Sabtu, 26 Juni 2010

CERPEN FURNAMA RHAMA DONA

1.
AKU DAN PERASAAN INI

Pagi masih setia membangunkanku, burung-burung masih ikhlas berkicau dengan merdu, dan embun masih halus menetes dengan syahdu. Gorden hijau di kamarku telah terbuka, membuat sang surya dengan leluasa membagi sinarnya ke dalam kamarku yang bercat hijau muda. Kedua nola mataku bermalas-malasan mengintip sang surya, mungkin mataku masih lelah dengan silaunya komputer semalam setelahku bekerja.
Namun, aku harus kembali ke meja kerja, demi kemandirian yang selalu ku junjung untuk mencapai sebuah kesuksesan. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana dengan satu orang adik laki-laki yang masih sekolah. Dengan kegigihan dari kedua orang tuaku, dan uasaha dariku, aku dapat memulai untuk orang yang sukses. Saat ini aku telah bekerja, dan sedikit demi sedikit aku harus bisa membahagiakan keluargaku.
Dan mengenai pribadiku, aku mempunyai seorang pacar yang menurutku Ia sangat menyayangiku. Hubungan kami sudah cukup lama berjalan, sekitar dua tahun, aku rasa itu bukan waktu yang sebentar untuk menjalani suatu hubungan. Namanya Rio, perhatian yang cukup sudah diberikannya untukku, dan masing-masing keluarga juga sudah mendukung hubungan kami. Aku mengakui Rio adalah laki-laki sempurna yang terlalu sabar menghadapiku. Mengapa aku dapat menyimpulka demikian? Entahlah, namun di dalam hati kecilku Rio seperti bukan pemilik hatiku seutuhnya.
Rio tak pernah mengetahui bahwa jauh di dalam hatiku, aku tidak pernah mencintai Rio seutuhnya. Rio terlalu sabar menungguku, Ia terlalu baik untukku. Hany itu yang selalu terfikir olehku. Namun, aku terlalu takut untuk berterus terang, aku terlalu takut untuk menyakiti hati Rio yang begitu tulus menyayangiku.
Aku pun merasa berdosa kepada kedua orang tuaku, aku telah membohongi mereka dengan berpura-pura menyayangi Rio. Padahal kedua orang tuaku sudah meyakinkanku kepada Rio, dan berharap agar hubungan kami bisa terjalin sampai ke jenjang pernikahan.
“Belinda, setelah dua tahun kita menjalani suatu hubungan, dan aku merasakan kamulah orang yang aku cintai dan aku sayangi, izinkan aku memilikimu seutuhnya, izinkan aku melamarmu dan meminta restu kepada kedua orang tuamu, karena aku tidak mau kehilangan kamu, berkenankah kamu menjadi istriku?” pinta Rio.
Bibirku tak mampu berucap mendengar permintaan Rio di taman indah dengan suasana yang romantis yang memang dipersiapkannya untukku. Buakn suatu hal yanmg salah menurutku jika memang Rio meminta demikian, karena hubungan yang sudah berjalan cukup lama dan faktor keseriusan. Tapi mengapa hatiku tak yakin untuk menjawab “ya”.
“Belinda, mengapa kamu hanya diam tanpa respon apapun padaku, apakah ada yang mengganggu fikiranmu saat ini? Aku membutuhkan kepastian Belinda, aku sayang sama kamu, tolong hargai perasaanku” tambah Rio.
Aku masih terdiam, fikiranku melayang jauh, bukan lagi pada Rio, melainkan hal lain yang tidak pernah diketahui Rio. Mataku mulai berkaca-kaca, entah mengapa aku tak mampu menahan air mataku yang mulai membasahi pipiku. Dengan lembut Rio menghapus air mataku dan mencoba menenangkanku, dikecupnya dahiku dengan lembut dan penuh kasih sayang.
“Maafkan aku sayang jika aku terlalu cepat memintamu menjadi pendampingku, hal ini aku utarakan karena aku tak ingin kehilanganmu, dan aku akan menunggu jawaban dari hatimu setelah kamu benar-benar siap dan ikhlas memberi jawaban untukku” kata Rio.
Semakin hancur hatiku mendengar ketulusan Rio. Dan malam itu adalah malam yang benar-benar menguji ketegaran hatiku. Sesampainya di rumah, tangisku semakin menjadi ketika aku terkenang pernyataan Rio untuk memintaku menjadi pendampingnya. Betapa tidak demikian, Rio bukanlah pemilik hatiku seutuhnya, melainkan Deny…yah Deny.
Hanya Deny yang membuat aku tidak bisa mencintai Rio seutuhnya. Kisah cinta kami terjalin selam empat tahun saat kami kuliah di Bandung. Kalau boleh aku jujur, tak ada yang dapat menggantikan Deny di hatiku, kami saling mencintai dan hanya Deny yang bisa membuat hari-hariku berwarna, sebelum akhirnya Deny meninggal karena sakit yang di deritanya. Deny meninggalkannku untuk selamanya, tanpa sepengetahuanku Deny sudah menitipkan sebuah cincin kepada temannya yang akan diberikannya padaku, namun semuanya terlambat.
Dapatkah kau membayangkan perasaanku saat itu? Seseorang yang sangat aku cintai pergi untuk selamany dari kehidupanku. Selamanya dan tak akan mungkin pernah kembali lagi ke sisiku..tak akan pernah. Dengan keras aku berusaha bangkit dari kesedihan, dan mencoba ikhlas, memaksaku untuk berfikir bahwa Deny juga tak akan bahagia melihatku seperti ini.
Hadirlah Rio yang mencoba mengisi hari-hariku, dan berusaha memahamiku. Hingga akhirnya luka lama ituternyata ada di depan mataku. Aku tak tahu bagaimana bentuk hatiku saat itu, aku tak tahu apakah aku tengah bermimpi, apakh Tuhan tengah menguji kesabaranku, namun itulah kenyataan yang harus ku hadapi. Betapa terperanjatnya aku saat aku memandang foto keluarga yang menghiasi ruang tamu rumah Rio. Di sana jelas foto Deny terpajang dengan gagah bersama Rio dan kedua orang tuanya. Itu artinya Deny adalah anggota keluarga Rio, Deny adalah kakak Rio.
“Ya Tuhan…mengapa hal ini baru ku ketahui sekarang? Mengapa engkau baru menunjukkan kenyataan ini padaku sekarang? Mengapa tidak dari dulu ketika akubaru mengenal Rio dan belum terlalu jauh melangkah bersamanya Tuhan” batinku.
Setelah saat itu, aku mulai ragu menjalani hubunganku dengan Rio., aku terlalu takut untuk menjelaskan kenyataan ini pada Rio. Ini terlalu menyakitkan baginya dan bagiku. Aku tak dapat mencintai Rio sepenuhnya karena nam Deny di hatiku belum mampu terhapus sepenuhnya, dan Deny merupakan kakak kandung Rio.
“Ya Tuhan, begitu berat cobaan ini, jalan manakah yang harus ku tempuh? Aku masih mencintai kakak yang telah tiada dari orang yang mencintaiku sepenuh hati dan menginginkanku menjadi pendampingnya. Dan di sisi lain, dia tak pernah tahu aku mencintai kakaknya sepenuh hati hingga saat ini. Haruskah aku menerima Rio dan mengorbankan perasaanku, ataukah aku putuskan Rio dan mengorbankan perasaannya bertubi-tubi, sakit karena Deny pernah menyayangiku dan kecewa karena ketidakberanianku untuk berterus terang? Egoiskah aku?” fikirku dalam hati.
Seiring berjalannya waktu, aku harus berani pada kenyataan dan berterus terang kepada Rio. Karena Rio membutuhkan kepastian dariku.
“Rio, apakah kamu menyayangiki dengan tulus” tanyaku.
“Kenapa kamu masih ragu, aku hanyamenginginkanmu untuk menjadi pendampingku” jawab Rio.
“Tapi, ada suatu kejujuran yang harus ku akui, aku pun tak menginginkan ini, aku pun tak athu apakah kamu mampu untuk menerima kenyataan ini” tambahku.
“Katakanlah Belinda” pinta Rio.
“Jauh sebelum aku mengenalmu, aku dan Deny sudah menjalin kasih…yah Deny kakakmu. Kami menjalin kasih selama empat tahun, sebelum akhirnya Deny meninggal karena penyakitnya. Kami saling mencintai dan Deny sempat menitipkan cincin ini untukku, pertanda keseriusannya padaku. Dan aku baru mengrtahui Deny itu kakakmu ketika kamu mengajakku ke rumahmu. Karena jauh di dalamlubuk hatiku, aku masih ,mencitai kakakmu, belum terhapus sepenuhnya nama kakakmu di hatiku” jelasku panjang.
Rio terdiam, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Aku dapat memahami perasaan Rio saat itu. Ketulusannya ku balas dengan kebohongan. Setetes air mata membasahi pipinya, dan cepat-cepat di hapusnya.
“Aku tahu ini tak adil bagimu, aku pun tak menginginkan hal ini, aku egois Rio. Aku tak mampu menjawab pertanyaanmu, karena menurutku aku tak mempunyai hak untuk itu, kamu sudah terlalu sakit dengan kenyataan ini” kataku.
Rio masih terdiam. Hingga akhirnya di genggamnya tanganku dengan erat.
“Aku mohon cintailah aku seperti kamu mencintai kakakku. Aku tak sanggup untuk melepasmu. Aku mohon belajarlah menyayangiku, aku tak memintamu melupakan kakakku, tapi aku mohon berilah sedikit jalan agar aku bisa memberi warna di hatimu. Terimalah aku sebagai pendampingmu Belinda” pinta Rio.
“Ya Tuhan, inikah keputusanmu yang terbaik? Tak berperasaankah jika aku menyia-nyiakan Rio? Orang yang begitu menyayangiku sepenuh hatinya? Mungkin Engkau telah menggarisakan jodohku bersama Rio bukan Deny. Jika inimemang yang terbaik, aku akan mencoba menjalaniny Ya Tuhan. Dan untuk Deny, aku mohon ikhlaskan aku untuk menjadi milik adikmu, kau akan tetap ada di hatiku dan takkan terganti” batinku.
Setelah hari itu, aku mencoba membuka hatiku untuk Rio, menyayanginya dan menjalani hari-hari bersamanya. Karena ssungguhnyamanusia hanya bisa berusaha untuk mewujudkan apa yang di inginkannyan dan selebihnya Tuhanlah yang maha kuasa atas segalanya.



2.
KEKASIH IMPIAN UNTUK SAHABAT TERSAYANG

Zaskia…begitulah gadis berperawakan tinggi 165 cm dan berkulit putih ini disapa. Setiap harinya di isi dengan berbagai kegiatan, yang menjadi prioritas utamamya ialah pergi belajar di kampus kesayangannya. Jika ada mata kulia seperti hari ini, pagi-pagi benar Ia bangun dan membereskan tempat dimana Ia biasa melepaskan kelelahannya dari berbagai kegitan yang selalu sabar menanti untuk di selesaikan.
Tepat pukul 6.30 pagi Zaskia sudah menunggu bus yang biasa menjemputnya di halte. Yah…walaupun Zaskia memiliki kendaraan sendiri, tetapi kedua orang tuanya enggan melepaskan Zaskia menunggangi motor kesayangannya, jarak jauh alasannya, jalan ramai, anak perempuan mengendarai motor sendiri enggak baik dan banyak lagi alasan yang lainnya. Untung saja tidak di sebutkan kalau bawa motor sendirian nanti menabrak semut yang lagi upacara.
Lisa, sahabat Zaskia datang lima menit kemudian, mereka pun berbincang-bincang sambil menunggu kedatangan bus yang akan membawa mereka ke kampus. Selain mereka, ada banyak orang yang juga menunggu kedatangan bus tersebut.
“Kalah cepet nih aku datang di banding kamu Zas” ujar Lisa memulai pembicaraan.
“Ah cepet lima menit doang, sekali-sekali enggak apa-apa dong” jawab Zaskia irit.
“Eh enggak bisa gitu dong, biasanya kan aku palimh pagi duduk di halte ini”
“Iya, itu karena kamu harus bersihin halte ini dulu sebelum orang datang” ledek Zaskia.
“Ih enak aja hari ini telat karena aku pake sepatu lupa pake kaos kaki, makanya telat…ini semua gara-gara kaos kaki”…telunjuk Lisa menunjuk kaos kakinya.
“Ih…nyalahin kaos kaki, dasar kamunya aja yang pelupa, kebanyakan makan rumus matematika kamu Lis” sindir Zaskia.
Maklumlah Zaskia dan Lisa mengambil jurusan FKIP matematika, jadi keduanya saling ejek jika memori mereka sedang error.
Tak lama berbincang, bus pun datang dengan bunyi klakson khasnya. Orang-orang yang duduk pun segera berdiri seolah tak ingin ketinggalan. Begitu pun Zaskia dan Lisa. Tempat duduk yang nyaman telah mereka tempati. Perjalanan dari halte menuju kampus lumayan jauh, dan lumayan waktu bagi mereka untuk curhat, bercanda, atau pun membaca lembar demi lembar buku.
“Gimana hubunganmu dengan doi Zas?” tanya Lisa.
“Baik”
“Kok irit banget jawabannya”
“Bensin kan udah turun jadi pengeluaran kita jadi irit kan”
“Idih…ngomong irit apa hubungannya dengan bensin, enggak nyambung deh”
“Eh Zas sebenarnya enak jadi kamu, punya cowok yang pengetian banget, sabar, salut deh sama cowok seperti itu”
“Nanti kamu juga bisa dapat cowok yang benar-benar sayang sama kamu kok Lis” jawab Zaskia singkat.

“Kenapa Zas, kok murung? Aku perhatiin satu minggu ini kamu pucat banget trus sama materi pelajaran kamu cuek aja?” Tanya Lisa.
Zaskia tak menjawab, Ia sibuk dengan handphonenya. Melihat Zaskia tidak merespon pertanyaannya Lisa langsung cabut ke kantin, dia enggak mau menggangggu sobatnya yang tampak serius. Saat tengah asyik menyantap mie ayam dan satu gelas es jeruk, tiba-tiba handphone Lisa berdering nyaring, segera di lihatnya nama yang tertera pada layar handphone. Ternyata Ridho, pacar Zaskia.
“Ngapain nih orang nelpon aku? Fikir Lisa.
“Halo…Lisa kamu dimana? Dengan nada setengah memaksa terdengar suara di seberang dan segera ingin tahu keberadaan Lisa sekarang.
“Aku di kantin lagi makan, kenapa?” jawab Lisa.
“Lis, tunggu aku, aku ke kantin sekarang” jawab Ridho.
Tak lama kemudian, muncul batang hidung Ridho dengan sejuta tanda tanya.
“Lis, Zaskia mutusin aku tanpa alasan yang jelas dan meminta kamu menggantikan posisi Dia”.

Ternyata tanpa sepengetahuan siapapun, Zaskia pernah membaca buku harian Lisa yang di dalamnya terdapat pernyataan bahwa sesungguhnya Lisa juga mencintai Ridho dan menginginkan Ridho menjadi miliknya. Dengan lembut Zaskia meminta Lisa untuk menjadi penggantinya di hati Ridho. Sungguh di luar akal sehat Ridho bahwa Lisa juga menginginkannya, dan sejak saat itu Zaskia tak pernah menampakkan batang hidunganya lagi. Lisa pun tak mau menghianati persahabatan mereka, dengan sangat terpaksa hubungan persahabatan mereka harus berakhir tanpa ketegasan yang jelas dari Zaskia.



3.
TITIK AKHIR KESABARAN

Taman ini mengingatkanku pada dua tahun yang lalu. Aku dan Sandi mengubah persahabatan kami menjadi cinta. Suka dan duka kami jalani bersama. Aku bahagia bersamanya, dan jiwaku tenang bila berada di sampingnya. Hembusan angin menambah panjang lamunankuyang mungkin tak akan pernah kembali lagi. Menyenangkan sekaligus menyedihkan bagiku mengingat taman ini. Bagaimana mungkin aku dapat melupakan tempat ini, kenanganku bersama Sandi terukir disini. Sesungguhnya Sandi merupakan seorang cowok yang dingin terhadap cewek, bisa dikatakan cuek, tidak perhatian dan mudah tersinggung. Oleh sebab itu, aku harus benar-benar menjaga perasaannya. Namun di balik semua sifatnya, Sandi merupakan seorang cowok yang baik yang mampu memperlakukan wanita dengan baik.
Harus ku akui hatiku memilihnya sebagai pengisi jiwa, harus ku akaui aku menyayanginya. Halangan dan rintangan satu persatu kami lewati, berjalan setapak demi setapak untuk mencapai singgasana cinta. Namun, memasuki usia dua tahun hubungan kami, Sandi terlihat berubah dari biasanya. Sebenarnya aku tak mengerti apa yang tengah ada dalam fikiran Sandi, hingga aku pun di nomor duakan setelah pekerjaannya.
Hal ini semakin lama semakin menjadi. Hingga akhirnya Sandi benar-benar hilang dari kehidupanku. Hilang bagai di telan bumi. Aku tak mengerti apa artinya semua ini. Sandi pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Hatiku serasa tak percaya akan perubahan Sandi yang begitu drastis ini. Yang ada di fikiranku saat ini hanyalah dimana Sandi, apakah dia baik-baik saja, lalu bagaimana dengan hubungan kami yang menggantung tanpa kepastian yang jelas. Apakah aku pernah melakukan kesalahan pada Sandi, hal itu pula yang membayangiku dam memaksa otakku untuk mengingat-ingat lagi apakah aku pernah menyinggung perasaannya.
”kemana kamu Sandi, tak terfikirkah olehmu aku disini menunggumu” batinku.
Sudah sepuluh bulan lamanya aku menunggu kepastian tanpa arti dari Sandi tentang hubungan kami, Sandi tak kunjung datang, mengirim kabar atau apalah. Aku mencoba mendatangi tempatnya bekerja, namun hasilnya nihil.
”oh tuhan, berikan petunjukmu, apakah aku harus benar-benar melupakan Sandi dan membuka lembaran baru. Karena aku letih dengan semua ini, tanpa kabar berita Ia meninggalkannku begitu saja, apakah aku harus benar-benar menerima kenyataan ini” batinku.
Rasanya sudah cukup aku terus menunggu, aku letih akan kisah yang tiada pasti ini. Perlahan aku mulai melupakan Sandi, aku harus berjuang untuk itu. Berusaha tidak menolek ke belakang, karena aku harus terus maju tanpa Sandi...yah tanpa Sandi. Walaupun hari-hariku tak seindah saat aku bersamanya dulu, tapi aku masih mempunyai sahabat yang menyayangiku. Sempat tefikir olehku, apakah Sandi tak mempunyai hati, hingga Ia tega membuatku seperti ini.
Dua tahun, yah hari ini genap dua tahun hubunganku dengan Sandi, dan itu artinya sudah satu tahun Ia pergi dariku, dan meninggalkan ketidakpastian. Aku tak kuasa mengingat lagi, namun langkah menopang tubuhku untuk kembali lagi ke taman ini. Kususuri jalannya, kunikmati udaranya, taman ini begitu indah untuk di pandang dan kenangan di dalamnya begitu indah untuk dilupakan. Aku memilih pondok kecil dibawah pepohonan tinggi, mungkin pohon ini dapat sedikit menyejukkan hatiku.
Dua ekor kupu-kupu bermain di depan pondok itu, tanpa ku sadari kedua bola mataku mulai basah. Sungguh terperanjat aku dari lamunanku, seseorang menepuk pundakku dan menghapus air mataku. Fikiranku kosong, seakan tak percaya, otakku seakan lepas dari batok kepalaku. Aku terbelalak ternyata Sandi sudah berdiri di depanku. Bibirku tak mampu berucap, mataku tak mampu menatap, telingaku tak mampu mendengar semua penjelasan yang keluar dari mulutnya.
”Aku pergi karena aku di pindahtugaskan, aku mengakui kesalahanku namun aku tetap menyayangimu”kata Sandi.
”Aku tahu ini tak adil bagimu, aku pergi begitu saja darimu, tetapi diantara kita tidak ada kata putus, dan itu artinya aku tetap memilih kamu sebagai pengisis jiwaku” tambah Sandi.
Aku belum mampu mengatakan apa pun, padahal sebelumnya banyak pertanyaan di kepalaku yang hendak aku berikan padanya. Pertemuan ini begitu mengejutkanku tepat dua tahun hubungan kami. Aku beranikan hati dan fikiranku untuk berkata.
”Aku terlalu lelah menunggumu tanpa kepastian, kau anggap apa aku, apa tak pernah terlintas di fikiranmu untuk menghargai aku” jawabku.
”Rini, tolong mengertilah..aku benar-benar menyesal dan tak akan pernah meninggalkanmu lagi” kata Sandi.
”Pergilah Sandi, pergilah dari kehidupanku, dan semoga kamu dapat belajar dari hal ini. Bahwa untuk menciptakan cinta sejati kamu harus dapat memahami dan menghargai orang yang telah kamu pilih. Aku harus ikhlas atas semua ini, paling tidak aku mendapatkan hasil setelah kepergianmu begitu saja. Dan sekarang kamu kembali begitu saja dengan mudahnya. Semoga kamu dapat merenovasi hatimu menjadi lebih baik lagi untuk mencintai seseorang” jelasku panjang.
Setelah hari itu, aku tak lagi berjumpa dengan Sandi. Aku harus menerima kenyataan, paling tidak aku dapat membuka lembaran baru dengan tenang dan bahagia. Semoga.



4.
HATI TAK PERNAH SALAH

Pelangi menghiasi langit setelah tetesan air hujan membasahi bumi. Kesegaran dedaunan kembali terpancar lembut menghiasi kedua bola mata. Jari Lidya meraih sebuah sisir merah jambu di atas meja riasnya. Seperti biasanya, Lidya menghiasi wajahnya agar tampak berseri. Sejatinya Lidya adalah perempuan yang cantik, saderhana, baik hati dan memiliki banyak sahabat yang menyayanginya.
Dengan langkah pasti Lidya berangkat menuju kampusnya. Lidya membawa mobil sendiri untuk menuju kampusnya. Lidya adalah mahasiswa kedokteran yang tak lama lagi merampungkan studinya. Anak tunggal dengan gelar kedokteran merupakan suatu hal yang cukup istimewa menurut sahabat-sahabat Lidya. Namun, sejatinya Lidya adalah anak tunggal dari pengusaha sukses yang kesepian. Betapa tidak, kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaanyya masing-masing. Dan Lidya hanya dapat mencurahkan isi hati pada laptop kesayangannya.
Dengan kemewahan yang ada, Lidya tidak menemukan kebahagiaan hati sesungguhnya. Hari-harinya dihabiskan dengan kampus, laptop dan saabat-sahabatnya. Baginya rumah bak istana terasa hampa tanpa kehadiran kedua orangtua yang selalu sibuk mencari nafkah. Namun, Lidya mencoba memahami keadaan yang memaksanya bersabar. Lidya mencoba berfikir orang tuanya bekerja semata-mata hanya untuk dirinya.
Alasan Lidya mengambil jurusan kedokteran sendiri karena Ia tak ingin melihat orang yang sakit terlambat untuk di sembuhkan. Karena maa lalu Lidya yang kelam. Perasaan LIdya hancur berkeping-keping ketika Renaldi, kekasih hati Idya meninggal dunia karena penanganan yang lambat dari pihak kedokteran. Karena faktor biaya. Yang membuat Lidya tak habis fakir, di saat nyawa seseorang sekarat, pertolongan tim dokter di sejajarkan dengan biaya yang harus di keluarkan terlebih dahulu dan mengabaikan sedetik kesempatan hidup bagi seseorang. Tidakkah mereka memiliki belas kasihan terhadap sesama? Hal itulah yang membuat Lidya memprioritasakn keselamatan pasien di atas segalanya.
Renaldi, kekasi hati Lidya yang telah tiada bukanlah dari kalangan orang berada, namun kasih sayang yang diberikannya untuk Lidya tak ada tandingannya. Namun, semua itu hanya sebuah kenangan manis, Renaldi tak mungkin kembali lagi. Himgga akhirnya Lidya mendapatkan pengganti Renaldi, walaupun Lidya tak dapat menciptakan kasih sayang di hatinya seperti Ia menanamkan rasa cintanya untuk Renaldi. Pemuda itu Farel. Seorang dokter muda yang bias di bilang senior Lidya. Lidya mengenal Farel saat Ia praktek di sebuah rumah sakit tempat Farel bekerja.
Sudah cukup lama Lidya menjalani hubungan dengan Farel. Persamaan profesi membuat mereka cepat menjalin komunikasi yang aik. Bulan berlalu, tahun pun berganti. Tanpa di sadari Lidya, Ia sudah akan merampungkan kuliahnya, dan itu artinya gelar dokter tak lama lagi akan resmi di sandangnya. Perlahan namun pasti Lidya mulai mencoba membuka hati sepenuhnya hanya untuk Farel. Lidya menyadari Renaldi tidak akan mungkin kembali lagi. Hingga akhirnya Farel membuktikan keseriusannya, tepat pada hari dimana Lidya resmi menyandang gelar dokternya, Farel mengajak Lidya untuk bertunangan.
Bahagia bercampur haru, itualh yang dirasakan Lidya saat acara pertunangan berlangsung. Bahagia karena Lidya telah menemukan orang yang mencintainya, dan haruketika mengingat Renaldi dan menerima kenyataan bahwa tak lama lagi Ia akan menjadi milik Farel, dan harus membuang jauh kenangannya bersama Renaldi. Acara berlangsung meriah, kebahagiaan terpancar dari wajah kedua orang tua Lidya dan Farel. Kolam renang di hiasi cahaya lilin menambah romantis malam itu, gaun yang dikenakan Lidya senada dengan jas yang menambah gagah Farel diantara rombongan pria.
Hingga akhirnya Farel dan Lidya sukses menjadi pasangan yang paling “wah” malam itu. Waktunya melepas penat. Acara pertunangan telah usai, dan tak lama lagi Lidya akan menjadi milik Farel seutuhnya. Malam itu acara pertunangan berlangsung di rumah Farel yang megah. Dan benar saja, ketika Lidya hendak melepas penatnya dengan memanjakan dirinya di kamar tidur tamu, Lidya menemukan dokumen-dokumen penting milik Farel yang tergeletak begitu saja di lantai kamar. Bukan salah Lidya, jika Ia langsung membaca dokumen-dokumen itu.
Di malam yang sunyi itu, hati Lidya bak tersambar petir di tengah teriknya mentari. Betapa tidak, setelah di buka dan di bacanya dokumen-dokumen milik Farel, Lidya menemukan lembaran-lembaran bukti kasus yang diaami Farel dulu yang tega mengabaikan pasinnya karena keterbatasan biaya. Dan semakin tak kuasa Lidya menahan air matanya, ketika dengan seksama dilihanya foto-foto Renaldi beserta penyakit yang dideritanya tertera jelas pada halaman-halaman dokumen milik Farel.
Apa yang selama ini ditakuti Lidya akhirnya terjadi, kenyataan…yah kenyataan yang telah lama Lidya nantikan, dokter yang menelantarkan pasiennya karena keterbatasan biaya. Sungguh diluar fikiran Lidya, ternyata Farel adalah tak lebih dari seorang pembunuh. Bukankah seorang dokter harus mengutamakan keselamatan pasiennya. Farel telah membunuh Renaldi, seseorang yang sangat berarti bagi Lidya.
“Aku sala memilihmu Farel, dapatkah kau menjelaskan dokumen-dokumen ini” tanya Lidya.
“Kmu mendapatkannya dari mana, dan apa hubunganmu dengan dokumen-dokumen itu? Farel balik bertanya.
“Dengan jalan seperti ini Tuhan menunjukkan padaku, Farel kamu kejam dan tak berperikemanusiaan. Tanpa ku sadari, kamu tak lebih dari seorang dokter yang angkuh dan hanya mementingkan diri sendiri di atas penderitaan orang lain yang membutuhkan pertolonganmu” kata Lidya.
“Apa maksudmu memakiku seperti itu, itu masa laluku dan kamu tidak perlu tahu akan hal itu”
“Oh…jadi ini sifat aslimu, tiada guna manis dibibir Farel. Mungkin kamu boleh merasa memiliki segalanya, tetapi sekarang terbukt kamu adalah Farel seorang dokter muda yang sukses dan hebat tetapi kamu lupa satu hal Farel, kamu tidak memiliki hati, kamu tidak pantas untuk dicintai karena kamu tak pernah dapat menanamkan rasa belas kasihan apalagi untuk rasa kasih sayang” jelas Lidya panjang.
“Jadi, maumu apa sekarang?” tantang Farel.
“Aku ingin memutusakan pertunangan ini, lebih baik belajar menanamkan rasa kasih sayang dalam hatimu, untuk dirimu sendiri, untuk pasien-pasien yang membutuhkanmu dan untuk orang-orang yang ada di sekitarmu. Kalau boleh aku memohon padamu, jangan sampai ada Renaldi-Renaldi berikutnya yang menjadi korban keegoisanmu. Dan perlu kamu ketahui, walaupun Renaldi tidak akan pernah kembali lagi, namun namanya di hatiku tak akan pernah kuhapus. Renaldi adalah kekasihku yang menjadi korban keangkuhanmu, sungguh tega kamu Farel” kata Lidya.
Farel terdiam mendengar pengakuan Lidya. Mungkin kedua kaknya tak mampu lagi menopang badannya. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, cukup lama hingga akhirnya Farel menyerah pada kenyataan.
“Jadi, Renaldi itu kekasihmu?” tanya Farel singkat.
“Melebihi kekasih Farel, Renaldi adalah pemilik hatiku, pemilik hati yang akan tetap abadi dan tak akan pernah dapat digantikan oleh siapapun termasuk kamu. Cukup sudah kamu merenggut kebahagiaanku, lupakan aku dan belajarlah menjadi seseorang yang dapat bermakna bagi orang lain” jelas Lidya.

Gerimis seolah mendukung perpisahan Lidya dengan Farel dan sekaligus menerima kemyataan bahwa Farel adalah dekter yang paling harus bertanggung jawab atas melayangnya nyawa Renaldi. Farel tak pernah berani menunjukkan batang hidungnya di depan Lidya hingga detik ini. Hati Lidya hanya untuk Renaldi, dan Ia berhasil menjadi dokter yang baik, cantik, bertanggung jawab terhadap pasiennya. Baginya keselamatan seseorang adalah yang utama dan Lidya sekarang sudah menikah dengan seorang dokter yang bertanggung jawab dan mencintainya. Kehidupan harus terus berjalan namun Realdi masih setia menghiasi hati kecil Lidya.



5.
MANTAN TERINDAH

Zizi, Bela, Restu, Pingkan, Anisa, Ririn dan Citra merupakan tujuh orang jelita yang sudah lama menjalin persahabatan. Mereka merangkai kisah-kisah suka dan duka semenjak mereka duduk di bangku SMA. Hingga mereka mengenyam pendidikan di bangku kuliah, persahabatan itu masih tetap terjaga walaupun terkadang perselisihan kerap kali mendatangi mereka. Namun, itulah dunia, semua hal tidak mungkin berjalan mulus, pasti ada satu dua batu sandungan yang menghadang.
Tak ada yang di tutupi diantara merka bertujuh, semuanya saling terbuka jika memiliki masalah dan saling bertukar fikiran satu sama lain. Semuanya begitu indah terasa, perselisihan bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan, bagi mereka kebersamaanlah yang terpenting dalam suatu persahabatan. Gedung-gedung kampus pun menjadi saksi eratnya persahabatan mereka. Foto-foto kebersamaan terbingkai indah di dinding kamar mereka masing-masing, dan selalu setia menemani malam-malam mereka dalam melepas kepenatan.
Semuanya begitu indah, banyak orang yang iri hati terhadap kebersamaan mereka, sebelum akhirnya persahabatan itu harus ternoda karena penyalahgunaan cinta yang salah. Ardi penyebab semua itu. Ardi adalah kekasih kekasih Pingkan. Sudah lama hubungan mereka terjalin. Keenam sahabat Pingkan pun mendukung hubungan Pingkan dan Ardi. Ardi pun cukup dekat dengan keenam sahabat Pingkan, karena sejatinya Ardi merupakan cowok yang ramah dan supel.
Belakangan hubungan Pingkan dan Ardi mulai merenggang. Enta apa penyebabnya, Ardi mulai menjauhi Pingkan padahal Pingkan sangat menyayangi Ardi. Selain itu, ada yang berbeda dari Citra. Perlahan Citra mulai menjauh dari keenam sahabatnya terutama Pingkan. Namun, keenam sahabatnya tidak terlalu menggubris perubahan Citra karena mereka memaklumi akhir-akhir ini mereka memang harus menyelesaikan tugas akhir karena perkuliahan tak lama lagi akan segera berakhir.
Tanpa sebab yang pasti, Ardi benar-benar menghilang dari kehidupan Pingkan. Pingkan sangat menyayangkan keegoisan Ardi.
“Jika Ardi tak lagi menginginkan aku, tak lagi ingin menjalani hubngan denganku, mengapa Ardi tak memberi penjelasan padaku, menghilang begitu saja tanpa sebab yang pasti, aku pun tak akan memaksa cinta, namun janganlah membuatku bimbang menunggu kepastian yang tak menentu” Pingkan mengutarakan isi hatinya pada keenam sahabatnya.
“Awas aja si Ardi...kalau ketemu aku kasih bogem mentah” kata si tomboy Zizi.
“Udahlah Zi, permasalahan tak mungkn selesai dengan kekerasan” tambah Bela.
“Benar Bel, aku tak menginginkan kekerasan, aku hanya menginginkan penjelasan dari Ardi. Jika hubungan kami memang harus berakhir, aku menginginkan akhir yang indah, aku mengenalnya dengan cara baik-baik dan aku pula ingin melepasnya dengan cara yang baik-baik, hanya itu yang aku inginkan saat ini Bel. Namun, sepertinya Ardi memang tak mau menemuiku, buktinya Ardi menghilang begitu saja dariku” jelas Pingkan.
“Sabar Pingkan, Suatu saat Ardi akan menyesal telah menyia-nyiakan kamu, Tuhan itu tidak tidur Pingkan, suatu saat kebenaran akan terungkap walaupun itu membutuhkan waktu yang lama” nasihat Anisa dan Ririn.

Ardi benar-benar menghilang. Dan ketika Pingkan perlahan telah berhasil melupakan Ardi. Citra dan Ardi datang dengan santainya menyatakan pengakuan yang menrut Zizi, Anisa, Ririn, Bela, Restu, dan terutama Pingkan sungguh keterlaluan. Ardi dan Citra mengakui hubungan mereka yang sudah lama terjalin tanpa memperdulikan perasaan Pingkan. Kenyataan telah terngkap, Pingkan jatuh pingsan mendengar pengakuan Ardi dan Citra. Hingga kedua bola matanya meneteskan air mata saat terbangun dari pingsannya.
“Aku ingin bicara pada Ardi” pinta Pingkan.
“Aku di sini Pinkan” kata Ardi.
Keenam sahabatnya seakan mengerti dengan keadaan, mereka langsung meninggalkan keduanya.
“Mengapa kamu meninggalkanku begitu saja Ardi dan sekarang kamu datang dengan pengakuan yang begitu melukaiku. Jika memang aku tak bermakna lagi di hatimu, tinggalkan aku dengan kepastian Ardi, aku pun tak dapat memaksamu jika hatimu memilih Citra sahabat sekaligus penggantiku di relung jiwamu. Aku mengenalmu dengan cara baik-baik dan aku pula ingin kamu melepasku dengan baik-baik, ku ikhlaskan kamu untuk menjadi milik Citra jika itu memang yang terbaik untuk hatimu Ardi” jelas Pingkan.
“Aku tak menginginkan semua ini Pingkan, jauh di dalam hatiku, aku masih menyayangimu. Nada-nada cinta dapat ak rasakan saat aku bersamamu” kata Ardi.
“Jika memang itu kenyataan, mengapa kamu menyakitiku dengan menjalin kasih dengan sahabatku, orang yang sangat aku pecaya. Haruskah aku percaya pada ucapanmu saat ini Ardi”.
“Aku khilaf Pingkan, aku akan memutuskan Citra, aku sadar hanya kamulah yang terbaik”
“Tidak Ardi, hatiku sudah terlalu sakit dengan perlakuan kalian berdua, persahabatan kami harus ternodai dengan perlakuan kalian yang salah menempatkan cinta. Jalanilah hubungan kalian dengan baik, biarlah aku yang mengalah” kata Pingkan.
“Aku ragu pada Citra, aku yakin padamu Pingkan. Aku memang salah, aku akan belajar untuk menanamkan cinta dengan ketulusan. Aku tak akan memilih siapapun diantara kalian. Aku pergi Pingkan, walapun hubungan kita hars berakhir dengan tetesan air mata, namun bagiku kamu tetap yang terindah dan tak akan pernah terganti. Maafkan aku Pingkan, lebih baik aku menjauh dari kehidupan kalian” jelas Ardi panjang .

Semenjak itu, Ardi tak pernah kembali. Dan dengan berat hati Pingkan dan Citra harus mengakhiri persahabatan mereka yang sudah lama terjalin. Citra terlalu terhadap Pingkan atas kelakuan yang dibuatnya. Kini hanya foto-foto yang terbingkai indah yang menjadi kenangan.
Langit biru menjadi teman setia Pingkan saat lamunannya jah melayang pada Ardi. Namun, Pingkan sadar Ia harus melupakan Ardi. Pingkan tak pernah menyesali perpisahan tetapi Pingkan menyesali pertemuannya dengan Ardi.
Ponsel Pingkan berdering membuyarkan lamunannya. Nama Ronald tertera pada layer ponselnya, Pingkan lupa sesuatu. Hari ini Ronald mengajak Pingkan untuk memilih pakaian pengantin yang tak lama lagi akan dikenakannya pada pesta pernikahannya bersama Ronald.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar