Sabtu, 26 Juni 2010

CERPEN RIA PERMATA SARI

1.
KADO TERMANIS UNTUK YANG TERSAYANG

Sinar mentari menyinari cakrawala menerobos diantara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Tepat di bawah pohon itu aku duduk bersama sahabatku Rini dan Lina menikmati keindahan alam Punti Kayu. Burung-burung bernyanyi merdu membawa pikiranku melayang tinggi menembus waktu yang lampau. Masih lekat diingatanku kenangan masa lalu itu, aku, Rini dan Lina serta Lena bercanda ria menikmati kebersamaan diantara kami tepat di bawah pohon pinus ini. Kenangan dua tahun yang silam yang tak kan pernah ku kubur seiring dengan berjalannya waktu. “Ah…..udahlah tak perlu diungkit lagi” kata Rini yang sontak mebuyarkan lamunanku. “emangnya kenapa Rin? Tanya Lina setengah penasaran” ya …udahlah yang lalu biarlah berlalu” jawab Rini dengan nada meninggi. Aku dan Lina hanya saling bertatapan memandang heran kepada Rini. Aku tak tau kenapa Rini begitu benci dengan Lena akhir-akhir, setiap ditanya jawabannya selalu saja tak jelas.
Kulangkahkan kakiku dengan semangat kengan Lena sekolah, mentaripun mulai menampakkan cahanya ke bumi, pagi ini aku dan LIna sepakat akan datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya karena besok Rabu, 25 April 2009 adalah ulang tahunnya Rini. Aku dan Lina berencana akan membuat kejutan untuk Rini malam nanti tetapi yang kutunggu tak jua menampakkan batang hidungnya. “kemana kok jam segini itu anak belum juga datang” gerutuku dalam hati, untuk mengusir kejenuhan yang menggelayut dibatinku kudengarkan musik di handphone sambil sesekali menoleh ke luar berharap yang kutunggu datang.
Terdengar langkah yang terburu-buru masuk ke kelas seolah orang itu sedang di kejar Anjing. Aku terkejut dan bangkit dalam lamunanku ternyata yang datang Lina. “maaf ya jeng…….aku telat habisnya aku kesiangan.”huh, dasar tukang molor” gerutuku. Merekapun mulai mengatur strategi tentang kejutan buat Rini. Lonceng telah berbunyi, anak-anak keluar masuk kelas dengan tertib. Aku, Rini dan Lina langsung cabut menuju kantin yang letaknya cuma beda tiga kelas dari kelas kami. Maklum hari ini mata pelajaran hari ini cukup menguras energi kami. “Lin…ika…kalian berdua kok diam saja dari tadi tak seperti biasanya” Rini memecahkan kesunyian diantara kami., kenapa sariawan ya…”membuat suasana lebih bersahabat. “kalian marah tentang persoalan kemarin..ya udahlah Lena juga enggak peduli dengan kita, kalau emang dia masih menganggap kita sahabat seharusnya dia kasih kabar, ini mana tak secarik kertas pun yang ia kirimkan”. aku dan Lina hanya diam hanya menatap lemah. Kami berdua tak tahu kenapa Lina sekarang begitu benci kepada Lena. Tapi tak apalah ini bisa jadi kesempatan kami untuk membuat kesal Rini.
Rini duluan ya teman-teman soalnya disuruh mama pulang agak cepat “langsung berlalu meninggalkan kami. Tanpa ekspresi melihat Rini yang sudah menjauh dari kantin” pasti Rini marah ya jeng…”Lina berguman. Biarin ajalah berarti rencana kita enggak sia-sia dong. “semuanya udah bereskan Lin buat nanti malam”.”iya beres bos tenang aja, jawabku santai. Malam harinya udara dingin seakan menusuk badan, bintang-bintang bertaburan menghiasi cakrawala, kerlap-kerlip seolah ingin menunjukkan siapa yang paling hebat. Sekitar pukul 00.00 WIB aku dan LIna telah sampai di rumah Rini kebetulan rumah Rini hanya beda 1 kompleks dari rumahku dan Lina. Kamipun sudah mempersiapkan kue dan rame-rame mengetuk kamar Rini. Terdengar suara sayup-sayup dari dalam kamar “duch siapa sich…ganggu aja”. Sambil membuka pintu dan “happy birthday tu you….happy birthday to you” alunan lagu itu membuat Rini berlinang air mata bahagia membawanya terlena dalam kasih sayang keluarga dan teman-temannya.
Esoknya…matahari bersinar dengan malu-malu, di bawah rindangnya pohon cemara dan suasana yang bersahabat seolah mengerti akan suasana hati Rini yang begitu bahagia. Aku, Rini dan Lina duduk santai di taman dekat kompleks rumahku. Bercanda ria sambil menikmati bunga-bunga yang bermekaran…kupu-kupu sesekali hilir mudik menghisap sari bunga. “coba masih ada Lena ya Rin pasti lebih seru” Lina bergumam. “apa bedanya ada atau tidak adanya Lena disini” Rini berceloteh. “kenapan sih Rin nampaknya kamu agak sensitive kalau membahas soal Lena”kataku. “gini aja toh dia lupa sama kita semua jadi buat apa kita ingat-ingat lagi dia,,,,apalagi lagi ku dengar kabar dari Susi dia pacaran sama Rio. Susi adalah teman sekelas kami dulu yang setauku sangat iri terhadap kekompakkan persahabatan kami.
“ Rin, aku tak percaya kabar burung itu, setauku Lena tak seperti itu jadi cuma gara-gara seorang cowok kau begitu benci dengan Lena, tak ku sangka Rin” jawabku lantang. Kau juga jangan menyalahkan Lina sepenuhnya Rin, seandainya kabar itu memang benar adanya Lena jugakan tidak tauh kalau kau juga menyukai Rio. Kalau saja kamu jujur tentang perasaanmu kepada kami mungkin masalahnya tak serumit ini. Aku harap kita bisa kayak dulu lagi Rin….kata neneknya Lena akan pulang ke Jakarta dalam waktu dekat ini. Jadi aku harap kalian bisa menjelaskan satu sama lain tentang perasaan kalian masing-masing. Aku yakin Lena punya alasan tersndiri mengapa ia tidak member kabar kepada kita”.
Rini hanya membisu di balik senyum indahnya. Rin kami punya sesuatu untukmu, coba lihat di sudut taman itu….dengan penasaran Rini menoleh kearah yang dituju. Disana seorang gadis duduk menyendiri, rambutnya lurus, panjang terurai menari-nari di belai hembusan angin. Disapanya gadis itu dan alangkah terkejutnya Rini ternyata dihadapannya seseorang yang sahabat yang sudah lama tak jumpa. Ya, dia adalah Lena. Entah marah atau bahagia rini pun salah tingkah dibuatnya. Lena memang banyak berubah. “apa kabar Rin” Tanya Lena lembut. ”baik” jawab ini. “aku harap kamu tak salah paham denganku soal Rio, aku tau kau menyukai Rio sejak dulu…tpi tenang Rin itu hanya Gosip murahan yang tak perlu kau percaya…Susi melakukan itu supaya bisa memecah belah persahabatan yang telah lama kita jalin. Maafkan aku teman-teman karena selama ini tak pernah memberi kabar kepada kalian…aku tau aku salah,,aku kecopetan handphoneku hilang makanya aku tak memberi kabar kepada kalian semua. Ku harap kalian mengerti dengan keadaanku. “sudahlah,,,yang pentingan semuanya sudah jelas” jawabku. Semenjak pertemuan itu kami kembali dalam kekompakkan, bercengkrama mnikmati kebersamaan yang telah lama tidak kami nikmati selama bertahun-tahun.



2.
MY FATHER, MY INSPIRATION

Hari berganti hari seolah waktu ingin berlari, tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sosok itu telah lama berlalu meninggalkan kami semua. Ya, tak terasa sudah riga tahun inu pergi menghadap Yang Kuasa . “ku harus bias menghadapi kenyataan pahit ini” gumamku dalam hati, demi adik-adikku siapa lagi yang akan membimbing mereka kecuali aku dan tentunya ayahku tersayang.
Ayah, aku tak menyangka dia setegar ini menghadapi keyataan ini. Meski ku lihat sulit buat ayah menjalani hari tanpa ibu tetapi dia tetap berusaha tersenyum di depan anak-anaknya. “ Ani, apa sebaiknya ayah ganti jam kerja saja ya”. Sambil menghirup kopi panas yang ku buatkan tadi. “ mungkin lebih baik begitu yah, soalnya indah enggak mau pisah dari ayah, dia terus-terusan menyebut nama ayah..saat ayah bekerja malam” jawabku pelan. “ayah, luga bingung tapi ayah akan coba usulkan dulu dengan pimpinan ayah, semoga saja ia mengerti keadaan ayah”. Aku sangat mengerti keadaan adikku yang bungsu itu, dia sangat kehlangan sosok ibu, tuhan kuatkanlah jiwa dan bathin kami sekeluarga” mencoba memberi semangat pada diriku ini. Ayahku seorang karyawan harian di perusahaaan swasta jam kerjanya tak tentu.
Matahari mulai terbenam di ufuk timur, burung-burung mulai kembali ke sarangnya, cakrawala memancarkan rona memerah. Menandakan malam akan segera tiba. Aku duduk termenung di teras rumah sambil menikmati indahnya sunset. Dulu, disini setiap sore aku selalu duduk berdua bercanda ria bersama ibu. Tapi kini semuanya tinggal kenangan terindah yang ku simpan di dalam dada. Membekas di jiwa yang rapuh ini. Begini rasanya kehilangan seorang ibu serasa tak ada tempat berlindung lagi di dalam dunia ini. Tapi aku masih tetap bersyukur masih ada ayah yang begitu perhatian kepada kami bertiga.
Aku bahagia karena ayah begitu sayang kepada kami, hari-hariku lalui dengan cinta dan kasih sayang. Ayah masih bisa mengimbangi sosok ibu yang selama ini hilang. Tetapi kini semua telah sirna semenjak kedatangan perempuan itu. Ya, semenjak kedatangan ibu Mira perempuan yang belum lama ini masuk ke dalam kehidupan kami. Ayah sudah agak berubah kepada kamii entah apa yang ada yang ada di benakku, aku merasa bathin ini sulit menerima kehadirannya di keluargaku. Ku dengar dari tetangga ibu Mira begitu ia sering disebut adalah wanita perusak rumah tangga orang. Dan ku lihat sendiri dari mata kepalaku sendiri waktu aku lagi jalan-jalan di Mall dia…bersama seorang lelaki bergandengan dengan mesra dan lali-laki itu bukan ayah. Semakin gundah gulana bathin ini., apakah ini hanya perasaaanku saja. Ku coba beranikan diri menanyakan gundah di jiwa ini kepada ayah. “yah, kenapa Yenni merasa ayah sedikit berubah perhatiannya kepada kami semua”. Ayah hanya berlalu menghilang dibalik pintu.
Aku hanya terdiam, menangis tersedu tak ada yang bisa memahami perasan ini, tak ada tempat untuk mengadu. Akhir-akhir ini ayah semakin sibuk dengan urusannya sendiri. Kesehariannya selalu sibuk berkecimpung dengan urusan kerja dan kerja lagi.
Sementara tante Mira semakin giat mengeluarkan jurus jitunya untuk mendapatkan hati kami. Aku hanya acuh dengan kedatangan wanita yang menurutku tak pantas di anggap sebagai seorang ibu karena ia hanya selalu memandang harta di atas adalah segalanya. Rumah ibarat neraka bagiku karena kedatangan wanita itu hampir setiap hari. Aku dan adikku selalu kesal di buatnya , ada-ada saja tingkahnya yang membuat seisi rumah kesal. “ kak, kenapa sich wanita itu harus hadir dalam kehidupan kita, sebelum kedatangan dia…keluarga kita baik-baik saja, yah pun tak berubah seperti ini” jawab Indah dengan lemas. aku hanya diam seribu bahasa tak tau harus berbuat apa.
Tak sengaja ku dapati ayah sedang membaca koran di teras rumah, ini kesempatan untuk ku untuk mencoba lagi menanyakan gundah ini pada ayah “yah, kenapa yenni merasa ayah sedikit berubah perhatiannya kepada Yenni, Rio dan Indah” ku coba ulangi pertanyaan yang belum di jawab ayah sebelumnya. Aku sangat penasaran dengan jawaban dari ayah. “ sekarang ayah sibuk dengan segala urusan pekerjaaan ayah, ayah bukan yang dulu lagi”. “nak. Maafkan ayah…ayah tau kedekatan ayah dengan tante Mira membuatmu resah, ayah tak bermaksud melupakan ibumu”. “Yenni mengerti yah tetapi entah kenapa bathin ini belum bias menerima kehadirannya yah” ayah hanya mengangguk mendengar perkataanku. ada sesuatu hal yang bergejolak dalam jiwa ini yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata selalu menghantui…saat wanita itu hadir dalam keluarga ini.
“ Ayah, maafkan perkataan Yenni kemarin kalau menyinggung perasaan ayah”. “enggak kok nak, Yenny tidak salah ayah hanya sedang sibuk sekarang jawab ayah pelan. “ ku tau ayah sedang menutupi peraasaannya tapi ku coba memaklumi ayah.
Saat ku ingin berlalu dari hadapan ayah “nak…maafkan ayah yang selama ini sudah salah paham terhadapmu, Indah dan Rio”. Maksud ayah apa aku tak mengerti”. “ternyata tante Mira sudah menikah dengan laki-laki lain, dia cuma ingin harta ayah, di balik mulut manisnya menyimpan sejuta akal busuknya”. Aku hanya terdiam tak terasa air mata ini meleleh di pipi..aku bahagia akhirnya ayah sadar dan mulai mengerti keadaan kami lagi. “Terima kasih tuhan engkau telah menunjukkan jalan terbaik untuk keluarga kami” gumamku dalam hati. Aku bangga kepada ayah…walaupun ayah telah berbuat kesalahan…ia mencoba memperbaikinya itulah yang aku kagumi dari ayah. Sosok kharismatik yang akan selau ku kenang selama dalam hidupku ini. Ayah adalah inspirasiku untuk hidup lebih baik lagi di dunia ini.



3.
DAIRY

Saat tak ada sahabat berbagi

Hanya kertas putih penenang hati


Dear diary, malam ini aku ngerasa sangat kesepian malam yang kupandang hanya menatapku kosong mata ku pelih lesuh dengan air mata yang membasahi sekujup wajahku, tak lama berselang air mata langit ikut membasahi tubuhku yang telah rapuh yang terdiam paku menatap kepergian seseorang, aku berlari mengejar sosok bayang itu tapi aku terhenti oleh langkahku yang tertatih-tatih lemah karena terluka, aku berjalan dengan tertunduk hingga tiba didepan rumahku “rin”, masuk, kamu habis dari mana hingga pakaianmu basah, ini hujan nanti kamu sakit”. Daire ibuku memanggilku dengan nada kasih sayang seorang ibu “nak, lupakanlah masalahmu itu kamu masih punya kehidupan yang panjang”. Diare aku rasanya bosan mendengar ucapan ibuku yang terus saja mengiang ditelingaku. Ibuku menyodorkan handuk kering untukku “nak, keringkan tubuhmu”aku tau tatapan mata ibuku lesuh melihat keadaanku yang terus saja bergembira dalam kegelapan. “bu, aku istirahat, aku lelah”. Aku terus saja meneteskan air mata itu.
Dear diary, aku mulai membaringkan tubuhku di atas kasur lepek milikku, sejauh tatapan mata ku yang kosong aku terus saja membayangi kehidupan lamaku, bagaimana tidak hujan ini mengingatkanku akan sebuah kisah cinta suciku berakhir dengan duka yang sampai sekarang masih terus membayangi bersamaku. Aku suka hujan tapi aku hujan juga bebanku kini. Dear diary, ketika itu hujan lebat di bawah redupan malam yang gelap di taman bertabur bunga berseri tersiram air hujan, aku bersama Angga di dalam pelukannya yang hangat, Angga laki-laki cinta pertamaku, begitu ia ku panggil. Malam itu malam yang terindah untukku, malam itu aku akan berterima kasih pada hujan yang menahan Angga bersamaku untuk malam itu. Tapi setelah malam itu aku tak pernah kehadiran Angga, aku tak pernah dapat kabar dari dirinya, satu minggu aku terus mencari dirinya, teru dan terus aku mencari, setiap aku telpon tak pernah ada jawaban dari hp nya akupun tak putus asa. Aku kembali mengirimkan pesan singkat di hpnya namun tak pernah ada belasan darinya aku semakin bingung dengan keadaan ini hingga aku akhirnya aku jatuh sakit, tubuh lemahku semakin tak berdaya di atas kasurku yang menghangatkanku.
Dear diary, aku nampak lelah terus mencari keadaannya, sampai pada akhirnya senyum simpulkku menghiasi wajahku mesti hanya sejenak datang pesan yang telah lama kunanti, “rin, coba tebak ada pesan dari siapa, “kata ibu sambil menggoyangkan hp milikku, aku tersimpul tahulah aku dari siapa sms itu, “ aku tahu, ma”. Aku mencoba duduk selepas dari berbaring. Aku senang Angga masih ingat akan kehadiranku tapi isi sms itu, tak seperti yang aku harapkan tanpa sebab yang pasti ia memutuskan hubungannya dengan ku, jujur aku kecewa, aku berteriak aku menatap lemah sorot mata ibuku, “kenapa, rin ada ap” Tanya ibuku cemas”. “ma ternyata Angga ingin putus dariku “aku yang tak tahu alasan pasti mengirimkan pesan “apa tahu alasanmu putuskan aku, apa salahku “lalu ku kirimkan pesan itu ia membalas namun aku masih tak tahu alasan yang pasti kenapa aku bisa diputuskan olehnya. Karena ia hanya membalas “aku hanya tak ingin kamu terlibat dalam masalahku, jika suatu nanti kamu akan tahu kenapa.
Dear diary, aku masih tak bisa menerima apa yang ia maksud aku hanya berpikir kenapa ini terjadi padaku disaat aku mulai mencintai seseorang dengan sepenuh hati, disaat itu pula kau harus kehilangan perasaan itu. “kenapa tuhan, kenapa, apa salahku” ibuku yang melihatku hanya bisa memelik tubuhku dengan lembut “sabar sayang…sabar” aku hanya terbaring lesuh aku terus saja menangis tak lama ibuku meninggalkanku sendiri, tak lama aku tertidur dalam kedukaanku.
Dear diary pengakuan sahabatnya Angga mengejutkan aku, dari mulut Doni kini aku tahu alasannya mengapa ia meninggalkan aku, karena rasa kasihan melihat keadaanku atas pertanyaanku akhirnya muncullah pengakuan itu” maaf Rin, aku tak memberi tahu kamu karena aku juga baru tahu, sebenarnya Angga tunangan dengan mantan pacarnya “jujur pengakuan itu membuat aku semakin hancur “kenapa, apakah wanita itu lebih cantik dari aku atau apa sehingga ia meninggalkan aku, kenapa Don, apa salahku”. “kamu tak salah Rin, tapi Angga lebih memilih dia karena terlalu banyak kenangan yang ia alami bersamanya”. Jadi karena terlalu banyak kenangan bersama wanita itu, lalu aku selam ini aku apa Don, apa ia memang sengaja ingin menjadikan aku mainan sementara untuk menyakinkan perasaannya terhadap wanita itu. Jawab Don “bukan, aku dengar katanya ia dijebak oleh wanita itu” jawab Doni lemah. “maksud kamu apa, enggak mungkin Don.”aku hanya ingin kamu jujur sam aku”. Rin, Doni berkata jujur “aku tertunduk lemah tubuhku lemas tubuhku lemah, orang yang aku cintai meninggalkanku hanya untu perempuan lain, jujur aku kecewa.
Diary, kenapa ini harus terjadi padaku, rasanya tuhan tak adil padaku, aku hanya menatap hari dengan tatapan kosong, seisi rumah sibuk mencoba mencari cara untuk menghibur, namun perasaan yang hancur sulit untuk aku perbaiki. Aku hanya bisa meratapi keadaan hidupku yang menurutku udah enggak ada artinya.
Diary, apakah aku tak boleh hanya sekedar merasakan cinta atau aku tak pantas untuk mencintai seseorang. Diary aku hanya disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus memojokkanku.
Diary karena aku belum dapat melupakan bayangnya, aku kembali menjajaki kenangan itu kembali ke taman bertabur bunga dan mulai membuka lembaran kenangan dan terkadang aku tersenyum simpul karena terlalu lama aku terluka kini aku menapak di tanah yang goyang, aku bagaikan orang yang mabuk karena sakit hati. Hingga aku jatuh ke dalam pelukkan seseorang yang taka sing aku pandangim “Angga….” Bisikku lemah, Angga tak menjawab ia hanya menatapku kosong “Angga” aku mengulangi perkataanku “ kamu Angga…”. “ Rin, aku minta maaf karena telah meninggalkanmu”. “Tapi, kenapa apa kamu tak mencintai aku lagi”. “Rin aku cinta dan aku akan selalu cinta, tapi keadaan ini yang memaksaku untuk melakukan itu”, “aku tak mampu berkata apapun karena sorot matanya penuh dengan kejujuran tak Nampak ada dusta dalam perkataannya. “aku tau Rin ada rasa kecewa dalam hatimu”.
“ Kenapa aku lakukan ini padamu, Rin dengarkan aku meskipun aku tak bersamamu tapi ingatlah cintaku akan selalu bersamamu ” Angga memeluk dengan dekapan hangat aku tak kuasa menolaknya tak lama ia kecup keningku dengan cinta. Rasanya aku tak ingin malam berlalu, sampai sedan bercat merah terhenti di depanku dan cintaku masuk ke dalam mobil itu, ia menatapku dengan tatapan duka tak lama mobil itu berjalan aku terdiam menatap hampa kemudian aku berlari mengejar tapi aku terhenti.
Diary, aku tak menyesal pernah bertemu dan aku jatuh cinta, tapi aku berpikir kenapa aku tak bisa menikmati cintaku dan kenapa cintaku hancur berakhir seperti ini.
Diary tak banyak yang bisa aku lakukan hanya bisa terbaring merenung di atas kasur lembekku ini. Dan mencoba tegar menerima semua keadaan dan menjalani hidup untuk mencari kebahagiaan lain meskipun akan sulit aku lakukan.
Aku lelah, ingin tidur dalam luka dan berharap ini hanya mimpiku yang tak pernah terjadi dan saat aku terbangun aku akan mengingatnya sebagai mimpi burukku.



4.
KU ABADIKAN TELAPAK KAKI SURGA ITU

Sang surya mulai menampakkan sinarnya, dinginnya cuaca seakan membuat tidurku semakin lelap. Tiba-tiba dering alarm membuyarkan mimpiku hingga membuatku terbangun. “ Ah, rasanya aku masih ingin tidur dan bangun lebih siang lagi” gerutuku dalam hati. Dengan langkah sempoyongan aku menuju ke kamar mandi menghilangkan rasa kantuk yang masih menggelayutiku. Namun rasa itu hilang ketika ku teringat hari ini aku akan pulang kampung. “ Astagfirullah, hampir saja aku lupa kalau hari ini aku akan pulang kampung” gumamku dalam hati. Indahnya kota Palembang tak membuatku lupa akan kampung halaman.Untung saja tiket sudah ku beli beberapa hari yang lalu, maklum kalau lagi musim Liburan sekolah seperti ini biasanya tiket sudah diborong anak-anak sekolah yang merantau seperti diriku.
Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB, saatnya ku bergegas menuju terminal sebab 09.30 WIB aku harus berada di terminal. Senangnya hatiku akhirnya aku bisa pulang kampung juga setelah sudah hampir dua tahun merantau mencari ilmu demi mengejar cita-cita. Sesampaiku di terminal mobil KIA coklat mentereng berbody besar sudah terparkir di halaman terminal menunggu penumpang dan siap membawaku dan penumpang lainnya menuju tempat tujuan. “ Untung aja tadi tidak kena macet” gumamku dalam hati. Tak sengaja di terminal ku bertemu dengan teman sepermainanku dulu, namanya Lia. Mimpi apa aku semalam bisa bertemu lagi dengan teman kecilku dulu, Rumah Lia hanya beda satu kompelks denganku. “Eh Lia, pa kabar” sapaku. “Baik” Jawabnya dengan wajah yang semringah bercampur bingung. Sambil menunggu jam keberangkatan tiba kami sibuk bercanda ria berbagi cerita, maklum sudah hampir setahun kami tak bersua.
Diperjalanan saat penumpang yang lain asyik tidur, entah mengapa bola mataku tak dapat dipejamkan. Mungkin karena rasa rindu yang menggebu telah membakar semangatku untuk bertemu keluarga tercinta hingga susah memejamkan mata ini, Lia yang tadinya begitu semangat bercerita telah tidur pulas di sampingku. Ku nikmati pemandangan diperjalanan tuk menghilangkan rasa suntuk yang menghinggapiku. Pohon-pohon berbaris rapi seakan memberi ucapan selamat jalan kepadaku, mentari pun tak jua kelihatan akan menangis, oh indahnya pemandangan alam ciptaan yang kuasa. Tiba-tiba pandangku tertuju pada kerumunan orang yang keluar dan masuk tak henti berdatangan di sebuah rumah itu, mereka datang dengan membawa sesuatu untuk tuan rumah dengan wajah lesu tetapi memberi kobaran semangat. “Ah, mungkin hanya sedang ada hajatan saja” pikirku dalam hati. Tetapi seketika aku terdiam papan nama itu taka asing lagi bagiku dengan bendera hijau yang menghiasinya. Seumur hiduku tak akan pernah ku lupa, anganku melayang menembus waktu yang lampau, 5 tahun yang lalu ibuku pergi menghadap yang kuasa, sedih, tak percaya, bingung berbaur menjadi satu. Batin ini bergejolak belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan yang ada dihapanku. “Yang sabar ya nak” kata bu guru Lela dengan penuh kasih sayang tak kuasa ku peluk bu Lela hingga tak terasa air mata telah membasahi pipiku.
Satu minggu telah berlalu, aku harus memutuskan antara dua pilihan yang sama pentingnya dalam hidupku. Akhirnya ku ambil keputusan untuk tetap melanjutkan sekolah di Palembang, jauh dari kedua orangtua. Ku teringat pesan ibu “ Biar kamu menjadi orang yang sukses tidak seperti ibu yang hanya ibu runah tangga biasa” beliau begitu bersemangat inngin menyekolahkanku ke kota. Air mataku mengalir bilaku teringat kata-kata ibu, semangatku kembali terpacu bila ingat ibu, walaupun harus berpisah dari ayah dan adik-adikku terutama Ani yang saat itu masih berumur 8 tahun. “ Tuhan, kuatkan aku dalam menjalani khidupan ini” gumamku dalam hati seakan memberi semangat pada hatiku yang lara ini.
Tak terasa enam bulan telah begitu cepat berlalu, aku tak tahu keajaiban apa yang membuatku bisa menjalani fase-fase sulit dengan lapang dada tanpa kehadiran ibu disisiku. Ku kira aku tak akan mampu hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, beban berat ini sedikit berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Tuhan aku tau engkau tak akan menguji umatmu di bawah batas kemampuannya. Ku mencoba ikhlas dengan semuanya karena semua yang berasal dari tanah pasti akan kembali ke tanah jua. Rin, kamu kenapa kok nangis, suara Lia sontak membuyarkan lamunanku. Aku tak menyadari air mata telah membasahi pipiku, rupanya Lia sudah bangun dari tidurnya sejak tadi tanpa ku sadari. “ Enggak kok tadi ada sesuatu yang masuk ke mataku” jawabku agak sedikit berbohong. “Ah, sudahlah ngaku aja cerita dong ama aku lagi mikirin apa sich” Tanya Lia sedikit menyelidiki. “Ayo lekas siap-siap 25 menit lagi kita akan tiba di terminal” gumam Lia mengubah topik pembicaraaan.” Iya” jawabku pelan. Semoga ibu mendapat tempat yang terindah di sana, dirimu kan selalu ada di hatiku selamanya.



5.
KUPU-KUPU CINTA

Awal pertamaku berjumpa dengannya…. aku sudah mengaguminya….entah darimana datangnya rasa itu, aku tak tau pasti tapi itu yang ku rasa saat itu. Hati ini seakan mendesak ingin terus berjumpa dengannya lagi dan lagi. “ah, kenapa rasa kagum ini tak bisa ku bendung lagi” gumamku dalam hati. Siapa dia hati ini selalu bertanya-tanya, laki-laki yang tinggi 165 cm itu dengan postur tubuh tegap dan berkulit putih itu selalu terbayang dalam benakku. Tak tau kenapa ada perasaan senang yang membasahi jiwa, apakah ini namanya cinta atau hanya perasaan kagum saja “aneh, kenapa aku merasakan perasaan seperti ini”.
Tapi rasa itu semakin merasuk ke jiwa saat ku tak sengaja bertemu dengannya lagi di gang depan rumah. Dia hanya tersenyum simpul kepadaku…tak ku sangka dia begitu ramah padaku. Sebenarnya sudah lama aku mengagumi laki-laki itu malahan aku pernah satu angkot dengannya saat ku pulang dari tempat kerja tapi dia diam seribu bahasa .
Waktu terus bergulir entah dari mana awalnya aku mulai dekat dengannya…laki-laki itu ternyata namanya Andre. Dia tinggal di gang sebelah rumahku. Apakah ini hanya mimpi untukku “tuhan, apa yang harus ku perbuat saat perasaan ini bergelok dalam jiwa, sementara ku tau aku sudah ada kekasih hati walaupun ia nun jauh di sana”. Maafkan aku kasih..ku ingin mencoba cinta lain selain kamu meskipun kaki ini ragu untuk memulainya tapi akan ku coba jalani semua ini. Aku tau raga ini tak bisa berbohong aku sangat mencintaimu Rio, kenapa jarak harus memisahkan kita” gumamku dalam hati. Telah ku coba tuk bersikap biasa saja di depannya, tapi bayang Andre selalu menghantui raga ini. Saat dia meminta nomor teleponku….ku coba mengelak dengan alasan aku tak punya handphone tapi lama-kelamaan hati ini luluh juga dan aku semakin intensif berkomunikasi dengannya. Dia sangat baik di mata ku, tak ada sedikit celah apapun yang membuat hati ini ingin membencinya.
Sore itu suasana sunyi beralaskan sepi “Rika apa kamu pacaran dengan Andre” tanya tante Irma padaku. Aku bingung apa yang harus ku jawab pada tante, sebelum bibir ini menjawab..tante Irma sudah melontarkan kata-kata yang membuat diri ini terkejut dan tak percaya “ka, tante hanya menginginkan yang terbaik untukmu, ibu Andre itu mantan kupu-kupu malam”..ibarat di sambar petir di siang bolong kata-kata itu begitu menusuk di dalam hatiku. “tante hanya inginkan yang terbaik untukmu jadi tante harus manyampaikan hal ini padamu” gumam tante Irma. Aku hanya bisa terdiam seribu bahasa “oh, tuhan aku harus lupakan dia saat perasaan ini begitu kuat padanya”. Tante Irma sudah tau gelagat Andre yang sering kali singgah ke rumah temannya yang kebetulan juga tetanggaku.
Aku shock….ada perasaan benci yang menyeruak di dalam dada ini. Hp ku berdering ku lihat pesan dari Andre “ rika, kenapa kamu kok sombong banget sekarang sama aku? pesanku tak pernah lagi kamu balas”. Pesan itu ku abaikan saja, Jika ku jalani hubungan ini tentunya akan banyak kerikil yang menghadang, terlalu besar jurang yang memisahkan kita Andre maafkan aku. Aku tau dia heran dengan perubahan sikapku yang begitu dratis terhadapnya tapi hal ini tak bisa ku jelaskan padanya biarlah rahasia ini ku pendam dalam hati.
“Rika, sudahlah nak lupakan dia…tante tau ada sedikit rasa kagummu buat Andre kan, tapi inilah kenyataan yang harus Rika hadapi”. Tak terasa buliran air mata telah membasahi pipi, tante Irma memelukku bak sosok ibu yang selama ini menghilang di hatiku”. Salahkah bila aku mencintainya dan berharap dia akan menjadi milikku.
Pesan dari Andre tak pernah lagi ku balas hingga dua bulan berlalu nomor hp Andre tak aktif lagi..dia menghilang bak di telan bumi. Ku tak pernah dapat kabar lagi darinya. Ya sudahlah ku harus terima kenyataan ini meski bayang Andre selalu terlintas di jiwaku. Ku mencoba berpikir dewasa dalam menyikapi keadaan ini, tak seharusnya ku membenci dia. Tak sepenuhnya ini kesalahan dari Andre, jika dia bisa memilih mungkin Andre tak ingin dilahirkan dari latar belakang keluarga yang kelam.
Siang itu mentari tak jua kelihatan akan menangis, ku langkahkan kaki dengan semangat membara pergi kerja, entah kenapa terlintas di pikiranku tentang Andre “Andre benar-benar sudah melupakanku, dia memang tak perduli lagi dengan diriku”. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara yang tak asing lagi di telinga ini memanggil namaku “Rika……tunggu”. Ku tolehkan kepala ke belakang serasa berada di alam mimpi, ku lihat Andre sudah ada di depanku.“apa kabar? berapa nomor Hp mu sekarang”. “baik” jawabku singkat. Tak kuasa ku mengelak akhirnya ku berikan lagi nomor hp ku dengan pertimbangan menjaga silatuhrahmi.
Terjalin lagi hubungan komunikasi antara aku dan Andre, Melalui pesan singkat tak ku duga Andre mangungkapkan isi hatinya lagi untukku “Rika, aku ingin menjadi orang yang special dalam hidupmu”. Ku balas pesan singkat Andre “aku pikir-pikir dulu ya Dre, beri aku waktu tuk menjawabnya”. Bak makan buah simalakama, aku bingung harus pilih yang mana. Aku takut keluargaku tau jika ku punya hubungan dengan Andre. Tapi di sisi lain aku mengaguminya.
Akhirnya aku coba merajut kasih dengan Andre meskipun hati ini ragu akan perasaan Andre terhadapku. Hari-hari kulalui dengan kasih sayang yang di curahkan Andre padaku, sejauh ini aku merasa cukup bahagia. Ku coba membandingkan kasih sayang Andre dengan Rio. Memang jauh berbeda….tapi tetap saja yang kurasakan Rio adalah segalanya bagiku. Hubungan Backstreet sungguh menyiksa hati. “Rika, tante dengar dari tetangga kamu pacaran dengan Andre”. Bibir ini keluh, ku coba menengkan hati ini untuk bisa menjawab pertanyaan dari tante Irma “enggak kok tante, rika cuma berteman dengan Andre” jawabku sedikit berbohong. “tante hanya ingin mengingatkanmu karena tante sayang kepadamu, ingat rika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tante harap rika mengerti maksud tante”. Aku hanya terdiam tapi perasaanku terhadapnya menghilangkan akal sehat ini.
Entah ada rasa apa yang menggelayuti hati, aku memang ragu akan hubungan yang ku jalin dengan Andre. Meskipun kaki ini ragu tetap saja ku jalani hubunganku dengan Andre. Sejauh ini Andre ku lihat Andre sayang kepadaku walaupun seribu tanda tanya bertaburan akan perasaannya untukku.
Hampir 8 bulan ku jalani hubungan backstreet bersama Andre…entah kenapa akhir-akhir ini perhatiannya berubah padaku. Ku coba berpikir positif terhadapnya..karena aku tau dia sedang sibuk dengan urusan kuliahnya yang sebentar lagi akan rampung. Sudah dua minggu ini dia tak memberi kabar padaku..nomor hp nya pun sudah tak aktif lagi. Ada apa dengannya, aku takut terjadi apa-apa dengannya. “ah, mungkin ini cuma perasaanku saja” ku coba melepas penat dengan membuka facebook..ternyata Andre update status yang menyatakan hp nya hilang. “ Kenapa dia tak memberi inbox padaku”
Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati ini..ku coba mengirimkan wall padanya “Andre, kenapa hp mu tak aktif lagi” tapi cuma dibalas seadanya. Dia memang benar-benar sudah berubah, dia bukan Andre yang ku kenal dulu. Seminggu telah berlalu kabar dari Andre tak jua hadir di wall Fb ku. Ku lihat Facebook Andre, alangkah terkejutnya ku lihat foto profilnya, di sana terpampang foto Andre bersama kekasih barunya. Perih bak di iris sembilu, hati ini pilu melihat foto itu. Ternyata ku salah menilai sosok Andre selama ini, tak sepatah katapun terucap dari mulutnya tentang hubunganku dengannya.
Pikiranku mulai terbuka..aku menyesal telah melalaikan nasihat tante selama ini tapi itulah kenyataan yang aku hadapi karena aku sudah memilih. Orang yang selama ini ku anggap sempurna di hati ini, tempat berbagi rasa. Telah meninggalkan luka di hati…” sudahlah, biarlah ini kan ku jadikan suatu pelajaran berharga untukku”. Selamat tinggal masa laluku..ku jadikan kisah ini sebagai goresan kelam masa laluku…kau hanya pembual cinta, cukup sudah ku ingin lupakan semua tentangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar