, sudahlah nak lupakan dia…tante tau ada sedikit rasa kagummu buat Andre kan, tapi inilah kenyataan yang harus Rika hadapi”. Tak terasa buliran air mata telah membasahi pipi, tante Irma memelukku bak sosok ibu yang selama ini menghilang di hatiku”. Salahkah bila aku mencintainya dan berharap dia akan menjadi milikku.
Pesan dari Andre tak pernah lagi ku balas hingga dua bulan berlalu nomor hp Andre tak aktif lagi..dia menghilang bak di telan bumi. Ku tak pernah dapat kabar lagi darinya. Ya sudahlah ku harus terima kenyataan ini meski bayang Andre selalu terlintas di jiwaku. Ku mencoba berpikir dewasa dalam menyikapi keadaan ini, tak seharusnya ku membenci dia. Tak sepenuhnya ini kesalahan dari Andre, jika dia bisa memilih mungkin Andre tak ingin dilahirkan dari latar belakang keluarga yang kelam.
Siang itu mentari tak jua kelihatan akan menangis, ku langkahkan kaki dengan semangat membara pergi kerja, entah kenapa terlintas di pikiranku tentang Andre “Andre benar-benar sudah melupakanku, dia memang tak perduli lagi dengan diriku”. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara yang tak asing lagi di telinga ini memanggil namaku “Rika……tunggu”. Ku tolehkan kepala ke belakang serasa berada di alam mimpi, ku lihat Andre sudah ada di depanku.“apa kabar? berapa nomor Hp mu sekarang”. “baik” jawabku singkat. Tak kuasa ku mengelak akhirnya ku berikan lagi nomor hp ku dengan pertimbangan menjaga silatuhrahmi.
Terjalin lagi hubungan komunikasi antara aku dan Andre, Melalui pesan singkat tak ku duga Andre mangungkapkan isi hatinya lagi untukku “Rika, aku ingin menjadi orang yang special dalam hidupmu”. Ku balas pesan singkat Andre “aku pikir-pikir dulu ya Dre, beri aku waktu tuk menjawabnya”. Bak makan buah simalakama, aku bingung harus pilih yang mana. Aku takut keluargaku tau jika ku punya hubungan dengan Andre. Tapi di sisi lain aku mengaguminya.
Akhirnya aku coba merajut kasih dengan Andre meskipun hati ini ragu akan perasaan Andre terhadapku. Hari-hari kulalui dengan kasih sayang yang di curahkan Andre padaku, sejauh ini aku merasa cukup bahagia. Ku coba membandingkan kasih sayang Andre dengan Rio. Memang jauh berbeda….tapi tetap saja yang kurasakan Rio adalah segalanya bagiku. Hubungan Backstreet sungguh menyiksa hati. “Rika, tante dengar dari tetangga kamu pacaran dengan Andre”. Bibir ini keluh, ku coba menengkan hati ini untuk bisa menjawab pertanyaan dari tante Irma “enggak kok tante, rika cuma berteman dengan Andre” jawabku sedikit berbohong. “tante hanya ingin mengingatkanmu karena tante sayang kepadamu, ingat rika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tante harap rika mengerti maksud tante”. Aku hanya terdiam tapi perasaanku terhadapnya menghilangkan akal sehat ini.
Entah ada rasa apa yang menggelayuti hati, aku memang ragu akan hubungan yang ku jalin dengan Andre. Meskipun kaki ini ragu tetap saja ku jalani hubunganku dengan Andre. Sejauh ini Andre ku lihat Andre sayang kepadaku walaupun seribu tanda tanya bertaburan akan perasaannya untukku.
Hampir 8 bulan ku jalani hubungan backstreet bersama Andre…entah kenapa akhir-akhir ini perhatiannya berubah padaku. Ku coba berpikir positif terhadapnya..karena aku tau dia sedang sibuk dengan urusan kuliahnya yang sebentar lagi akan rampung. Sudah dua minggu ini dia tak memberi kabar padaku..nomor hp nya pun sudah tak aktif lagi. Ada apa dengannya, aku takut terjadi apa-apa dengannya. “ah, mungkin ini cuma perasaanku saja” ku coba melepas penat dengan membuka facebook..ternyata Andre update status yang menyatakan hp nya hilang. “ Kenapa dia tak memberi inbox padaku”
Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati ini..ku coba mengirimkan wall padanya “Andre, kenapa hp mu tak aktif lagi” tapi cuma dibalas seadanya. Dia memang benar-benar sudah berubah, dia bukan Andre yang ku kenal dulu. Seminggu telah berlalu kabar dari Andre tak jua hadir di wall Fb ku. Ku lihat Facebook Andre, alangkah terkejutnya ku lihat foto profilnya, di sana terpampang foto Andre bersama kekasih barunya. Perih bak di iris sembilu, hati ini pilu melihat foto itu. Ternyata ku salah menilai sosok Andre selama ini, tak sepatah katapun terucap dari mulutnya tentang hubunganku dengannya.
Pikiranku mulai terbuka..aku menyesal telah melalaikan nasihat tante selama ini tapi itulah kenyataan yang aku hadapi karena aku sudah memilih. Orang yang selama ini ku anggap sempurna di hati ini, tempat berbagi rasa. Telah meninggalkan luka di hati…” sudahlah, biarlah ini kan ku jadikan suatu pelajaran berharga untukku”. Selamat tinggal masa laluku..ku jadikan kisah ini sebagai goresan kelam masa laluku…kau hanya pembual cinta, cukup sudah ku ingin lupakan semua tentangmu.