Minggu, 04 Juli 2010

NASKAH DRAMA FURNAMA RHAMA DONA

1.
KASIH SAYANG PARA ORANG TUA

Pemain :
1. Adis : Seorang gadis manis berusia 23 tahun
2. Putra : Kekasih Adis yang merupakan anggota TNI
3. Rosa : Ibunda Adis
4. Hendra : Ayahanda Adis
5. Ratna : Ibunda Putra
6. Bi Siti : Pembantu Rumah Tangga Adis

Cerita ini berawal dari kisah cinta yang di jalin oleh dua insan yaitu Adis dan Putra. Keduanya saling mencintai hingga akhirnya hubungan mereka harus diuji oleh latar belakang Adis yang ternyata bukan anak kandung dari keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Skenario I
Latar : di restoran

Putra : Sudah lama menunggu sayang?
Adis : Lumayan...tapi aku maklum kamu kan selalu telat.
Putra : Maaf sayang, aku kan baru pulang tugas (sambil memohon pada Adis)
Adis : Iya deh…dari pada enggak datang sama sekali.
Putra : Jadi enggak ikhlas nih maafinnya (seraya merayu Adis)
Adis : Ikhlas...ikhlas kok. Kita ketemu di sini kan buat ngomongin masalah pernikahan kita. Jadi langsung ke intinya aja ya. Kita mau pakai adat apa?
Putra : Kalau aku terserah kamu aja sayang, aku percaya sama kamu sepenuhnya.
Adis : Ok kalau begitu...
Putra : Iya sayang...aku berniat menikahimu karena aku percaya sepenuhnya sama kamu dan aku ingin hanya kamu yang menjadi ibu dari anak-anakku.
Adis : Baiklah kalau begitu, semoga kita dapat menjalanimya dengan baik.
Adis dan Putra memang tak lama lagi akan melangsungkan pernikahan. Kedua keluarga masing-masing sudah merestui. Putra yang merupakan anggota TNI sangat menyayangi Adis yang berprofesi sebagai seorang dokter muda.

Scenario II
Latar : di rumah Adis

Hendra : Adis...mari sini nak, ada yang ingin papa dam mama bicarakan padamu.
Rosa : Papa yakin ingin menceritakan semuanya pada Adis (sambil berbisik).
Adis : Ada apa Pa...Ma...? sepertinya serius sekali.
Hendra : Begini Adis, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Putra dan itu artinya kamu akan belajar menjalani kehidupan bersamanya. Papa dan Mama merestuimu nak... namun di sini Papa dan Mama harus membuat suatu pengakuan.
Adis : Maksud Papa apa????? Pengakuan apa Pa?????
Rosa : Pa...lebih baik janga sekarang (sambil memegangi tangan Papa Adis).
Adis : Apa Ma??? Adis mohon katakanlah Pa....
Hendra : Cepat atau lambat Adis pasti akna tahu Ma...dan Papa rasa sekarang adalah waktu yang tepat. Tetapi, Papa mohon Adis jangan marah sama Papa dan Mama...
Adis : Baiklah Pa, Adis enggak akn marah sama Papa dan Mama. Katakanlah.
Hendra : Sebenarnya Adis bukanlah anak kandung Papa dan Mama.

Hening sejenak...tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Adis, Papa Hendra dan Mama Rosa. Bagai petir yang tiba-tiba datang di siang hari, ucapan Papa Hendra meluluhlantahkan hati Adis. Seakan tak percaya pada kenyataan. Butiran air mata Adis mulai membasahi pipinya yang lembut.

Adis : Mengapa Papa dan Mama tega mengatakan hal itu pada Adis? Katakan semua itu bohong Ma ( sambil memegangi tangan Mama Rosa).
Rosa : Papa benar Dis, Adis memang bukan anak kandung Papa dan Mama. Namun, Papa dan Mama sangat menyayangi Adis seperti anak kandung Papa dan Mama nak. Mama moho anggaplah Mama dan Papa ini seperti orang tua kandungmu. Mama mohon jangan pernah tinggalkan kami nak..(sambil menangis tersedu-sedu).
Adis : Lalu siapa orang tua kandung Adis Ma? Dan mengapa Papa dan Mama baru memberitahu Adis sekarang di saat Adis akan melaksanakan pernikahan?
Rosa : Mama dan Papa tidak mengetahui siapa orang tuamu sebenarnya nak...kamu Mama temukan di depan pintu rumah saat hujan deras dan Mama menganggap kamu adalah karunia dari Tuhan yang diberikan untuk Mama nak.
Adis : Tidak Ma...Adis harus mengetahui siapa orang tua Adis sebenarnya sebelum Adis menikah dengan Putra. Adis ingin ayah kandung Adis yang menjadi wali pada pernikahan Adis nanti Pa.
Hendra : Tapi nak…mau cari kemana orang tuamu, Papa sama sekali tidak mengetahuinya nak.
Adis : Entahlah Pa...yang jelas Adis ingin berusaha dan semoga Tuhan akan membantu Adis. Adis mohon doanya Pa, Adis tetap menyayangi kalian…Adis hanya ingin mengetahui siapa jati diri Adis sebenarnya.

Adis langsung meninggalkan rumah dan kedua orang tua yang telah dengan ikhlas membesarkannya dengan perasaan yang tak karuan. Kecewa karena ternyata Adis bukanlah anak kandung dari Papa Hendra dan Ibu Rosa.
Sebisa mungkin Adis mencari tahu tentang jati dirinya. Pernikannya dengan Putra sempat tertunda karena Adis benar-benar ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya. Untunglah Putra mengerti dengan keadaan yang dialami Adis.

Skenario III
Latar : di rumah Adis

Bi Siti : Sudah tiga hari berlalu, non Adis belum juga kembali nyonya.
Rosa : Iya Bi...walaupun Adis bukanlah anak kandung kami, namun kami menyayanginya dengan tulus Bi, kami menemukannya di depan pintu rumah ketika hujan deras 23 tahun yang lalu.
Bi Siti : Nyonya tidak perlu menceritakan sama saya. Karena saya sudah mengetahui semuanya. Sayalah seorang ibu yang tega membuang anaknya. Sayalah ibu Adis. Saya terkutuk. Saya menyesal. Saya bersalah, hukumlah saya Nyonya.
Rosa : Apa Bi? Katakana ini hanya lelucon Bi…
Bi Siti : Tidak Nyonya, saya benar. Sayalah ibu kandung non Adis. Ayahnya sudh meninggal. Maka dari itu saya takut tidak dapat menafkahinya dengan baik.
Rosa : Ya Allah Bi, Tuhan memberikan anak berarti Tuhan percaya sama Bibi. Kenapa Bibi berfikir sebodoh itu? Adis harus mengetahui hal ini.
Bi Siti : Jangan Nyonya ...saya takut Adis tidak mau mengakui saya sebagai ibunya.
Rosa : Percayalah Bi...selama ini saya besarkan Adis dengan kasih sayang yang tulus. Percayalah Bi, Adis akan mengakui Bibi sebagai ibu kandungnya. Karena Adis begitu memimpikan belaian kasih sayang seorang ibu...terlebih ibu kandungnya Bi.

Skenario IV
Latar : di rumah Adis

Hendra : Sekarang semua sudah berkumpul. Adis, Putra dan mamanya Ibu Ratna, saya dan mamanya Adis. Sebagai seseorang yang mencintai Adis dengan tulus, dapatkah Putra menerima Adis apa adanya? Nak Putra dan Ibu Ratna sudah mengetahui Adis bukanlah anak kandung kami.
Putra : Saya mencintai Adis dengan tulus Pa dan saya tidak perduli kalau Adis bukan anak kandung Papa dan Mama. Bagi saya, Papa dan Mama sudah Putra anggap seperti oran tua Putra sendiri.
Ratna : Benar Pak...kedua anak kita saling mencintai, berdosa bagi kita jika memisahkan mereka hany karena Adis bukan anak kandung Ibu dan Bapak. Adis sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri.
Hendra : Syukurlah kalu begitu.
Adis : Papa janji hari ini akan memberitahu siapa orang tua Adis sebenarnya kan Pa?
Hendra : Iya nak... Papa juga baru mengetahui dari mamamu. Kamu sudah lama mengenalnya dan kamu juga menyayanginya.
Adis : Siapa Pa? (mendesak)
Hendra : Bi Siti nak...
Hendra : Benar nak, ada baiknya Bi Siti sendiri yang menjelaskannya.

Dengan perasaan hancur Adis mendengarkan penjelasan Bi Siti yang pada 23 yang lalu telah meletakkannya di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Bi Siti :Ibu memang bersalah nak telah membuangmu begitu saja di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa, namun waktu itu ibu khilaf nak, bapakmu telah meninggal karena sakit, Ibu takut tidak bisa membuatmu bertahan hidup. Maka, dari itu ibu mengambil jalan yang salah, ibu maklum jika Adis tidak bisa menerima ibu karena perlakuan ibu yang salah nak.
Adis : Tidak Bu...Ibu tetaplah ibu yang Adis damba dan banggakan. Kasih sayang yang ibu berikan telah Adis rasakan sejak Adis kecil dan ibulah yang mengasuh Adis dengan penuh kasih sayang. Dan untk Putra, kenyataan telah terbukti. Aku hanyalah anak dari seorang pembantu rumah tangga. Apakah kamu masih ingin menjalani hidup denganku? Karena jika kamu pun tak mau, tak apa Putra, aku tetap memilih ibu yang telah lama aku impikan.
Putra : Mengapa kamu bicara begitu sayang. Aku akan tetap menjalani kehidupan bersamamu. Orang tuamu adalah orang tua juga. Kita patut beryukur kita di karuniai bukan empat orang tua melainkan lima.
Akhirnya Adis dan Putra menikah dengan restu orang tua dan hidup bahagia dengan para orang tua yang menyayanginya.

NASKAH DRAMA RIA PERMATA SARI

1.
PERGI TAK KEMBALI

Para pemain:
1. Ani 5. Anton 9. Yosa
2. Ika 6. Asna
3. Ilham 7. Ibu Anton
4. Rachel 8. Ibu Rachel



ADEGAN PERTAMA
Latar : di ruangan kelas sekolah yang sederhana, Ika dan Siska sedang asyik berbincang-bincang sambil menuggu bel masuk berbunyi.

Ani : Sis, ada apa dengan Lita akhir-akhir ini aku lihat dia agak murung, oh iya jadi enggak rencana liburan kita akhir semester ini.
Ika : aku juga heran, mungkin Rachel lagi ada masalah sis tapi kenapa dia enggak mau cerita sama kita , insyaallah jadi dong.
tiba-tiba datang yosa dengan tergesa-gesa dan nafas terengah-engah.
Yosa : alhamdulilah ternyata belum masuk ya…aku kira udah telat. Biasanya kan ibu Letti sudah masuk kelas lima menit sebelum bel berbunyi.
Ani : dasar tukang molor…ngapain aja kamu semalam sampai-sampai kesiangan bangunnya.
Yosa : biasa nonton bola cuyy…
Ika : makan tu bola…..
Yosa : kalian berdua ini syirik aja jadi orang, kalian tau enggak semalam club favoritku main makanya aku bela-belain nonton pertandingan mereka sampai selesai.
IKa : ngomong-ngomong Rachel kemana kok belum datang jam segini. Apa dia enggak masuk hari ini ??
Ika menghampiri meja guru sambil membuka-buka absen murid, dan tak sengaja melliat surat yang terkapar diatas meja
Ika : inikan surat izin dari Rachel, dia tidak masuk keterangannya sakit.
Ani : pantesan aja uda jam setengah tujuh dia belum datang, sudah ku duga pasti dia tidak masuk.
Yosa : tuch liat si Anton sudah mondar-mandir di depan kelas kita pasti dia nungguin Rachel, benar –benar cinta mati tu anak dengan Rachel. Uda di tolak berkali-kali masih aja pantang menyerah.
Anton : Ilham, Rachel uda datang belum….ada yang ingin aku sampaikan padanya.
Ilham : kelihatannya belum datang tuch,,,Tanya saja dengan teman-temannya.
ADEGAN KEDUA
Latar : di taman sekolah. Ani, Ika dan Yosa sedang asyik membaca sambil berbincang-bincang.
Anton : Ika, Rachel tidak masuk ya hari ini? Boleh aku titip sesuatu untuknya.
Ika : iya, dia sakit. Emang kamu mau titip apaan?
Anton : surat. Aku harap surat itu benar-benar sampai ke tangan Rachel. Sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas pertolonganmu.
Ika : tenang aja,,pulang nanti rencananya kami akan membesuk Rachel, nanti aku sampaikan padanya.
Anton : terima kasih ya….sudah mau membantuku.
Anton berlalu di hadapan kami dan langsung menuju kantin sekolah.
Ani : aku salut melihat Anton ternyata dia sungguh-sungguh mencintai Rachel. Tetapi aku heran kenapa Rachel sama sekali tidak memperdulikan sikap Anton padanya.
Ika : mungkin Rachel masih ragu akan perasaan Anton kepadanya. Kita do’akan saja yang terbaik untuk Rachel. lagi pula Rachel belum di restui mamanya untuk pacaran. Aku yakin Rachel tau yang terbaik untuk dirinya.
Yosa : semoga saja, aku harap Anton juga tulus mencintai Rachel.

ADEGAN KETIGA
Latar : di rumah Rachel
Ani : kenapa kamu enggak menelponku? Kamu sakit apa buq?? Ne baca tuch…. ada titipan dari Anton untukmu.
Rachel : Cuma demam biasa kok teman-teman, tadi pagi mendadak badanku panas sekali dan kepalaku teras a pusing (sambil membaca surat dari Anton lalu menghela nafas panjang)
Ika : apa isi surat dari Anton hel,aku jadi penasaran.
Rachel : dia mengungkapkan isi hatinya lagi, aku bingung harus bagaimana lagi menghadapi dia. Sudah berulang kali aku tolak tetapi tetapi tetap saja semangatnya semakin membara.
Rachel ada temanmu menunggu di depan…sayup-sayup terdengar suara teriakan mama
Rachel : iya ma, suruh masuk ma. Suruh ke kamar Rachel aja.
Yosa : siapa hel yang datang? aku jadi penasaran.
Terdengar jejak langkah menuju kamar Rachel…..
Rachel : Anton….ngapain kamu ke sini, bukannya hari ini kamu ada Les piano.
Anton : aku bolos hel, aku khawatir dengan keadaanmu. Makanya aku datang ke rumahmu. Hel aku enggak bisa membohongi perasaan ini, aku benar-benar menyayangimu.
Rachel :makasih ton, kamu udah menyayangiku tapi maaf banget mungkin lebih baik kita berteman saja aku harap kamu juga mengerti akan perasaanku. Untuk saat ini aku mau fokus sekolah, enggak mau mikir yang macam-macam dulu dan juga sebentar lagi kita juga mau ujian akhir.
Anton : (hanya tertunduk lesu mendengar ucapan Rachel, terdiam tanpa kata).
ADEGAN KEEMPAT
Latar : di sekolah
Ani : hel, temenin aku ke kantin. Aku haus banget.
Asna : hel aku mau bicara empat mata dengan mu. Apa sich mau kamu itu, Anton itu benar-benar menyayangimu tapi kenapa kamu enggak mau meneima cinta dia. lihat di sudut taman itu.
Rachel : (menoleh kea rah yang ditunjuk Asna, disana ada Anton dengan wajah murung dan meneteskan air mata di sampingnya ada Ilham yang mencoba menenangkan Anton). Jadi kamu maunya aku bagaimana.
Asna : Tidak kasihan kamu melihat Anton, bayangkan Hel sudah sejak kelas satu dulu dia mengemis cintamu . Kamu itu memang tidak punya perasaan Hel, aku tak menyangka kamu sekejam itu.
Rachel : kamu tidak mengerti perasaanku Asna, kamu cuma bisa menghakimi seseorang tanpa tahu alas an yang pasti kenapa aku berbuat ini pada Anton.
(BerLari masuk ke kelas sambil menangis menutupi mukanya dengan tas).
Ani : ada apa Hel kok kamu menangis, apa yang sebenarnya terjadi?
Rachel : enggak apa-apa Ani…tolong tinggalin aku sendirian, aku pengen sendiri dulu.
Ani :Ika, kenapa dengan Rachel, kok dia nangis?
Ika : aku juga tidak tau An, tadi dia habis berbicara sesuatu dengan Asna. Hel kamu kenapa? Kalau lagi ada masalah ceita dong sama kita. Siapa tau kita bisa bantu….
Rachel : apa aku salah dengan tindakanku terhadap Anton..kenapa tidak ada yang mau mengerti dengan keadaanku.
Ani : jujur Hel, aku juga bingung tentang perasaanmu kepada Anton, apa sebenarnya alasan kamu berulang kali menolak cinta Anton. Aku lihat ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari kami semua.
Rachel : maafkan aku (sambil menghapus air mata yang jatuh dari pipinya) aku melakukan ini karena aku tau Asna juga sangat mencintai Anton meskipun ia tak pernah mau mengungkapkan semua ini pada Anton.
Ani : tapikan Hel, Anton lebih memilih kamu dibandingkan Asna. Buktinya sampai sekarang dia masih mengejar cintamu. Lupakanlah masa lalu kamu bersama Derry Hel, yang lalu biarlah berlalu.
Rachel : itu karena di tidak tau perasaaan Asna padanya lagipula aku tidak mau membebani Anton sebab aku tak lama tinggal di sini tamat sekolah nanti kami sekeluarga akan pergi ke Medan, ayahku pindah tugas di sana. Aku hanya inginkan yang terbaik untuknya teman.
Anton: jadi itu alasan kamu selama ini Hel, kenapa kamu tak pernah mau jujur padaku.
Rachel : Anton, sejak kapan kamu sudah ada di situ????
(Anton berlari keluar kelas meninggalkan Rachel, Ani dan Ika yang masih terkejut dengan kedatangan Anton yang tiba-tiba).
ADEGAN KELIMA
Latar: di sekolah
Rachel : Ilham..Anton sudah datang belum, aku ingin berbicara sesuatu padanya.
Ilham : jadi kamu tidak tau Hel, Anton semalam kecelakaan.
Rachel : apa…kok aku enggak tau.
Ani : Hel ikut aku sebentar, kemana aja aku cariin dari tadi, ayo kita pergi ke rumah Anton.
(Rachel, mengikuti saja perkataan Ani, tanpa mengetahui apa yang terjadi pada Anton).
Latar : di rumah Anton
Rachel : An, kenapa banyak orang di rumah Anton apa yang terjadi pada Anton, aku harus minta maaf dengan Anton. Aku sudah berbuat salah pada Anton ( tak terasa air mata Rachel sudah mengalir di pipinya).
Bergegas masuk ke dalam rumah Anton namun yang diharapkan tak jua muncul.
Ibu Anton : pasti ini Rachel ya? sini nak (ibu Anton memeluk Rachel erat).
Rachel : ada apa ini bu,,anton kemarin baik-baik saja, enggak mungkin ini bisa terjadi pada Anton. Rachel enggak percaya bu. Aku belum minta maaf pada Anton mana Anton bu. Aku ingin bertemu dengannya.
Ibu Anton : tenang nak ini kenyataan yang harus kita hadapi. Anton sudah pergi menghadap yang kuasa. Kamu do’akan saja semoga arwahnya di terima di sisi yang maha kuasa.
Rachel : bagaimana ini bisa terjadi bu?
Ibu Anton : Semalam Anton keluar dia di tabrak lari, motornya hancur. Anton mengalami pendarahan hebat Hel dan nyawanya tak tertolong lagi.
Rachel hanya termenung hari-harinya hanya di hiasi rasa bersalah yang menggelayuti jiwanya.
Ani : sudahlah Hel, mungkin ini sudah takdir yang di atas, jalanmu masih panjang. Aku yakin kalau Anton melihatmu kayak begini terus pasti dia akan marah. Do’akan saja Anton di sana mendapatkan tempat yang layak di sisinya.
Rachel menangis di pundak Ani…ia tak menyangka keadaannya akan seperti ini. Aku menyesal telah melukai perasaan Anton selama ini.
Ani : pulang nanti kita ke kuburan Anton saja ya….biar kamu sidikit tenang Hel.

THE END

NASKAH DRAMA NOFA MAYA SARI

1.
DI BATAS MIMPI

Pelaku:1. Anisa
2. Tina
3. Rangga

Cerita ini terjadi di satu sekolah, tepatnya di depan kelas X3. Tina dan Nisa sedang asyik ngobrol pada saat jam istirahat berlangsung. Tina yang merupakan sahabat dekat Nisa.
Tina: Nis, sampai kapan kamu menyimpan semua ini dari Rangga?
Nisa: entahlah Tin, tapi untuk sekarang ini aku tidak ingin semua orang tahu khususnya Rangga. Aku tidak mau gara-gara perasaan ini aku jadi jauh darinya.
Tina: kamu tuh aneh tau gak? Aku enggak ngerti sama kamu Nis, emang kamu mau entar mati penasaran sama perasaan ini? (menyolot sambil menunjuk Anisa)
Nisa: Bukan masalah itu tin, aku enggak ada keneranian ngungkapinya sama Rangga. Lagi pula aku ini perempuan Tin, apa kata orang kalau aku nembak duluan?
Tina: Nisa…Nisa…emang sig harga diri tuh penting, tapi kedudukan cewek dan cowok sekarang ini sejajar. Jadi bukan hal yang tabuh lagi kalu kita nembak cowok duluan. Lagi pula kamu mau kalau Rangga diambil orang? (sambil mengelus kepala Nisa)
Nisa: kamu tuh Tin, bukannya nyemangati temen tapi malah doa’in yang jelek. (sambil menepis tangan Tina)
Tina: Nisa…. Udah berkali-kali aku tuh nyemangatin kamu, tapi alasan kamu tuh tetep aja sama. Capek tau!!!

Ditengah-tengah pembicaraan Nisa dan Tina, seorang pemuda datang tiba-tiba memotong obrolan mereka berdua.
Rangga: Hai Nis, …hai Tin… (sambil menyapa Nisa dan Tina, Rangga berdiri diantara mereka berdua) lagi debatin apaan dih, kayaknya seru banget?
Tina: Ini nih Ga, sih Nisa udah 2 tahun ini naksir sama cowok tapi ampe sekarang gak berani di ungkapinnya. Gak tau deh nungguin apa, padahal orangnya selalu di dekatnya.
Rangga: Bener Nis, emang siapa orangnya? Kasih tau dong siapa tau aku bisa bantu!!!(menepuk bahu Nisa)
Nisa: (dengan wajah kebingungan) enggak koq itu asal-asalan si Tina aja koq..
Rangga: ya udah deh jkalu gitu, oya Nis ada yang mau aku bilang sama kamu. Tapi entar ya waktu jam olahraga, kan gurunya gak masuk tuh. Jadi kita bisa cerita panjang lebar. Ok!!
Tina: ya udah dech entar aja nyambung lagi, bel udah bunyi tuh. Kita masuk kelad dulu entar baru sambung lagi(sambil berdiri dan merangkul tangan Nisa)

Guru olah raga memang tidak masuk, tetapi semua siswa masih bersemangat olahraga dilapangan. Berbeda dengan Rangga dan Nisa, nereka berdua hanya duduk di pinggir lapangan dan melanjutkan pembicaraan mereka yang terputus oleh istirahat tadi.
Rangga: Nis, sebebarnya aku mau minta pendapat sama kamu.
Nisa: emang kamu ada masalah apa? Koq pake acara minta pendapat segala?
Rangga: menurut kamu, Ririn itu gimana?soalnya kalian temenan kan temenan dari SMP. Jadi pasti kamu banyak tau kan tentang Ririn?
Nisa: Ririn itu anaknya cantik, baik , pinter pokoknya perfect deh. Emangnya kenapa???
Rangga: berarti pilihan aku enggak salah dong?
Nisa: memandangi Rangga bingung.
Rangga: Soalnya aku suka sama Ririn, kamu setuju kan kalau aku nembak Ririn?
Nisa: terdiam, tertunduk dan menangis
Rangga: Nis, koq diam sih? Trus kok kamu nangis? Aku salah ngomong ya sama kamu? (wajah kebingungan)
Nisa: gak apa-apa( mengusap air matanya) aku gak kenapa-napa. Kalu menurut aku, kalian itu pasangan yang serasi banget.
Rangga: Ya udah,, kalu menurut kamu Ririn cocok banget sama aku. Aku sekarang mau ke kelas Ririn dan langsung nembak dia. Makasih banget ya Nis, doa’in aku ya???(nerlari meninggalkan Nisa)
Tiba-tiba Tina datang meneghampiri Nisa dan sangat terkejut melihat sahabatnya itu terdiam dan sesekali mengeluarkan air dari matanya.
Tina: Nis, kamu kenapa nangis? (mengelus rambut Nisa dan menghapus air mata Nisa)
Nisa (sambil menangis) ternyata apa yang kamu bilang dan apa yang selama ini aku takuti, benar-benar terjadi Tin…
Tina: maksudnya?
Nisa: Ternyata Rangga… (terbata-bata)
Tina: aku beneran gak ngerti maksud kamu apaan Nis, ngomong tuh yang jelas dong.. aku bener-bener gak ngerti Nis!!
Nisa: Ternyata selama ini Rangga mencintai Ririn, Tin…
Tina: Kamu jangan asal ngomong dong dan jangan sok tau…
Nisa: Aku gak sok tau Tin, Rangga sendiri yang bilang sama aku. Dan sekarang Rangga ke kelas Ririn dan langsung mau nembak Ririn. Sekarang apa yang aku takuti semuanya terjadi. Sekarang diambil orang lain..(menangis)
Tina: (sambil memeluk Nisa) ya sudah Nis, ksmu sabar ya? Entar aku cariin cowok yang berlipat-lipat ganda dari Rangga..OK!!

Setelah lulus SMA, Nisa seolah hilang ditelan bumi dan semua kenangannya yang pernah mencinatai Rangga dikuburnya dalam-dalam. Tapi yang pasti Anisa berjanji sampai kapanpun Rangga adalah Cinta Sehatunya walaupun hanya Di Batas Mimpi.

Kamis, 01 Juli 2010

NASKAH DRAMA DINA RIZKI AMELIA

1.
SENJA DEWA MAUT

TOKOH ATAU PENOKOHAN
1. Zahra
2. Dicky
3. Vennisa
4. Randa
5. Putri
6. Bi Munah
7. Bu Sarah
8. Bu Jasmine

Latar Tempat: Lapangan basket, rumah Zahra, Kantin, Ruang mading, Kelas, Terminal, apotik, bioskop, pemakaman atau kuburan.

Latar Waktu: Pagi hari dan siang hari.

Latar Suasana: Ramai, sedih dan haru.

Alur: Maju


Kisah ini berawaal saat adanya pertandingan basket antar sekolah. Dicky yang ketika itu bertanding dengan setia ditemani oleh kekasihnya. Zahra namanya.
Hore……!!!!! sorak anak-anak dari SMA BIWADUPA yang menggelegar ketika Dicky kapten tim basket mencetak angka pertama.
Vennisa : ‘Ra, siapa nama cowok itu? “ tanya Vennisa
Zahra : “ yang mana? “ tanya Zahra sambil matanya bergerak kesana kemari.
Vennisa : “ itu loh yang barusan mencetak angka, “ jelas Vennisa.
Zahra : “Hah???? Loh gak tau siapa dia?”
Vennisa : “Gue kan anak baru ya man ague taulah, bagaimana sich!!!!!
Zahra : “Iya ya, gue lupa loh anak baru di sekolah ini. Itu Dicky, dia adalah cowok yang terkenal di SMA Biwadupa ini, “ujar Zahra”
Vennisa : “Oooo…. Pasti karna wajahnya yang tamapan, tinggi dan putih itu?
Zahra : “Bukan itu saja dia anak yang baik, ramah, tidak sombong dan perhatian.
Vennisa :“Wah ternyata kamu banyak tau tentang dia ya Zahra? Lo pengagum berat Dicky ya? “tanya Vennisa.
Zahra :“Nggak ah…!!! Tepatnya lebih dari sekedar pengagum,” ujar Zahra dalam hati diiringi senyum geli.
Zahra : “ Sa, kantin yuk? “ ajak Zahra.
Vennisa : “males ah…., gue lagi program diet.”
Zahra :“What’s??? lo diet mau sekurus apalagi loh??? Gue traktir deh loh bagaimana?
Vennisa : “Mau banget, ayo buruan ntar kantinnya penuh lagi,” ajakVennisa sambil menarik tangan Zahra.
Zahra : “Idih…. Katanya lo diet, giliran ditraktir semanagt 45 !
Vennisa : “maksud diet gue itu, diet buat ngeluarin uang, he…he…he…!
Zahra : “Dasar…. Matre, maunya yang gratisan aja.”

Zahra dan Vennisa sudah berteman sejak kecil karena rumah mereka bersebelahan. Pada saat kelas 5 SD, ayah Tessa dipindah tugaskan ke Jakarta. Namun saat Vennisa kelas 3 SMA, ayahnya dipindah tugaskan lagi kesini. Saat pulang sekolah, Zahra mengajak Vennisa ke rumahnya karena sekarang ini Zahra tinggal sendiri. Ayah ibunya bekerja di luar kota, paling-paling seminggu sekali ayah ibunya datang melihat keadaannya.
Vennisa :” Ra, kenapa lo gak ikut bonyok lo aja ya…. Pindah sekolah gitu?”
Zahra :”Nggak ah tanggung banget gue pindah, soalnya sekarang kan gue kelas tiga.”
Vennisa :” Trus loh gak takut tinggal di rumah sendirian?”
Zahra :” Nggak, kan ada bi Munah.”
Vennisa : “Vennisa pun menghempaskan tubuhnya yang lelah di atas sofa empuk milik Zahra.
Zahra : “Ve, Gue ke atas dulu ya mau ganti baju, gerah nich.”
Vennisa :” Ya…udah sana gih, gue juga udah gak tahan lagi ama bau keringat loh he..he…he…! bercanda Zahra

Setelah selesai ganti baju, Zahra menemui temannya yang berada di ruang tenggah.
Zahra : “Napa Sa? Muka lo kelihatannya lagi binggung banget.”
Vennisa : “Ah…nggak, tapi tiba-tiba kok gue jadi teringat ama wajah tampannya Dicky ya, eh Ra, kenalin gue dong, siapa tau gue bisa temenan ama dia.”
Zahra :“Ehm…liat nanti aja deh. Oh…ya bagaimana nyokap loh sudah ngelahirin belum?
“Tiba-tiba Zahra mengalihkan pembicaraan.
Vennisa :”Belum, baru aja 6 bulan. Eh, kok lo jadi ngalihin pembicaraan sih, kenapa loh gak mau ngenalin gue ke Dicky ya?”
Zahra :”Eh…nggak kok, gue cuma…”

Tiba-tiba Kring…kring… telephon di rumah Zahra berbunyi, kemudian diangkat oleh bi Munah.
Zahra : “Siapa bi…?”
Bi Munah: “ Ini non ada telepon buat non, katanya dari Dicky.”

Wajah Zahra langsung cemas, sedangkan Vennisa heran tak mengerti.
Zahra : (Cemas) “Tunggu bentar ya Sa.”
Vennisa : ( tidak menjawab)
Zahra : “Hallo, kenapa Dic?”.
Dicky : “ Mau nggak hari ini kita nonton, ada film horor kesukaan Zahra, kata temen-temen sih bagus,mau nggak?”.
Zahra : “ Ehmm… gimana ya, gue nggak bisa nich soalnya di rumah gue lagi ada Vennisa, loe tahu kan?”.
Dicky : “ Oh… anak baru dari Jakarta itu, ya sudah deh, kapan-kapan aja.”
Zahra : Sorry banget ya , loe nggak marah kan?”
Dicky : “ Just little, ok assalamualaikum.”
Zahra : “ Waalaikum salam.”

Setelah selesai menerima telepon Zahra kembali ke ruang tengah.
Vennisa : “ Ngapain Dicky nelpon loe? (penasaran)
Zahra : “Oh …dia …dia…emm… dia mau minjem buku catatan matematika gue.” (Gugup)
Vennisa : “ Lo kok ngomongnya jadi gugup gitu?”
Zahra : “ Ah… nggak kok, biasa aja.”
Vennisa :”Emang Dicky sekelas ama kita?”
Zahra :”Ya…bangku dia berseberangan sama bangku gue, eh…kita.”
Vennisa :”Serius lo, wah bagus nih, “ ujar Venissa berbunga-bunga.
Bi Munah:”Non, makanannya udah siap,”bi Munah memberi tahu.
Zahra : “makan yuk laper nich,” ajak Zahra.

Zahra telah berdusta pada Vennisa. Sebenarnya Dicky adalah pacar Zahra, tapi ia tidak ingin menceritakannya pada Vennisa sekalipun ia adalah sobat kentalnya. Karena itu Zahra memohon pada Dicky untuk merahasiakan hubungan mereka karena ia tak ingin jadi buronannya cewek-cewek yang naksir Dicky. Tahu sendiri kan Dicky orangnya terkenal di SMA Biwadupa, bisa-bisa Zahra kena damparat oleh cewek-cewek yang naksir ama Dicky.

Di sekolah sudah belajar seperti biasa, dan ini hari yang ditunggu-tunggu Vennisa.
Dicky : ”Eh…lo ngeliat Zahra nggak?” tanya Dicky pada Randa teman kantin Zahra.
Randa : ” Oh…dia tadi ke ruang madding, biasa sibuk ngurus bengkel madingnya. Kenapa lo kangen ya?” tanya Randa iseng.
Dicky :”Ah…nggak kok, gue Cuma mau pinjem catetan, thank’s ya!”

Dicky langsung menuju ruang mading, namun tiba-tiba ia bertemu dengan seorang cewek cantik. Yup…cewek itu adalah Vennisa, namun Dicky nggak pernah tau yang namanya Vennisa, ia Cuma denger kepindahan Vennisa dari Zahra.
Vennisa : ”Hai…lo Dicky yang nyetak angka kemarin kan? Sumpah lo keren banget kemarin. Oh…ya, perkenalkan gue Vennisa Syahrani lo bisa panggil gue Vennisa,” kata Vennisa super pede.
Dicky : “Oh…jadi loh yang namanya Vennisa, btw emang gue keren ya kemarin?”
Vennisa : “ Ah…lo belagak gak tahu,” ujar Vennisa sambil nunjukin STM-nya (Senyum Teramat Manis).

Kemudian mereka terlihat dalam suatu pembicaraan yang seru, sampai-sampai Dicky lupa untuk pergi ke ruang mading. Untung saja Zahra keluar memberi aba-aba untuk Dicky datang kemari.
Dicky : “ Eh… Vennisa dah dulu ya, gue mau pergi ke ruang mading.”
Vennisa : “ Oh… silahkan, sampai jumpa di kelas nanti ya!”.

Saat di depan ruang mading.
Zahra : “ Wah kayaknya seru ya ngobrolnya?” tanya Zahra sedikit cemburu.
Dicky : “ Kenapa Zahra cemburu?”.
Zahra : “ Ah nggak kok”.
Dicky : “ Gue mana sukalah sama Vennisa. Dia itu nggak sepinter kamu dan kayaknya dia manja banget, tapi emang sih dia cantik tapi Cuma cantik luar doang.”
Zahra : “ Benar nih…!!! Nggak nyesel kalau nanti termakan omongan.”
Dicky : “ Benar”.

Di dalam kelas
Vennisa : “Duh ni ibu, ngasih soal susah benar. Soalnya sih Cuma dua tapi jawabannya bisa setengah halaman. Apalagi soal nomor dua ini, loe bisa nggak?”
Zahra : “ Bentar-bentar, dikit lagi nih. Huh… akhirnya finish juga.”
Vennisa : “ Wah, otak loe memang lancar ya, loe makan oli ya tiap hari, gue lihat dong please…”
Zahra : “ Udah ngina mau nyontek lagi, innocent banget loe.”
Vennisa : “He…he…he…, gue nggak maksud ngina kok, boleh ya…, masak ama teman dari kecil pelit amat sih, amat aja nggak pelit-pelit amat,” rayu Vennisa.
Zahra : “ Nih contek aja sesuka hati loe daripada loe nanggis, gue nggak ada balon tahuuu…”
Ibu sarah: “ Ok anak-anak nomor satu kita bahas bersama” ujar bu Sarah yang dingin banget.

Bu sarah menuliskan jalan mencari jawaban nomor satu. Semua anak memperhatikan sambil menyamakan jawaban mereka. Setelah selesai, bu sarah bertanya.
Bu Sarah : “ Ok, siapa menjawab nomor dua?”

Saat itu Zahra ingin mengangkat tangannya, namun Zahra kaget sekali ketika melihat Vennisa mengangkat lebih dahulu dan dengan santainya ia membawa buku yang jawabannya itu berasal dari Zahra. Ia tak menyangka sobatnya setega itu, tapi ia mencoba sabar namun kesabarannya hilang ketika mendengar
Bu sarah : “ Excelent! Kamu murid baru disini tapi sudah bisa menjawab pertanyaan yang belum tentu juara kelas bisa mengerjakannya.
Zahra : “ Ibu ini nyindir gue,” ujar Zahra dalam hati.
Zahra ingin sekali bilang kalau itu hasil jerih payah dia, namun apa daya Zahra hanya bisa berkata itu dalam hatinya, sekalipun ia bisa, bu sarah pasti akan memarahinya dan membuat ia malu. Namun Zahra berpikir nggak apa-apa deh, mungkin ini cobaan sabar buat dia.

Ketika pulang sekolah,
Dicky : “ Vennisa…!” jerit Dicky memanggil Vennisa, padahal Zahra tepat berada di sebelah Vennisa.
Vennisa : “ Kenapa Dic?”
Dicky : “ Ah… nggak gue Cuma salut aja.”
Vennisa : “ Oh… makasih ya, ternyata jerih payah gue nggak sia-sia.”
Zahra : “ Apa ??? jerih payah dia, wah udah nggak bener nih. Minta gue tonjok kali ya nich anak, “ Zahra ngedumel dalam hati.
Vennisa : “ Sorry gue terpaksa,” bisik Vennisa, seakan tahu apa yang Zahra pikirkan.

Zahra hanya diam saja, padahal dia pengen banget nginjek-nginjek muka Vennisa biar hancur.
Zahra : “ Eh… gue mau ke apotik dulu ya, tadi bi Munah nitip obat sakit kepala, Zahra berbohong.
Dicky : “ Mau gue anter,” Dicky menawarkan.
Zahra : “ Nggak deh mending kamu nganter Vennisa aja,” Zahra memancing.
Dicky : “ Oh… ya udah, hati-hati ya.”
Zahra : “ Gila…santai banget dia ngomong kayak gitu, gue ini pacarnya, enak benar dia bilang kayak gitu, gue nggak nyangka kalau Vennisa kayak gitu. Dasar TMT, sebel…sebel…sebel…,”

Zahra mengoceh sepanjang jalan sampe orang-orang heran ngeliat tingkah Zahra.
Dikamarnya Zahra sedang duduk di depan meja belajarnya dan memegang pena, lalu ia goreskan pena itu di atas secarik kertas.
Kuberika sejuta bunga mekar
Namun kau balas dengan sejuta mimpi buruk
Mengapa kau tega tancapkan panah di hatiku
Bintang pun bersembunyi
Tapi kau tega memberi senyum bahagia mu
Dan tawa kemenangan mu

Saat di ruang mading,
Zahra : “ Nih tolong muat puisi gue,” ujar Zahra malas pada Putri wakil bengkel mading.
Putri : “ Gila sejak kapan loe suka bikin puisi, pake pengen dimuat mading lagi. Biasanya juga loe nyumbang tips, kalau nggak info-info terhangat,” ledek putri.
Zahra : “ Udah deh nggak usah banyak tanya, kalau enggak mau ya udah.”
Putri : “ Iya…iya…iya tapi judulnya apa non.”
Zahra : “ Whatever…,” ujar Zahra sambil pergi meninggalkan ruang mading.

Kemudian Zahra melihat Vennisa mengandeng cowok yang familiar banget…siapa lagi kalau bukan Dicky. Ini adalah pemandangan yang sangat menyebalkan bagi mata Zahra. Lalu Vennisa dan Dicky menghampiri Zahra.
Dicky : “ Gue pengen ngomong sesuatu sama loe.”
Zahra : “ Gue juga,” ujar Zahra ketus.
Dicky : “ Loe dulu deh.”
Zahra : “ Loe jahat banget Dic, loe bilang nggak akan suka sama Vennisa ternyata benar apa kata gue loe akan makan omongan loe sendiri, pokoknya gue minta putus.”
Dicky : “ Gue juga pengen ngomong itu. Baguslah kalau loe ngomong duluan setidaknya gue sudah ngurangi sakit hati loe karena bukan gue yang ngomong putus duluan.”
Zahra : “ Sialan loe berdua emang bukan manusia, ternyata kekaguman gue sama loe Rom SALAH BESAR, dan loe Vennisa loe bukan sobat gue, gue benci loe berdua, HAVE A NICE DAY WITHOUT ME,” dengan nada yang amat sangat super kesal.
Dicky : “ OF COURSE I WILL HAVE A NICE DAY WITHOUT YOU,” balas Dicky dengan santainya.

Besoknya,
Zahra : “ Randa, tolong kasih surat ini sama Dicky ya ! oh…ya, gue juga mau pindah hari ini, soalnya gue kangen sama bonyok gue. Salam buat yang lainnya ya.” Ujar Zahra sambil berlalu pergi menuju kantor.

Di depan papan mading,
Vennisa : “ Oh… Dic, liat deh ini puisi yang nulisnya Zahra, gue jadi nggak enak ni.”
Dicky : “ Udah deh, paling Zahra minta dikasihani.”

Sebenarnya Dicky merasakan something wrong dengan dirinya. Pikirannya tertuju pada Zahra, namun ia berusaha untuk tidak memikirkannya.
Randa : “ Dicky …Dicky,” pekik Randa.
Dicky : “ Ada apa nih, jerit-jerit kayak di hutan aja.”
Randa : “ Ni ada surat dari Zahra buat loe, dia hari ini pindah.”
Kemudian Dicky membukanya.

Kuberi kalian berjalan di atas kapas
Biar aku yang berjalan di atas arang
Setidaknya telah kuciptakan beribu-ribu bunga mekar
Diantara kalian
Kuharap tidak ada waktu dimana mata bertemu mata

Dicky : “ Nggak…nggak…nggak mungkin.”
Vennisa : “ Udahlah Dic, paling dia minta belas kasihan,” kata Vennisa mengulangi kata-kata Dicky tadi.

Keesokan harinya Dicky tampak tidak semangat. Sejak kemarin ia tidak bisa tidur, ia gelisah yang ada di otaknya hanya ada sepanduk yang besar dengan tulisan ZAHRA. Vennisa pun nggak masuk padahal dia pengen curhat. Setidaknya beban pikirannya berkurang, tetapi ternyata kegelisahannya terbukti ketika mendengar pemberitahuan dari bu Jasmine.
Bu Jasmine : “ Anak-anak, kemarin ibu mendengar bahwa sahabat kalian meninggal dunia, Zahra.”
Dicky : “ Apaa…Zahra……, nggak mungkin, ini pasti mimpi,” ujar Dicky dalam hati. Ia sangat shock banget, rasanya ia ingin banget nusuk-nusuk perutnya dengan pisau.
Bu Jasmine : “ Zahra kemarin mengalami kecelakaan ketika ingin pergi ke terminal, jadi ibu harap kalian datang untuk berziarah.”

Ketika semua orang selesai berziarah, kini tinggal Dicky sendiri. Ia berlutut sambil memegangi nisan yang bertulis ZAHRA.
Dicky : “ Ra, gue tau ini semua kesalahan gue secara tidak langsung. Gue nyesel banget, gue bakal nebus kesalahan gue, dan gue bakal terus berusaha menjalani hidup ini dan menjadi bagian dari lo, Ra…”

Dicky meletakkan secarik kertas di samping nisan Zahra,

Mungkin kata maaf
Tak cukup untuk
Mengembalikan detak jantungmu,
Senyum manismu,
Tawa riangmu,
Senja…..
Tlah menjemputmu
Senja….itu aku
Maafkan aku.

THE END



2.
KAMAR 116

Tokoh atau Penokohan:
1. Ratna
2. Romi
3. Tia
4. Pereman
5. Suster
6. Dokter
7. Tante Tari (mama Ratna)
8. Om Hans (papa Ratna)

Latar Tempat: Jakabaring, Tempat Pergelaran seni, Lapangan luas, Stan, Halte bus, Rumah sakit, Ruang ICU, Ruang PMI, dan kamar 116.

Latar Waktu: Siang hari, malam hari, dan pagi hari.

Latar Suasana: ramai, panas, mendebarkan, keributan, kepanikan, dan romantis.

Alur: Maju

Kisah ini berawal, saat ada suatu pergelaran seni di Jakabaring. Ratna bertemu dengan seorang pemuda yang sangat di bencinya yaitu Romi.
Ratna : “Hai, Tia pa kabar loe……????????
Udah lama gue gak liat loe, loe kemana aja non ??????????
Tia : ”Gue ke Jakarta, biasa disuruh pulang ama bonyok gue...!
Kenapa loe kangen ya ma gue???
Tia : ”Btw, gue tadi liat Romi deh, cowok yang loe benci.........
Ratna : ”Emang apa urusannya sama gue, gue gak peduli tuh.....!!!!!!!
Tia : ”Rat... gue mau tanya sesuatu deh ma loe...........!
Ratna : Mau tanya apa non…….. ????????
Tia : Kenapa sich loe benci banget ma Romi, padahal dia kan baik dan ganteng lagi, semua orang suka ama dia, tapi kenapa loe enggak ya ???????? (Bingung)
Ratna : Ya…. Gue gak suka aja ama gayanya yang sok ganteng, padahal mukanya itu persis banget seperti kebo he…he…. (tertawa terbahak-bahak).

Tak sengaja Romi lewat dan dia mendengar pembicaraan Ratna dan Tia yang sedang mengejeknya dan menertawakannya.
Ratna : Apa lagi nich ya Tia, Romi itu orangnya sok baik minta perhatian orang gitu……. !!
Tia : Bener juga kata loe Rat........
Romi : Oh.... lagi pada ngatain gue ya........!!
Ratna : Idih…….denger loh Rom baguslah kalau begitu, jadi loh tau bagaimana sifat loh...., jadi orang jangan sok kegantengan deh……….!!!!!!
Romi : Punya kaca besar gak loe di rumah….?????????
Ratna : Punya...... loe tuh yang gak punya kaca dirumah (sambil menunjuk muka Romi).
Romi : Enak aja klo bicara ya......., loh kan ada kaca coba loh bercermin dah sebelum ngejek orang apa loh cantik?????????? Nich ya gue kasih tahu aja ama loe kambing aja gak mau ama loe apa lagi gue..... idih…..amit-amit cabang bayi deh (menghelus perut)
Ratna : Eh........ sembarangan ya kalau bicara. Siapa juga yang suka sama cowok seperti loe.... GR....................!!!!

Tia saat itu pusing mendengar debat mulut antara Romi dan Ratna. Dan akhirnya Tia mencoba mendamaikan mereka.
Tia : Udah.... udah..... pusing gue dengerin kalian berantem melulu seperti kucing sama anjing aja loh berdua....!!! (melerai Ratna dan Romi yang sedang berantem).
Ratna : Dia tuh Tia yang mulai duluan ngatain gue
Romi : Loh liat sendiri kan Tia, Ratna tuh yang selalu ngajakin gue berantem.........!!!!!
Tia : Idih...... nich anak masih saja berantem, kata orang nich ya benci-benci bisa jadi cinta loe....., terus nich ya kalo suka berantem biasanya jodoh.........!!! mau kalian berdua?????????
Romi dan Ratna : Amit-amit dah suka ama loh apa lagi kalau jodoh, gak banget...!! (sambil melihat satu sama lain).

Tia mengajak Ratna pergi melihat stan yang ada jual tas, kebetulan Ratna sedang menjadi tas untuk adiknya.
Tia : Ratna kita kesana ja yuk dari pada disini loh berantem terus mending kita jalan-jalan.
Ratna : bener juga kata loh tia, yuk kita pergi, dari pada gue ngeladeni orang gila ini, bisa-bisa nanti gue jadi ikut-ikutan gila lagi!!
Romi : Apa loh kata...!!
Tia : Sudah...Ya Allah, masuk aja loh berdua nih..!, ayo ratna kita pergi(sambil menarik tangan Ratna).
Ratna : Tia temenin gue cari tas buat ade gue ya, dia minta tas ama gue.
Tia : oke...lah..kalau begitu.

Tiba-tiba, tas Ratna di jambret oleh preman. Mereka tidak ada uang untuk naik taksi dan tangan Ratna terluka akibat sayatan pisau.
Ratna : duh tia, udah malem kita pulang yuk, ntar gue dicariin deh ma bonyok gue.
Tia : ntar gue juga dicariin ma tante.
Ratna : Tia, kita tunggu di halte aja yuk, biar bisa duduk.
Tia : bener kata loh Ratna, kadang-kadang otak luh bener juga ya..!
Ratna : emmm....dasar, bisanya cuma ngatain orang aja luh, tapi luh tetep temen terbaik gue.
Preman : berhenti...serahkan barang-barang kalian, tas, hp, perhiasan, dan jam tangan! (mengenakan topeng).
Ratna : g’mau, enak aja luh, bapak gue susah payah mencari uang. Loh malah mau ngambil gitu aja (bantah Ratna).
Preman : melawan loh, sini tas loh (merebut secara paksa dan langsung berlari).
Ratna : au...sakit...!!
Tia : loh g’apa-apa kan Ratna, tangan loh berdarah...
Tia : tolong...tolong...

Tiba-tiba mobil Romi lewat, Tia meminta bantuan kepada Romi karena darahnya banyak keluar dan Ratna jatuh pingsab tak sadarkan diri...
Romi : Ada apa tia kenapa kamu teriak-teriak minta tolong (memegang pndak Tia).
Tia : Romi tolong Ratna, tangannya banyak mengeluarkan darah, akibat dia melawan preman tadi, dia tidak mau memberikan tasnya dan preman itu mengambil tas nya secara paksa (dengan nafas terengah-engah)
Romi : sekarang Ratna dimana?
Tia : di sana!
Romi : ayo kita bawa dia ke rumah sakit sebelum terlambat.

Romi dan Tia membawa membawa Ratna ke rumah sakit, dan Ratna memerlukan banyak darah, karena darahnya banyak terbuang...
Romi : Suster...suster..tolong teman saya..
Suster : ada apa ini cepat bawa dia ke UGD.
Tia : Tolong teman saya suster (sambil menangis dan kebingungan)
Suster : kalian berdua tunggu di luar saja. Dan saya akan segera memberikan tindakan kepada teman kalian.
Romi dan Tia : ya suster..tolong selamatkan teman kami.
Romi : Tia coba hubungi keluarganya dan beri tahu kalo Ratna sekarang di rumah sakit. (panik)
Tia : ya sudah romi, orang tuanya sekarang lagi menuju ke rumah sakit...!
Dokter : siapa disini keluarga pasien?
Tia dan Romi: saya temannya dokter...!
Dokter : teman anda memerlukan banyak darah tapi golongan darah A di rumah sakit ini sedang habis.
Romi : golongan darah saya A, ambil saja dokter, saya mau mendonorkan darah saya untuk Ratna.
Dokter : baiklah ikut saya sekarang ke PMI.
Tia : Romi, kan yakin?
Romi : ya, tia aku yakin...aku tidak mau dia meninggal, walaupun aku dan dia masih musih bebuyutan tetapi aku rela mendonorkan darahku sekarang untuknya.
Tia : terima kasih rom...!
Kau baik hati ternyata Ratna salah menilai mu..! kau memang baik.

Orang tua Ratna Sampai di rumah sakit.
Mama ratna: Tia bagaimana keadaan Ratna? (cemas)
Tia : Ratna kekurangan darah tante, tetapi Romi teman kami sekarang lagi mendonorkan darahnya untuk Ratna.
Papa Ratna: Romi anak yang paling dibenci oleh Ratna..(bingung)
Tia : iya... om, dibersedia mendonorkan darahnya untuk Ratna.
Romi : Om... Tante...
Mama dan papa ratna: Romi, tante dan om berterima kasih sama kamu, kalau g’ada kamu tante g’ tau bagaimana nasib Ratna sekarang.
Romi : Sudah lah tante, sesama manusia kita harus saling tolong menolong, apa lagi sama temannya sendiri!
Romi : Tante Romi pulang dulu ya, titip salam saja buat Ratna kalau dia sudah sadar nanti. Assalamualaikum...
Papa, mama, Ratna, dan Tia: waalaikummussalam..

Pagi hari Ratna siuman.
Ratna : ma, aku dimana?
Mama Ratna: di rumah sakit Ratna, kemarin kamu dirampok orang dan kamu terluka, untung saja ada Romi dan Tia membawamu ke rumah sakit tepat waktu, kalau tidak mama tidak tau apa yang terjadi padamu nak (sambil memeluk Ratna).
Ratna : Romi...!!! (bingung)
Mama Ratna: Iya Romi, pemuda yang sangat kau benci! Yang telah mendonorkan darahnya untukmu, kau harus berterima kasih kepadanya, dan dia menitipkan salam buat kamu kemarin waktu kamu belum sadar.

Keesokan harinya Romi sudah datang membesuk Ratna di rumah sakit.
Romi : Hai Ratna apa kabar mu hari ini?
Ratna : baik... terima kasih Romi, aku berhutang jasa sama kamu, aku tak tau apa yang akan terjadi sama aku kalau kamu tidak menolongku...! (dengan muka yang merah).
Romi : Sudah lah Ratna, yang penting sekarang kamu tidak apa-apa, aku senang bisa melihat kamu tersenyum manis sekarang.
Ratna : Aku benar-benar malu Romi, ternyata kamu sangat baik kepadaku.
Romi : Ratna, ada sesuatu hal yang ingin kukatakan padamu.
Ratna : Apa itu Romi?? (tanya Ratna)
Romi : hal...sebenarnya, dari SMP dulu aku telah menyukaimu, tapi aku takut untuk mengatakannya kepadamu. Aku takut kau menolakku. Gara-gara kita tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Aku suka memperhatikanmu, aku suka dengan senyum manismu, aku suka dengan sifatmu, dan segala sesuatu yang ada padamu. Sekarang aku tidak malu dan takut lagi, kalau kau menolakku...! (menatap mata Ratna)
Ratna : benarkah itu Romi??
Romi : ya benar Ratna aku sangat mencintai dan menyayangimu.
Ratna : Satu hal yang harus kamu keahui juga Romi, aku sebenarnya juga menyukaimu tapi aku malu mengatakannya, aku gengsi untuk mengatakan kalau aku sayang padamu.
Romi : Jadi kau mau menjadi istriku Ratna?
Ratna: Iya, Romi...sekarang kita baikan, dan kamar 116 ini menjadi saksi bahwa kau melamarku untuk menjadi istrimu.
Romi : iya...kamar 116 ini menjadi saksi cinta kita berdua. (mencium kening Ratna)








The End