Sabtu, 26 Juni 2010

CERPEN R. A. DINA OKTARIA MAYZA

1.
MELODI CINTA

Hari ini sudah tiga bulan aku mengajar disebuah kelompok belajar, aku sangat menyukai semangat dan kecerian yang selalu muncul dari anak-anak. Melihat tawa dan canda mereka aku teringat semua masa kecilku saat aku sedang melamun dimejaku,”ibu, lagi mikirin apa ya bu’Teriak Bimo salah satu muridku “ibu, ibu Nampak cantik jika melamun aku jatuh cinta bu”teriak Andika, Aku hanya tersenyum mendengarkan ucapananak-anak”. Ibu menara Effelitu berada dimana”Tanya putri kepadaku”,effel kata ini akan selalu membawaku pada kekasihku Rahmadi yang sedang meneruskan kuliahnya disana, tap aku tak tahu kapan ia akan pulang “. Ibu, kok melamun lagi “. maaf, menara effel da di paris sayang”. Rasanya aku enggan untuk pulang karena karena keceriaan ini akan hilang saat aku pulang kerumah.
Saat aku hendak pulang, Bimo kecil murid terbawelku nam,pak belum pulang “Bimo kok belum pulang sayang, lagi tunggu jemputan ya, ibu temanin boleh”. Bimo kecil tak menjawab dengan kata –kata tapi ia hanya mengangguk dan tersenyum senang dan aku tahu dia mau. Tak lama datang seorang laki-laki yang menghampiri kami,”Bimo yuk pulang”. Laki-laki itu memperhatikanku dengan tajam”Nova, kamu Nova kan”. Tanpa kusadari Bimo keponakan choiri sahabat SMA ku”maaf, aku lupa kamu berubah sih tambah ganteng aja”. Kamu bisa saja, kamu nggak berubah masih tetap manis, hari ini ada kegiatan”. Kenapa, Ri kebetulan enggak “. Kita minum teh sambil reunion mau”. “Boleh”. Bimo kecil hanya bingung mendengar kami berdua, dia masih terlalu naïf untuk tahu kegiatan orang dewasa.
Aku dam bimo kecil berjalan berdampingan dengan petunjuk yang choiri berikan dimana kami akan berhenti, tepat di sebuah restoran ia menuntunku dan Bimo kecil masuk kedalam. Bangku yang terdekat dengan tamanyang kami singgahi. “Om, kenal cama ibu guru ya, bu guru kenal cama om Bimo ya “. “ya sayang ibu guru dan omnya Bimo teman satu sekolah”. ”ya jagoan ibu guru itu temnnya om’’’’’’’oh…….., aku biasanya ketemu terus dong sama ibu” dengan wajah lugunya Bimo tersenyum senang. “nggak nyangka kita ketemu lagi, udah lama ya, oh ya …. Apa kabar kiranya.
“aku juga kurang tahu gimana keadaannya, aku dan dia udah lama enggak berhubungan, karena sifatnya yang egois, udahlah jangan dibahas soal itu karena aku sudah terlalu sakit.
“sakit”.Bisik hatiku, padahal jika harus berkata jujur mungkinakulah yang paling sakit, Kirana adalah sahabat yang aku percayai dibandingkan dengan sahabatku yang lain tap ia yang paling kejam, sebenarnya itu juga bukan salahnya seratus persen tapi itu juga adil kesalahanku sudah sering sekali sahabatku yang lain mengingatkanku tap iaku tak mau mendengar. Dan Karin telah tahu jika aku dan choiri adalah kekasih, ia seolah tak memperdulikan itu, bahkan ia menjadi selingkuhan dan terang-terangan bermesraan didepanku seolah-olah ingin mengejek dan menghancurkan hatiku, tapi sudahlah itu masa laluku. Tapi, rasaku terhadapnya masih ada karma ia cinta pertamaku “. Bagaiman sekarang kamu, masih sendiri “, suara itu memekik diotakku memecahkan lamunanku “ap, kamu tadi bilang apa “,” kamu melamun ya, kamu nggak berubah ya masih suka memendam kebiasaan buruk, aku tadi bilang apa kamu masih sendiri, tapi itu enggak mungkin kamu pasti udah punya teman maksudku pendamping”. Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya akupun tak menjawab tidak ataupun mengiyakan karma biarlah terjadi rahasiaku”kenap kau tersenyum” “tidak. Oh ya Ri, sebenarnya aku masih mau berbincang-bincang tapi aku masih harus mengajar anak lain”. “Nggak apa-apatapi thanksya udah menyempatkan waktunya, see you next time”. “bay……,ibu pulang ya jagoan kecil”. “Ya bu guru hati-hati ya “. Aku melihat keduanya melambaikan tangannya dan aku terus berjalan menjahui keduanya “om, om aku cuka cam bu guru om pacaran aja cama bu guru”. Eh anak kecil nggak boleh bilang pacaran, ntar nggak gede-gede mau”. ” nggak om”. ‘Ya udah pulang yuk, mama udah tunggu kamu”. “yuk om”.
Aku semakin sering melihat choiri menjemput Bimo kecil, jika perhatikan keduanya sama persis, aku dan choiri pun makin sering berjalan berdua, ada-ada saja akal busuknya untuk mengajakku hanya sekedar berbincang-bincang entah apa yang ia pikirkan dan anehnya aku tak menolak sedikit pun karma aku menyukai ajakkannya dengan senang hati, buka hanya teh n restoran itu yang membuatku betah bersama mereka berdua tetapi juga karena melihat pola tingkah Bimokecil yang bercanda dengan omnya yang seperti anak-anak. Aku mulai menyukainya kembali,hatiku bergetar kembali terdengar melodi-melodi cinta dihatiku. Entah apa yang aku pikirkan tapi ini salah tapi ini juga betulapa yang aku rasakan benar-benar cinta dan bukan suatu kesalahan, tapi dilain sisi aku mengkhianati seseorang inilah yang salah, tapi aku tak bisa menyangkal kalau aku jatuh cinta pada dirinya. Tapi rasa itu segera ku hapus dari hatiku.
Hari sebenarnya sudah lama aku menantikannya karena Ramadi akan pulang dari Perancis, rasa seang itu Nampak pada hari ini semuayanampak bahagia.
Tapi pada kenyataannya Ramadi pulang dengan membawa luka dihatiku, saat datang kerumahku ia membawa seorang wanita, entah apa maksudnya karena dia hanya diam membisu saat kutanya kenapa ia tak menjawab aku belum mengenal wanita yang ia bawa karena wanita itu masih diduk diteras”ada apa “Ramadi masih saja diam tingkahnya semakin membuat pikiranku kalut ”kenapa,jawab jangan hanya diam”,lagi-lagi tak menjawab betapa aku terkejut saat ia menyerahkan undangan pernikahan disana tertulis Adi, aku mematung diam tanpa kata-kata “va kamu kenapa, jangan diam kebisuan kamu akan membuat hatiku hancur, aku akan senang jika kamu marah dan memukuli aku, aku masih terlalu cinta kamu va, bahkan cintaku hanya untukmu seorang “. “apa dia orangnya, lalu kenapa kamu lakukan ini “tanyaku lirih”ya, dia yang membuatku terjebak pada apa yang tidak pernah aku lakukan”. “berarti dia hamil”, aku keluar maksudingin mencari orang yang telah merebut cintaku, tapi alangkah terkejutnya aku saat kulihat wajah wanita itu tak lain dia Kirana”kamu lagi, apa kamu ingin lihat aku mati baru kamu akan puas, belum cukupkah semua apa lagi yang kau ingunkan ha jawab”.”Maafkan aku Va, aku tak pernah bermaksud”. ”stop, aku tak butuh penjelasan kalian, tinggalkan rumah ini ?. “aku menjadi semakin terluka, lagi-lagi cintaku direnggut oleh Kirana.
“Kirana sialan, aku benci dia”. Pekikku marah aku ingin sekali membunuhnya tapi aku tak berdaya.
Ternyata Choiri telah lebih dahulu tahu masalah pernikahan itu, dia juga sok ketika tahu calon mempelai laki-laki adalah tunanganku. “aku tahu pasti kamu disini, jangan patah semangat dong wajahmu jelek kalau begitu”. “tahu dari mana kamu aku disini”. “aku masih ingat semua tentang kamu, ayo dong tunjukin pada mereka siapa Nova sebenarnya, buktikan tanpa dia pun kamu setegar dan sekokoh pohon cinta itu”Choiri menunjuk kearah sebatang pohon, semua orang yang datang kesana adalah sepasang kekasih. Oleh sebab itu, pohon itu ditanami pohon cinta, dahulupun aku dan dia pernah datang kemari”. Kamu benar aku harus semangat, makasih ya, “ aku memeluk tubuhnya hingga ia terkejut” sahabat Nova ‘’’’’’’’sahabat’.
Aku tahu yang akan terjadi pada Kirana dan Ramadi mereka akan menikah besok, dan aku akan datang tapi untuk hubunganku dan Choiri biarlah waktu yang akan member jawaban.



2.
MAKAM TAK BERNAMA

Denyut- denyut jantung berdetak diselasar gang- gang sempit, keringat yang jatuh mebasahi tembok – tembok liang lahat, menyatu bersama takbir menyumpat rasa bingung dalam hati, tak ada titik kesedihan yang bercucuran, yang ada hanya cabikan sepenggal luka bersama bungkamnya jenaah dalam keranda.
“ Bunda aku lapar sekali …”
“Sabar ya sayang nanti ibu cari ya adik jangan kemana-mana ya sayang”
“ ya bunda tapi bunda pulang bawa makan buat adik kan”
Bunda hanya menitihkan air mata ketika melihat anaknya yang menangis kelaparan, dipelukknya erat sang anak
“ ibu keluar ya, adik ingat pesan ibu jangan kemana-mana”
“ ya bunda”
“Assalamualaikum”
“Kum calam”
Ibunya berjalan menyusuri selasar gang-gang dengan berharap memperoleh sedikit rezeki untuk sang buah hatinya.
Jauh sudah ia berjalan, hujanpun mulai turun membasahi bumi, wanita tua it uterus berlari dalam kebasahan tangisan buah hatinya selalu terngiang dalam pelupukmatanya. Hingga dingin memaksanya berhenti diteras rumah waraga, terdengar dari dalamrumahnya orang yang meneriakinya
“hai gembel pergi kamu dari sinikamu bisa membuat rumahku menjadi kotor”
“maaf pak saya hanya numpang berteduh”
“Saya bilang pergi kamu dari sini “sambil melempar botol
Botol yang dilempar tepat mengenai kepala wanita tua itusehingga keluar darah segar dari atas kepalanya
“Maaf tuan”
“Pergi”
“Tunggulah sayang ibu akan segera pulang”bisik hatinya
Wanita tua itu terus saja berlari , ia tak tahu lagiharus berteduh dimana,makanan untuk anaknya belum juga didapatkannya ditepisnya rasa dingin dalam tubuhnya.
Satu persatu tong sampah setiap rumah dikais-kaisnya namun tak adasatupun yang dapat dimakan yang ada hanya tulan belulang ikan ataupun ayam itupun sudah bercampur dengan belatung tak tega ia memberikan makanan itu kepada anaknya.
Merasa tak kuasa ia berlari kesebuah halaman rumah rumah penduduk tubuhnya mengigil nampaklah olehnya seorang wanita yang hendakmebuang makanan
“mau dibuang bu”
“ya bu, nasi ini sudah basi, tidak bisa dimakan lagi”jawab wanita itu
“boleh saya memintanya, anakku belum makan dua hari ii “
“tapi ini basi”
“tidak apa bu, masih bisa dikeringkan lalu kumasak lagi, boleh bu”
“ silakan ini”(menumpahkan makanan kedalam baju wanita tua itu yang sudah diangkatnya)
“terimaksih bu”tersenyum terkenang wajah anaknya yang akan senang.
Wanitatua itu pulang dengan hati yang bahagia, wajah sumringahnya membawanya melewati gang-gang menuju rumahnya.
“Sayang, ibu pulang”
Dilihatnya sang bauah hati sedang tertidur lelep diatas lapisan Koran, dikecup keningnya
“ Tidurlah sayang, bermimpilah capailah yang tak kau capai jka kau terbangun nanti, lalu ceritakan pada dunia mimpi indah mu itu”
Segera ia berdiri , ketika ia teringat nasi yang dibawanya, dicucinya nasi basi yang berbau itu lalu diletakkannya ditampan agar bsok mudah menjemurnya.
Ia baringkan lagi tubuh tuanya, disebelah buah hatinya jauh pikirannya melayang hingga lupa ia akan luka diatas kepalanya
“seandainya suamiku tidak meninggal,lalu jika ia tak diusir dari kontrakan dinas, jika ia tak dipecat oleh pabrik jika rumahnya peninggalan otrag tuanya meskipun tak layak huni tidak terbakar, mungkin hiduku tak akan sesulit ini,gubuk kardus dibantaran kali ciliwung”pikirnya
Udara malam yang dingin memaksa mata wanita untuk tertidur
****
Udara pagi menghangatkan udara malam yang memikat mata
“uagh…em….bun…dimana”
“bunda disini sayang, sedang masak makanan “
“asyik..cepat ya bu aku sudah apar………”
“ ya….ini buburnya sudah masak …ayo sini”
Melihat anaknya makan dengan lahap, sudah membuatnya kenyang.
“setelah kau makan ibu akan pergi, mencari uang ibu mau mencari pekerjaan agar kau dapat makan”
“ehm…..ya bu”
“kamu jangan kemana-mana dengar nanti susah mencarimu”
“ya bu aku janji”
“sini ibu ciu keningmu ibu rindu sama anak ibu “memandang wajah anaknya
“bunda”
“ya sudah ibu pergi ingat janjimu’
Dengan semangat wanita tua itu menyusuri rumah ke rumah mencari pekerjaan , setiaprumah diketuknya nmun belum juga didapatnya.
Malang nasib wanita tua itu dijalan ketika ia hendak akan pulang ia tertabrak mobil hingga tubuhnyajauh terjatuh, kepala, wajahnya, terbentur jalan aspal hingga tulang keringnya Nampak dan banyak mengeluarkan darah.
Entah bernyawa atau tidak ia dibawa kerumah sakit oleh orang yang kasihan padanya.
Sudah duahari, anaknya menanti kedatangan sang bunda air matanya mengalir
“ikhsan tinggal dirumah bibi saja, ibumu belum tahu kapan pulangnya”
“tidak bi aku sudah janji pada ibuku aku tidak akan meninggalkna rumah, nantio ibu pulang”
“ ya sudahlah tidurlah ini sudah malam”
“baik Bi”
Ikhsan tidur dengan linangan air mata dan berharap saat terbangun esok disampingnya melihat ibunya.
Semua hancur disaat angansang malaikat kecil harus musnah tersapu banjir akibat luapan kali ditambah hujan yang tak kunjung berhenti hingga membawa tubuhnya.mungilnya diatas makan yang tk bernamadiatas makan sang bunda yang dinanti tak ada satupun yang tahu nama wanita tua itu yangmeninggal dalam kecelakan . Makam tak bernama begitu banyak begitu banyak menyimpanrahasia, di sebelah makamitupun ikhsan dimakamkan tanpa nama.
Semoga ketika ia terbngun dari tidur panjangnya ia bertemu bundanya di surga.



3. HIJAB CINTA

Waktu bergulir menganti hari-hari dari waktu ke waktu mengganti hari menjadi minggu dan seterusnya hinga menjdai tahun.
Kini aku telah tumbuh menjadi wanita muslimah yang berbeda dari gais remaja biasanya, Ku gantungkan hidupku dijalan tuhan aku bahkan dipandang aneh oleh beberapa remaja bisanya.
Pakaianku yang jauh dari modis, diatas kepala ku kenakan khimar yang jauh menutupi menyelubung tubuhku.
Sekalipun orang emmandangku aneh tapi inilah pilihanku
Aku adalah aku yang sekalipun aku juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh remaja pada umumnya yang masih memiliki hati dan dapat menyukai lawan jenis.
Fathur nama laki-laki itu, begitu indah akhlaknya yang kulihat dari kesederhanaanya kata-katanya, perbuatannya hngga menjemakku dalam perangkap cinta, terlebih pesona wajahnya yang rupawan dan tubuhnya yang tegap bagai bidadara dari surge.
Bagai aliran darah ia mengalir dalam hatiku, tanpa kusadari mata ini liar memandang kearahnya
‘ Astafirullah….Ampunkan aku ya Allah”
“ Kamu memendangnya, hati-hati Aisyah tak baik “Sapa temanku Nabila
“ Ya aku akan lebih berhati-hati’
Setiap kli menatapnya, hatiku bergolak entah apa yang aku rasakan hinga ku tak mampu membendung rasa ini, namun aku taka akan pernah mampu mengakaui rasa ini hingga kujadikan rasa ini sebagai kebutuhan nurani.
Suatu kali ayah member tahuku jika aku, telah dijodohkan pada seorang laki-lakki yang tak pernah aku kenal benama Akbar, secara nurani aku ingin menolak batin ini merintih karena hatiku telah memilih Fathur, tapi sebgai anak aku punya kewajiban untuk membahagiakan orang tuaku maka harus aku penuhi kewajibanku sebgai anak.
Aku mulai menutup hati dan cintaku dari Fathur jauh namun belum dapat aku lakukan.
Perkenalanku dengan Akbar bermulai dibalik hijab hanya suaranya yng melantun indah sejenak suara itu taka sing ditelingaku.
“ Suara Fathur” bisikku dalam hati.
Dengan hati yang lapang ku buka hati untuk Akbar, perkenalanku hanya sebatas mimpi bagiku
“ bagaimana bisa aku akan menikah dengan orangyang pernah aku tahu”
Dengan hati yang lapang ku uka hati untuk Akbar, perkenalanku hana sebatas mimpi bagiku.
Satu bulan setelah masa tasawufku, ia melamarku aku menangis entah apa ini, siapkah aku menjadi layaknya Siti Khadijah bagi suamiku tapi hidupku ku jatuhkan pada pilihan tuhanku”
“ Fathur, semoga kita berjodoh kelak di surga’
Ku dengar orang ramai-ramai dirumah mengumandangkan takbir
“Alhamdulillah’
Kini aku tahu, lamaran itu diterima oleh Ayahku talk lama ku dengar ibu memanggilku
“ Aisyah, keluarlah nak, calon suamimu ingin melihat dirimu”
“ Baik bu’
Sempat butiran-butiran muncul dari mataku
“ Kau kenapa, kau tak ikhlas atas perjodohan ini”
“ tidak bu,aku menangis karena bunsa dan ayah menukahkan aku dengan ahli surge”
Ibuku memeluk tubuh ku” ibu bangga padami, ayolah kita lihat bidadara surgamu”
Aku melangkahkan kaki dengan perlahan, ku tundukan kepala tak kuasa membendung air mata melepaskan hatiu dari Fathur
Alangkah terkejutnya ketika laki-laki yang dihadapanku adalah Fathur, ia tersenyum memandangku.
Nabila membisikkan sesuatu ditelingaku.
“ Ternyata ia menyukaimu, ia nertanya padaku maka ku katakana yang sebenarnya padanya.”
Aku tersenyum entah perasaan apa tapi inlah bahagia, Fathur berjalan mendekatiku
“ Fahtur Akbari, calon suamimu kini ku jadikan kau halal bagiku’ Senyumnya padaku.



4.
PERGILAH NAHKODA CINTAKU

Mentari menaburkan kehangatan dikala perahu- perahu kecil brlayar menyebrang hamparan samudra luas, ombak menari dalam gulungan samudra membuat ku semakin larut dalam dasar rindu.
Aku berdiri diselasar tembok- tembok penompang jembtan Ampera yang berdiri kokoh dalam balutan keprkasaannya.
Tanpa henti kunanti hari itu, masih ku ingat dengan tajan ketika kepergiaannya hari itu, senja dipelabuhan. Wajahnya kupandang dengan cemas, air mataku mengalir denganlembut dipipiku, hangat begiu yang kurasakan
“ kenapa wajahmu berlinangan dengan buiran mutiara yang brharga., janganlah khawatir kepergiaanku kali inipun akan sama seperti kepulangannku, ayolah tersenyum untukku”
Entah kata-katanya tak dapat membuat batinku merasa tenang, rasa ini membungkamku dalam kebisuan, aku tak dapat mengatakan apapun padanya.
“ Ayolah, Andika berjanji akan segera pulang untuk menemui putri hatiku ayolah tersenumlah”
“ Baiklah, aku akan selalu mengingat janjimu, jangan pernah kau khianati cinta yang kumiliki, karena hatiku inikecil dan mudah terluka”
“ tenanglah, aku tak akan pernah mengkhianati cinta kita’
Aku hanya menatap bersama berlayarnya sang nahkoda cintaku, Aku berdiri ditembok penantian sampai hari in pun aku masih berdiri ditembok penantian ini dengan penuh pengharapan ia akan segera pulang”
Hari berganti hari, bulan berganti bulan bahkan tahun pun kini telah berganti namun janjnya tak kunjung datang kini aku tahu harapan hanya tinggallah harapan janjinya semakin membuat keadanku terpuruki dalam kebimbangan, hingga datang sepucuk surat yang kunantikan tak utemukan kata –kata yag indah penghapus rasa lelah yang selama ini ku nantikan, menitih air mataku perih mulai menyayat hatiku ketika amplop putih brpitakan merah ku baca. Bukan bahagia yang kuterima tapi sayatan – sayatan luka yang ia bingkai dalam sepucuk surat bersama undangan dan foto pernikahannya engan seorang wanita, yang lebih menyakitkan perasaanku, wanita itu tak asing bagiku ya ia Miranda, adi perempuanku.
Kesedihan membuat aku terpuruk kedalam kesendiian, aku ak tahu harus bebuat apa, semua semakin memuat sakit ktika ku tahu hari pernikahanku yang tak pernah aku ketahui dan setujui akan segera berlangsung. Semua ulah ibu tiriku dengan seenak hainya ia memutuskan sesuatu yang tak pernah aku setujui dan aku inginkan. Keputusannya menjodohkan aku merupakan satu pukulan yng menbuat aku semakin larut dalam kehampaan, hanya karena alasan yang tak masuk akal karena ketakutannya aku akan merebut kembali suami anaknya.dan ayahku tak ammpu berkata apapun untuk menolong anaknya ia hanya duduk dan ikut menyudutkan aku seolah –olah aku hanyalah anak yang membawa masalah. Tapi semua tak mampu terelakkan hingga aku harus pasrah dalam keterpaksaan.
Hari pernikahanku dengan laki-laki yang tak ku kenal ku hiasai dengan cucuran air mata, butiran –butiran luka itu tak mampu ku tampung hingga menetes dengan derasnya. Resmilah sudah aku menjadi istri seorang duda beranak satu dalam balutan pernikahan yang sederhana.
Mas Erwin begitu ku panggil ia dalam keseharian, kini hidupku dipenuhi dengan cinta drinya tapi tetap kehampaan yang aku rasakan, namun hidupku sedikit berwarna dengan tawa dan senyum dari “ Keila “ anak tiriku yang kini menjadi belahan jiwa dalam hidupku.
Setahun telah berlalu kini aku mulai hidup kembali dari kehampaan, namun kebahagian itu terkoyak semenjak kedatangan Andika kembali dalam pelukkan mas Erwin, ternyata kepahitan terus berpihak padaku Andika adalah adik bungsu mas erwin.
Masih kutemukan tatapan cinta untukku dari matanya dan panggilan sayangnya kepadaku aku tak mampu berdusta jika peasaan itupun masih aku miliki untuknya.
“ oh, tuhan apa ini, kenapa kau buat aku jdi begini “ bisik hatiku
“ Apa kabar bun, baik saja”
Mas Erwin sedikitpun tak merasakan kecurigaan kepada kami berdua, hingga ia pergi brsama keila meninggalkan aku dan Andika.
“ Cin, aku tahu marah padaku dan masih memendam cintaku untuknya”
“ Tak perlu kau tahu”
“ Aku tahu…” ( memeluk tubuhku)
“ Lepas………. Kau tak tahu sopan, aku istri kakakmu jadi berlakulah dengan baik”
“kau masih cinta padku, aku tahu kini, aku sangat mencintaimu…..sangat dan sangat mencintaimu”
“Tatap mataku, aku ingin tahu “
“ untukku apa tak perlu lagi”
“ kau takut,( menarik tubuhku )
Aku tak mapu menutupi perasaanku, saat mata indahnya menatapa mataku dengan cinta.
Sekejap hidupku kembali berwarna, cintaku kembali setelah aku merasakan kejenuhan, aku kini bisa bersamanya menatap kembali wajahnya, senyumnya,menghirup setiap hembusan nafasnya. . Merasakan hangatnya cinta yang dahulu pernah hilang kini ku mampu melepasa kesedihan dahulu yang pernah aku rasakan.



5.
KALUNG KEMATIAN

Cahaya sang penguasa malam berpancar menembus kaca-kaca yang berdiri kokoh, bintang-bintang berkerlip menghiasi langit, krlipnya bintang temani gelapnya malam menjadi kekasih setia bagi dunia impian hingga datangnyapangeran fajar, udara malam mencekik rapuhkan sendi-sendi dan tulang-belulang, tabuhan suara si panggu semakin membuat langit malam hitam semakin kelam.
Aku hanya diam duduk mematung bertemankan kesunyian di penjara ini, aku tak mampu lagi memandang malam bertabur bintang-bintang derajatku tak memberikan hak untuk itu, karena tubuhku terkukung dibalik jeruji-jeruji besi bertahta kalung kematian. Dingin dan kotor dinding yang berdebu penghias penjara ini bagaikan teman sejatiku, orang-orang akan merasa jijik melihat sekitarku tapi tidak lagi untukku ini bagaikan istana untukku.
Sejak kecil hingga sekarang orang-orang memandangku dengan sebelah mata, aku terlahir bagai anak tiri dunia selalu menjadi korban dan terlupa, tak satupun yang dapat aku jadilan tempat pelipur lara berbagi suka dan duka jika itu terjadi maka para orang tua akan mengutuk anaknya. Masa kecilku berlalu tanpa makna bahkan aku lupa apa aku pernah merasakan indahnya menjadi seorang balita. Mereka tak pernah memberikan setiap hak yang aku punya yang aku miliki hanya cemooh serta cacian yang terus saja dating dan pergi silih berganti dalam hidupku hanya karena aku terlahir dari rahim seorang wanita tunasusila.

“Itulah dunia pikirku penuh dengan ketidak adilan. Kesalahan dan dosa hanyalah milik kami benar-benar kejam,oh…tuhan masih adakah keadilan untukku tak layakkah aku nikmati hidup layanya orang- orang biasa “pikirku keluh
Tak ada sosok ayah dalam hidupku namun aku mengenal sosok ayah dari ibuku, semua kebutuhan ibu yang menanggung namun tubuh ibuku kini telah lemah, wajah cantiknya kini dipenuhi dengan gari- garis keriput. Kecantikan dan usianya ikut larut termakan zaman, para pengerat itupun tak tertarik lagi pada ibu, hingga tak pernah kudengar lagi rintihan-rintihan perih dari ibuku dikala para pengerat itu menikmati setiaplekuk tubuh ibuku yang dahulu amat sering berdendang, terpaksa ibu membanting harga pasarannya agar aku bisa tetap makan.
Beberapa kali pengerat itu mengunjungi tempat tingalku entah dengan maksud apa aku tak tahuketika pulang sekolah aku melihat ibu kelelahan layaknyahabis olahraga. Beberapa kali pula pengerat itu mencoba memeluk dan merangkul tubuhku ibuku hanya tersenyumdan memintaku segera masuk menjauh tiap kali tangan jalang it menyentuh kultku, bibirku keluh ukaku pucat itu yang selau aku rasakan. Tampakolehku mata liar mereka seakan mencium aroma harumdaging muda, mereka kini mengincarku.

Tapi mengapa tak ada yang salah akupun tak ingin memilih kehidupan ini hanya saja tuhan telah memilihkan yang terbaik untuk kaumnya.Akupun tak pernah menimpakan semua kesalahan pada ibuku. Kemiskinan ulah serakah para penguasa yang tamak itu membuat adik-adik ibuku menjerit tangis kelaparan mengiang ditelinga yang memaksanya memutar haluan hidupnya. Bukan kesalahn ibu melahirkan aku semua ini ulah para pengerat-pengerat itu yang mengasah pisau- pisau fitnah dan mereka hunuskan dosa-dosa kedalam tulang-tulang rusukku lalu mereka pula yag menghinakan atas dosa-dosa yang mereka perbuat.

“ mau kemana kau anak manis, sini duduk dipangkuan paman nanti paman ajarkan kenikmatan padamu. Hei Mir berapa tarif yag kau berikan agar aku dapat menyantap daging muda itu” tanya seorang pelanggan ibu.
“ ah tuan bisa saja biar saya saja yang menggantikannya “ jawab ibuku lembut. Matanya mengisyarat aku untuk segera aku masuk dan menjauh. Aku menuruti perintah ibuku.
“ Aku bosan …..aku mau daging muda itu, sini kau manis “ tangannya menarik tubuhku hingga jatuh di pangkuannya. Ia merangkulku dengan kuat sekalipun aku merontah berkali-kali tapi aku tak juga dapat membebaskan diri.
“ kasihan dia tuan, mohon anda lepaskan”
Pengerat itupun tak jua membenaskan aku, ia mendorong ibuu hingga teratuh
“Hai, lepaskan dia, annaku bukanlah aku jangan kau sentuh dia atau kau akan merasakan akibatnya”teriak ibuku lantan.
Pengeat itu melemparkan sejumlah uang kemuka ibu
“ ambil ………….wanita hina’ bentaknya.
“ kami miskin tapi tidak sehina kau, sungguh kau manusia laknat hatimu telah mati bersama ketamakan dan kesombongan dalam dosamu, jangn kau kira kau bisa membeli setiap keinginanmu. “
Pengerat itu melepaskan rangkulannya dariku lalu menjambak rambut ibuku, aku mendorongnya hingga terjatuh aku tak menyangka ia akan mencekiku hingga aku sulit bernafas ibuku makin tesulut emosinya
‘lepaskan anakku kami memang pelayan tetapi bukan budak nafsu, tak pantas kalian dikrarkan sebagai raja, kalian tak lebih dari skeda sampah”
Cekikkan itu terlepas dari leherku namun beralih pada ibuku, melihat ibuku memekik kesakitan aku berlari kedapur tanpa ragu aku meraih sebuah pisau dengan yakin kutancapkan kedada pengerat itu sekalipun hukuman akan aku peroleh., teriakkan kesakitan dari mulut pengerat iu mengundang orang-orang untuk datang. Dari tangnku mengalir darah kotor yang mungkin mengisi tubuhku dengan wajah bisu senyum simpul mengembang dipipiku sengaja atau tidak aku merasa puas.
Gang- gang sempit serta rumah yang berdempetan membuat kabar berhembus dengan mudah, penghuni rumah sususn lainnya brlari pontang-panting melihat kejadian mereka dan beberapa lainnya bertepuk tangan tanpa arti. Rumahku diujung gang terasa sesak padat oleh manusia. Seorang penghuninya menghubungi poisi agar segera datang menyelidiki kasusku ini
“Lari…nak lari….biar ibu yang menggantikan mu hidupmu masih panjang “
Ku dengar teiakkan ibuku tapi tak tahu kenapa kakiku terasa beku “ mau lari kemana percuma”bisik hatiku.
Tak lama berselang berdengug di telingaku aungan mobil-mobil polisi, tak perlu waktu yang panjang mereka menyidukku dengan darah masih berlumuran ditanganku, aku tahu sorot mata itu seakan akan ingin menghakimiku bulat-bulat.
“ya………akulah pelakunya” tanpa ketakukan aku berkata menatap pada pria berseragam karena aku merasa tak bersalah sepenuhnya.
“ Anda kami tahan “ mereka menyeretku seakanmenemukan emas dalam harta karun membawaku kedalam jeruji besi.
Aku tahu hukuman apa yang akan ku terima sekalipun ibu menyewa pangeran berubah hitam dalam pengadilan, hukum kini tak berarti apa- apa bagi tikus miliyoner mereka hanya mendapat denda atau kurungan semata namun bagi atau sekedar ayam kampung mati babak belur atau mati membusuk dalam penjara. Apalagi dengan kasusku ini yang korbannya adalah orang yang berduit yang dapat membeli segalanya denan mudah, tak perlu tawar menawar bagi mereka.
Kurasakan mati dalam kehidupan. Tubuhku keluh, otot-otot sendi serta tulangku telah membeku bersama dinginnya tembok- tembok penjara ini hanya menunggu ketukan plu hakim aku harus rasakan nikmatnya sejuta tanya serta tatapan penghinaan yang tak kunjung berhenti bahkan tak jarang legam membekas di tubuhku.
Hingga persidangan iupun terjadi tapi keajaiban keadilan yng kuharapkan tak kunjung datang, persidangan tak butuh waktu lama hingga hakim mengetuk palunya dan menjatuhkan aku dalamkalung kematian
“ aku hanya berdiri diambang kau dan kematianmu, aku malu tak dapat membelamu hingga kau terlepas dari jerat kalung kematian, maafkan aku…………”
“ Aku tak kecewa , tak usah kau hibur aku karena aku tak takut mati, biarlah aku mati dengan kebanggaan dari pada hidup dalam kenistaan dan penghinaan dengan begitu aku akan menghadap tuhan dengan wajah yang menengadah bukan tertunduk karena malu, hanya saja aku bingung pada nasib ibuku yang telah tua”
“ Sungguh kau telanjangi aku dengan keberanianmu, tenanglah ibumu akan aku masukkan dalam panti jompo sebagai tanda maafku tenanglah kau” balas pangeran berjubah hitam.
Aku mengucapkan terimakasih pada isarat mataku karena seorang petugas membawaku dalam istana gelap.
Dibalik jeruji besi dingin aku duduk termenung menghitung hari kedatangan raksasa hitam bertubuh besar akan memakaikan kalung kematian kedalam leherku atau menanti keajaiban datang hanya cahaya sang penguasa malam dan bintang harapan menemaniku dalam kehampaan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar