Minggu, 04 Juli 2010

NASKAH DRAMA FURNAMA RHAMA DONA

1.
KASIH SAYANG PARA ORANG TUA

Pemain :
1. Adis : Seorang gadis manis berusia 23 tahun
2. Putra : Kekasih Adis yang merupakan anggota TNI
3. Rosa : Ibunda Adis
4. Hendra : Ayahanda Adis
5. Ratna : Ibunda Putra
6. Bi Siti : Pembantu Rumah Tangga Adis

Cerita ini berawal dari kisah cinta yang di jalin oleh dua insan yaitu Adis dan Putra. Keduanya saling mencintai hingga akhirnya hubungan mereka harus diuji oleh latar belakang Adis yang ternyata bukan anak kandung dari keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Skenario I
Latar : di restoran

Putra : Sudah lama menunggu sayang?
Adis : Lumayan...tapi aku maklum kamu kan selalu telat.
Putra : Maaf sayang, aku kan baru pulang tugas (sambil memohon pada Adis)
Adis : Iya deh…dari pada enggak datang sama sekali.
Putra : Jadi enggak ikhlas nih maafinnya (seraya merayu Adis)
Adis : Ikhlas...ikhlas kok. Kita ketemu di sini kan buat ngomongin masalah pernikahan kita. Jadi langsung ke intinya aja ya. Kita mau pakai adat apa?
Putra : Kalau aku terserah kamu aja sayang, aku percaya sama kamu sepenuhnya.
Adis : Ok kalau begitu...
Putra : Iya sayang...aku berniat menikahimu karena aku percaya sepenuhnya sama kamu dan aku ingin hanya kamu yang menjadi ibu dari anak-anakku.
Adis : Baiklah kalau begitu, semoga kita dapat menjalanimya dengan baik.
Adis dan Putra memang tak lama lagi akan melangsungkan pernikahan. Kedua keluarga masing-masing sudah merestui. Putra yang merupakan anggota TNI sangat menyayangi Adis yang berprofesi sebagai seorang dokter muda.

Scenario II
Latar : di rumah Adis

Hendra : Adis...mari sini nak, ada yang ingin papa dam mama bicarakan padamu.
Rosa : Papa yakin ingin menceritakan semuanya pada Adis (sambil berbisik).
Adis : Ada apa Pa...Ma...? sepertinya serius sekali.
Hendra : Begini Adis, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Putra dan itu artinya kamu akan belajar menjalani kehidupan bersamanya. Papa dan Mama merestuimu nak... namun di sini Papa dan Mama harus membuat suatu pengakuan.
Adis : Maksud Papa apa????? Pengakuan apa Pa?????
Rosa : Pa...lebih baik janga sekarang (sambil memegangi tangan Papa Adis).
Adis : Apa Ma??? Adis mohon katakanlah Pa....
Hendra : Cepat atau lambat Adis pasti akna tahu Ma...dan Papa rasa sekarang adalah waktu yang tepat. Tetapi, Papa mohon Adis jangan marah sama Papa dan Mama...
Adis : Baiklah Pa, Adis enggak akn marah sama Papa dan Mama. Katakanlah.
Hendra : Sebenarnya Adis bukanlah anak kandung Papa dan Mama.

Hening sejenak...tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Adis, Papa Hendra dan Mama Rosa. Bagai petir yang tiba-tiba datang di siang hari, ucapan Papa Hendra meluluhlantahkan hati Adis. Seakan tak percaya pada kenyataan. Butiran air mata Adis mulai membasahi pipinya yang lembut.

Adis : Mengapa Papa dan Mama tega mengatakan hal itu pada Adis? Katakan semua itu bohong Ma ( sambil memegangi tangan Mama Rosa).
Rosa : Papa benar Dis, Adis memang bukan anak kandung Papa dan Mama. Namun, Papa dan Mama sangat menyayangi Adis seperti anak kandung Papa dan Mama nak. Mama moho anggaplah Mama dan Papa ini seperti orang tua kandungmu. Mama mohon jangan pernah tinggalkan kami nak..(sambil menangis tersedu-sedu).
Adis : Lalu siapa orang tua kandung Adis Ma? Dan mengapa Papa dan Mama baru memberitahu Adis sekarang di saat Adis akan melaksanakan pernikahan?
Rosa : Mama dan Papa tidak mengetahui siapa orang tuamu sebenarnya nak...kamu Mama temukan di depan pintu rumah saat hujan deras dan Mama menganggap kamu adalah karunia dari Tuhan yang diberikan untuk Mama nak.
Adis : Tidak Ma...Adis harus mengetahui siapa orang tua Adis sebenarnya sebelum Adis menikah dengan Putra. Adis ingin ayah kandung Adis yang menjadi wali pada pernikahan Adis nanti Pa.
Hendra : Tapi nak…mau cari kemana orang tuamu, Papa sama sekali tidak mengetahuinya nak.
Adis : Entahlah Pa...yang jelas Adis ingin berusaha dan semoga Tuhan akan membantu Adis. Adis mohon doanya Pa, Adis tetap menyayangi kalian…Adis hanya ingin mengetahui siapa jati diri Adis sebenarnya.

Adis langsung meninggalkan rumah dan kedua orang tua yang telah dengan ikhlas membesarkannya dengan perasaan yang tak karuan. Kecewa karena ternyata Adis bukanlah anak kandung dari Papa Hendra dan Ibu Rosa.
Sebisa mungkin Adis mencari tahu tentang jati dirinya. Pernikannya dengan Putra sempat tertunda karena Adis benar-benar ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya. Untunglah Putra mengerti dengan keadaan yang dialami Adis.

Skenario III
Latar : di rumah Adis

Bi Siti : Sudah tiga hari berlalu, non Adis belum juga kembali nyonya.
Rosa : Iya Bi...walaupun Adis bukanlah anak kandung kami, namun kami menyayanginya dengan tulus Bi, kami menemukannya di depan pintu rumah ketika hujan deras 23 tahun yang lalu.
Bi Siti : Nyonya tidak perlu menceritakan sama saya. Karena saya sudah mengetahui semuanya. Sayalah seorang ibu yang tega membuang anaknya. Sayalah ibu Adis. Saya terkutuk. Saya menyesal. Saya bersalah, hukumlah saya Nyonya.
Rosa : Apa Bi? Katakana ini hanya lelucon Bi…
Bi Siti : Tidak Nyonya, saya benar. Sayalah ibu kandung non Adis. Ayahnya sudh meninggal. Maka dari itu saya takut tidak dapat menafkahinya dengan baik.
Rosa : Ya Allah Bi, Tuhan memberikan anak berarti Tuhan percaya sama Bibi. Kenapa Bibi berfikir sebodoh itu? Adis harus mengetahui hal ini.
Bi Siti : Jangan Nyonya ...saya takut Adis tidak mau mengakui saya sebagai ibunya.
Rosa : Percayalah Bi...selama ini saya besarkan Adis dengan kasih sayang yang tulus. Percayalah Bi, Adis akan mengakui Bibi sebagai ibu kandungnya. Karena Adis begitu memimpikan belaian kasih sayang seorang ibu...terlebih ibu kandungnya Bi.

Skenario IV
Latar : di rumah Adis

Hendra : Sekarang semua sudah berkumpul. Adis, Putra dan mamanya Ibu Ratna, saya dan mamanya Adis. Sebagai seseorang yang mencintai Adis dengan tulus, dapatkah Putra menerima Adis apa adanya? Nak Putra dan Ibu Ratna sudah mengetahui Adis bukanlah anak kandung kami.
Putra : Saya mencintai Adis dengan tulus Pa dan saya tidak perduli kalau Adis bukan anak kandung Papa dan Mama. Bagi saya, Papa dan Mama sudah Putra anggap seperti oran tua Putra sendiri.
Ratna : Benar Pak...kedua anak kita saling mencintai, berdosa bagi kita jika memisahkan mereka hany karena Adis bukan anak kandung Ibu dan Bapak. Adis sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri.
Hendra : Syukurlah kalu begitu.
Adis : Papa janji hari ini akan memberitahu siapa orang tua Adis sebenarnya kan Pa?
Hendra : Iya nak... Papa juga baru mengetahui dari mamamu. Kamu sudah lama mengenalnya dan kamu juga menyayanginya.
Adis : Siapa Pa? (mendesak)
Hendra : Bi Siti nak...
Hendra : Benar nak, ada baiknya Bi Siti sendiri yang menjelaskannya.

Dengan perasaan hancur Adis mendengarkan penjelasan Bi Siti yang pada 23 yang lalu telah meletakkannya di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa.

Bi Siti :Ibu memang bersalah nak telah membuangmu begitu saja di depan rumah keluarga Hendra dan Ibu Rosa, namun waktu itu ibu khilaf nak, bapakmu telah meninggal karena sakit, Ibu takut tidak bisa membuatmu bertahan hidup. Maka, dari itu ibu mengambil jalan yang salah, ibu maklum jika Adis tidak bisa menerima ibu karena perlakuan ibu yang salah nak.
Adis : Tidak Bu...Ibu tetaplah ibu yang Adis damba dan banggakan. Kasih sayang yang ibu berikan telah Adis rasakan sejak Adis kecil dan ibulah yang mengasuh Adis dengan penuh kasih sayang. Dan untk Putra, kenyataan telah terbukti. Aku hanyalah anak dari seorang pembantu rumah tangga. Apakah kamu masih ingin menjalani hidup denganku? Karena jika kamu pun tak mau, tak apa Putra, aku tetap memilih ibu yang telah lama aku impikan.
Putra : Mengapa kamu bicara begitu sayang. Aku akan tetap menjalani kehidupan bersamamu. Orang tuamu adalah orang tua juga. Kita patut beryukur kita di karuniai bukan empat orang tua melainkan lima.
Akhirnya Adis dan Putra menikah dengan restu orang tua dan hidup bahagia dengan para orang tua yang menyayanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar