Rabu, 23 Juni 2010

CERPEN DESSI HERLINA

1.
UNTAIAN KEBOHONGAN

Saat sore menjelang malam matahari mulai kembali keperaduan disaat itu juga hatiku ingin cepat-cepat menginjakkan kakiku ke kampung halamanku. Tapi, apa yang terjadi malahan sang roda empat mendadak merajuk, melhat roda empat penyot bertabrakan. Setibanaya di rumah takbir isya berkumandang, sang pujaan hatiku datang dengan serangkaian buah tangan yang erat dalam genggamannya dan pintu terbuka dengan lebar.
“ Hai sayang pa kabar mala mini “ Tanyanya padaku.
“ Bagaimana dengan langganan mu, apakah sudah puas dengan layananmu “
“Selama aku tak disini “ celetukan pedas
“Sembarangan kau berbicara aku tak mempunyai langganan selain dirimu ‘ jawaban lugu
“Aku tak percaya dengan dirimu “ Jawaban rentah
“Belah saja dadaku “jawaban marah
“Tak perlu begitu aku percaya dengan dirimu “
Lama mereka bercumbu mesra canda tawa sehingga tak terasa malampun mulai larut. Hujan membasahi bumi, petir berteriakan dan menggema membuat suasana jadi takut.
“Sudah malam tampaknya badanku sudah letih kekasihku,yang manis izinkan aku pulang “
“Takkan kau lihat di luar hujan, hujan begitu deras”
“Tak masalah buatku karena aku melihat wajahmu malam ini aku sudah bahagia “
“ Janganlah kau begitu jila kau sakit, aku rindu setengah mati, menginaplah disini tak akan seorang pun yang marah kalau kau menginap malam ini “
“Sudahlah kalau begitu aku tak keberatan menerima tawaran darimu “
Malam berganti pagi, matahari mulai menampakkan batang hidungnya menyinari bumi. Semua aktivitas berjalan kembali tanpa kekasih hatiku dan ku ajak kekasih hatiku, karena nampak lapar kami menuju sarapan yang sudah tersaji di atas meja, keheningan pagi di pecahkan dengan deringan hanpond miliknya.
“kring…………Kring………”
“Hallo ini siapa “ terdengar wanita yang asing ditelingaku “
Kecurigaanku membuat mulut ini berdusta
“ini adiknya “
Aku bertanya kepada kekasih hatiku “bahwa siapa yang baru menelpon tadi”.
Kekasih hatiku menjawab dengan suara yang lembut “ dia menjawab bahwa yang baru menelpon tadi pacarnya “
Benarlah dugaanku selama ini, perasaanku mulai berbeda kepadanya, entah itu rasa marah, kesal dan cemburu. Ingin rasanya tubuhnya ku cencang-cencang mulut kotornya sudah berhasil membuat tubuhku tak berdaya, ku angakatlah ganggang hanpond itu dengan perasaan kacau.
“Kemana kakakmu” Tanya wanita itu.
Aku menjawab “entahlah mungkin sudah mati “
“Apa …..Matiiii….” terkejut.
“pergi…,Kau salah dengar saja “
“oh….,pergi .Aku titip salam saja untuk kakakmu “katakan padanya “I LOVE YOU “
Lama kutatap wajahnya begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan tapi kekecewaanku membuat mulutku bungkam, sudahlah aku berfikir dia ku anggap hanya angin yang lalu saja.
“Kenapa kau diam “ tanyanya padaku.
Aku hanya menutup mulutku rapat-rapat.
“Aku lebih suka jika kau marah, tapi jangan kau diam saja aku tahu memang diriku bersalah padamu, aku tak pantas membuatmu menangis hanya saja ingin sedikit membagi rasa rinduku padam, karena kau jauh ku manfaatkan dirinya “.
Aku masih tetap diam.
“Bicaralah padaku katakan padaku “Tanyanya padaku .
“Pergi kau dariku, hidupku dan hatiku , aku sakit bukan kau menduakan aku. Tetapi, aku sakit karena dustamu yang membuat wanita menjadi terluka, pergilahkau bersamanya pergi…..(teriakku sambil mendorong tubuhnya ).
“Jangan, aku tak akan bisa hidup tanpamu karena…….” . jawabnya.
“sudah pergilah ”
Dua hari sudah berlalu sejak pertengkaran itu, tak ada yang tahu apa yang terjadi. Hingga terdengar jika dia meninggal karena kecelakaan lalu lintas malam itu tepat kejadian kami bertengkar. Kini aku hanya dapat membayangkan kenangan dirinya dan mendoakan serta aku berharap dapat bertemu di depan pintu surga.
“MAAFKAN AKU “.



2.
CLARITA

Saat rintikan-rintikan air mata langit membasahi seutas wajah bumi terulang pula cerita yang telah aku simpan, rintikan air hujan yang membuat tanah basah dengan air kebanggannya serupa saat wajahkuu lusuh oleh basahnya air mata.
“jangan menangis Clarita, bu ada disampingmu nak” bujuk rayu ibuku menghibur dan merangkul tubuh mungikku saat itu. Clarita begitulah orang memanggilku, dulu aku gadis mungil yang ceria. Namun, kini aku disebut gadis yang pemurung.
Awalnya aku memiliki keluarga yang harmonis kehidupan sederhana, bahagia. Namun ,kebahagian itu terengut saat wanita itu datang dan merengut Ayah dari ibuku dan juga merengut kebahagiaanku dari kehidupanku bik masa kecil maupun sekarang “Ayah jangan tinggalkan aku “Hanya itu kata-kata yang yang kuingat yang kuucapkan saat terakhir yang terucap dari bibirku, namun Ayah tak mengindahkan jeritannya ia malah terus berjalan meninggalkan aku. Lalu aku menangis sejadi-jadinya saat teriakkanku berlalu bersamasosok Ayahku.
Hari berganti hari, roda waktupun terus berputar sejak hari disaat kejadian itu dan sayangnya aku tak mampu melupakan kenangan itu, tanpa kusadari kini aku Clarita remaja yang berparas manis meskipun kuni aku telah dewasa namun keangkuhanku yang menutupi ketakutanku terhadap laki-laki tak berubah. Kekhawatiranku atas peristiwatang menimpa hidup ibuku akan terjadi padaku terus menghantui hati sehingga menimbulkan tanda Tanya dihatiku dan rasa takut yang berlebihan.
Namun saat aku mulai memasuki sebuah universitas di kota ini, lambat tahun pendapat tentang laki-laki berubah, sejak aku menemukan “Adi “, sifat yang baik terhadapku, perhatiannya, perrilaku yang ia munculkan melunakkan hatiku yang sekeras batu. Awalnya aku tak mau mengalami ini dan terus bersembunyi dalam kepura-puraan dan terus membohongi diri. Namun entah kenapa sosoknya terus menarikku untuk belajar mencintainya, lalu mulailah aku berkenalan dengannya dan kemudian kami menjadi sepasang sahabat dan sampai akhirnya kami menjadi sepasang kekasih, kehidupanku berwarna sejak ia hadir, hari-hari yang kami lalui berdua selalu terbina jaring-jaring cinta yang indah namun kali inipun kebahagiaan itu harus lenyap dengan cepatnya. Aku menangis,aku kecewa disaat aku mulai mencintai namun ia beranjak pergi dari hidup, setelah 2 minggu ia tak memberi kabar, hatiku tetap menunggunya dengan harap cemas aku menantinya, usahapun selalu aku lakukan namun tak ada hasilnya.
Saat aku mulai berputus asa akan semua ini,Tuhan memberi jawaban atas pertanyaanku secarik kertas putih tergeletak diatas meja “bu,surat undangan siapa “tanyaku” entahlah katanya itu untukmu ta. Balas ibuku, dengan harap cemas kubuka, stelah kubaca tahulah aku kenapa Adi menjauhi diriku, diundangan itu tercantum dengan jelas nama Adi.
Sekejap hatiku hancur dan inilah kenyataan pahit yang kuterima, rasa rinduku berakhir dengan air mata luka dan kini aku berjalan menapak hati dengan kesendirian dalam hatiku terbesit tanda Tanya tentang laki-laki dan kini aku berjalan mencari jawaban tanda tanyaku dan aku selalu bertanya akankah semua ku dapati cinta yang sejati. Dan kini aku mulai menatapi langit hitam untu mencari cahayanya sang rembulan malam, dan semoga kelak aku menemukan bintang yang akan selalu berpijar dan akan menerangi kegelapan yang menyelimuti hidupku sehingga yang ada hanya secerah cahaya yang indah dan berwarna.



3.
EMBUN PENGHARAPAN

Siang itu cuaca cerah,mentari bersinar dengan gagahnya, awan berkejar-kejaran ditambah dengan semaraknya kekicauan burung.
Tapi cuaca Mira tak sebaik hari itu, hatinya selalu diliputi awan hiatm penuh dengan kedukaan,dan kerinduan akan kedua orang tuanya.
Orang tua Mira telah lama menunggalkannya, ketika itu 27 januari 1996, keluarga mira mengunjungi neneknya yang sedang sakit keras, karena keadaan malam dan Ayah Mira sedang mengantuk hingga terjadi kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua Mira, saat itu Mira berusia 2 tahun hanya MJira lah yang selamat dalam kecelakaan itu. Sejak kejadian itu Mira diasuh oleh tantenya yang bernama Yuli.
Hari ini hari pertama, Mira bersekolah, tapi ia tampak murungketika waktu pulang sekolah, semua teman-teman dijemput oleh ibunya sedangkan Mira tidak, ia Nampak iri dengan teman-temannya karena ia berharap ayah dan Ibunya datang menjemputnya, ia pulang dengan perasaan jengkel.
Setibanya di rumah ia menanyakan keberadaan orang tuanya kepada Tante Yuli.”tante.ayah dan ibuku dimana kenapa mereka tidak menjemput aku, teman-temanku semua dijemput oleh ibunya, hanya aku yang tidak.
Setiap kali Mira menanyakan keberadaan orang tuanya hatinya bagaikan teriris pisau yang tajam.
“Aya dan ibumu sekarang sedang kerja di luar kota. Nanti mereka pulang kok, gimana kalau tante yang jemput Mira besok di sekolah mau.
“tapi kapan tante, apa mereka sayang sama Mira, tante…. Bilang sama ayah dan ibu kalu Mira kangen banget”.
‘Ya sayang nanti tante bilang”
Yuli memeluk tubuh mungilnya keponakannya, Meri menangis dan bingung akan menjawab bila Mira bertanya sesuatu tentang ayah dan ibunya. Sekarang Mira berusia 6 tahun, tapi jika dewasa kelak pastilah ia tak bisa mengelak lagi dan Mira pun tak lagi percaya akan alasan yang sama.
Tanpa terasa tiga tahun telah berlalu, hari minggu 5 september 1999,Mira berulang tahun, ia bangun pagi-pagi sekali.
“selamat ulang tahun ya sayang”.
“makasih tante, ayah sama ibu mana tante “
Tantenya termenung sejenak kemudian ia menarik nafas yang panjang.
‘ayah sama ibu tidak bisa datang sayang, katanya tidak ada urusan yang tak bisa ditinggalkan, tapi yah dan ibu titip ini, katany buat Mira.
“nggak perlu, aku nggak mau, aku maunya ayah dan ibu”
Mira melemparkan kado yang diberikan tantenya, ia menangis dan berlari masuk ke kamar.
“Mira…………Dengarin tante”
“nggak…. , aku nggak mau “.
Yuli mengejar Mira.
“Mira……. tante boleh masuk nggak sekarang sayang. Ada yang ingin tante bicarakan”.
“nggak ……aku hanya mau ayah dan ibu, mereka tidak sayang sama Mira.Mira benci sama mereka, Mira benci……….?”.
“Mira jangan bicara seperti itu, ayah sama ibu lagi sibuk, mereka sayang bangat sama Mira, kan sudah ada tante”
Mira membuka pintu kamarnya dan ia memeluk tubuh Tante yulinya, Yuli membelai rambut keponakannya.
Yuli begitu sedih melihat Mira, seharusnya ia masih dapat memeluk ibunya mendapat kasih sayang kepada Mira.
Hal yang selalu dicemaskan Yuli terjadi juga, kini gadis kecil yang manis itu sudah menjadi remaja yang cantik.
Setipa malam, ia selalu menangis berharap bisa bertemu dengan orang tuanyameskipun hanya sekedar didalam mimpi, begitu besar harapan gadis ini setiap ia lelap tertidur dalam igauannya.
“sebelum meninggal, ibu titip ini buat Mira”.
Yuli memberikan titipan ibu Mira yang diberikan sebelum ia meninggal.
“Mira liontin ini diberikan oleh ibumu untuk Mira,Ibu meminta Mira untuk menjaganya”
Haru sedih bercampur dalam hati Mira, Mira menerima liontin itu dan ia pun berjanjiakan menjaga liontin itu baik-baik.
Dengan menceritakan semaua kepada Mira berharap, mira akan menjadi gadis yang periang, namun Mira menjadi gadis yang tertutup dan pendiam, untuk hidup ia sering sekali lupa makan, nampaknya ia tak sanggup menerima kenyataan orang tuanya yang telah tiada, karena selama ini ia berfikir ayah dan ibunya akan menjemput dan memeluknya Mira dengan penuh kasih sayang.
Karena terlalu sering berfikir Mira jatuh sakit, Yuli cemas kemudian membawa Mira ke rumah sakit. Oleh dokter Mira didiagnosa mengidap kanker darah stadium4. Mira menangis, sesak dadanya melihat Mira menderita oleh penyakitnya. Yuli menjaga Mira dengan baik, ia berharap Mira akan segera sembuh dari penyakitnya.
Setelah hampir 2 minggu Mira di rawat di rumah sakit, Tuhan berkehendak lain seminggu kemudian Mira mengeluh, Ia sesak nafas, karena tak kuat menahan sakit Mira gadis cantik ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya
Yuli menangis sesah-sesak, ia tak percaya gadis kecil kesayangannya telah pergi untuk selamanya. Setelah Mira dibaringkan dipembaringannya. Yuli jatuh pingsan orang yang datang untuk melayat, sejenak sibuk mengangkat tubuh Yuli.
Dalam tidur sejenak itu Yuli melihat miratersenyum bahagia bersama kedua orang tuanya. Setelah sadar dari pingsannya kesedihan Yuli sedikit berkurang karena ia merasa kini Mira keponakannya yang tersayang telah bahagia disana, meskipun sedih kini Yuli tahu inilah keputusan terbaik dari Tuhan untuk Mira
Impian Mira untuk berkumpul bersama kelurganya telah tecapai dan kini ia bisa tersenyum manis.

4.
Biarlah

Pagi yang cerah dan bersinar saat menjelang siang, kami bersama berjalan di jembatan Ampera, matahari yang bersinar terang menyinari kebumi begitu pula awan yang putih menjadi tenang dengan santainya, Alir mudik memecah kebisuan ombak, air sungai yang jernih dan bergelombang membuat tanaman enceng gondok bergoyang- goyang di bawah gelombang.
Angin sungai musi yang sepoi berhembus kedarat membuat kami menjadi betah sejuk dan dingin, perahu-perahu kecil berlayar hilir mudik melintas dibawah jembatan Ampera aku melihat sekeliling namun alangkah sakitnya aku ketika aku melihat pujaanku berjala dengan perempuan lain, ingin aku caci maki ia tapi aku tak mampu mengejar luka yang menganga hingga aku diam melihat kepergian mereka.
“ mungkin bukan dia “bisik hatiku
Aku melupakan kejadian itu kuanggap semua hanya angin yang berlalu, teriknya matahari membakar hatku bukan tubuhku.
Aku akui memang sudah beberapamingu ini tak pernahberjumpa dengannya tapi aku rasa hubungan yang kami jalani masih baik-baik saja hanya kesibukkan satu sama lain yang memaksa kami menjaani sendiri-sendiri.
Seminggu telah berlalu hingga kejadian itu Andika makin sulit untuk aku hubungi, dengan berbagai alasan ia menolak untuk menemuiku , aku bingung dan cemas entah apa yang harus aku lakukan
Rasa penasaran yang besar memaksaku mendatangi rumahnya , betapa terkejutnya aku ketika ku buka pintu rumahnya Andika dan perempuan itu sedang berkencan dalam gulatan hangat
“andika…….”menetes air mataku
Andika yang mulai menyadari kedatanganku ,malu dan menunduk
“Aku bisa jelaskan semuanya”
“ aku tak butuh penjelasan darimu”
“ aku ……..aku…..”
“ aku apa aku jijik melihat semua tingkahmu, aku pikir kau berbeda dengan laki-laki yang lain ternyata kau lebih hina dari pada mereka, kau ingat janjimu padaku bahkan bersumpahpun kau tak pantas”
Aku berlari meninggalkan rumahnya jjik aku melihat semua yang sudah aku lihat melihat tingkah kotornya.
Setiap hari andika meneleponku tapi tak pernah aku angkat telepon darinya semua tingkahnya telah meluuhkan cinta dalam hatiku yang ada hanya kebencian yang menjadi- jadi. Entah bagaimana jika perasaan itu aku dapat ungkapkan mungkin inilah penyesalan terbesar dalam hidupku bagaimana tidak didepan mataku aku melihat hal takpantas yang dilakukan oleh manusia bahkan binatang yang bermatabat rendahpun tak akan melakukan hal menjijikan itu.
Deritaku atas terornya berakhir sudah ketika ia kudengar telah menikah dengan wanita itu.Jika harus jujur perih ya ng aku rasakan tapi ini jalan terbaik dari pada aku harus













5.
Dia

Aku bernama Ardila dan aku dipangil Dilla, aku terlahir dalam keluarga yang bahagia, aku mahasiswi sebuah perguruan tinggi ternama disebuah universitas, aku memiliki sebuah kisah cinta yang indah bersama seorang laki-laki bernama Firman.
Semua berjalan indah, hamper setiap waktu ku habiskan bersamanya entah itu pergi atau hanya sekedar bercanda akupun menyukai setiap waktu yang ku jalani bersamanya. Namun buah manis itu hanya berbuah luka ketika satu minggu ia tak pernah menghubungiku aku menjadi cemas atas hubunganku dengannya terlebih ia semakin sulit untuk aku temui .
Pencarianku terhenti ketika ku terima undangan pernikahan atas namanya disana padahal hubungan kamipun belum pernah ia katakana berakhir,entah bagaiman perasaanku saat itu
“apa yang harus aku lakukan tuhan, kenapa ia lakukan ini semua padaku setega ini ia lakukan padaku”
Dengan hati yang lapang ku kuatkan hati ini menghadiri pernikahannya, menitih airmataku ketika aku disambut oleh keluarganya
“ apa …kabar nak , kamu tetap anakku sekalipun kalian tak berjodoh”
“ terimakasih bu”
Aku diajak menemui Firman, berkecamuk perasaan didalam batinku saat kulihat ia duduk bersanding dengan wanita itu Lira.
“ Maaaf kan aku dila”bisiknya lemah
Aku mendengar semua perkataannya, namun aku tak mampu berkata apaun air mata ini kutahan dengan semua perasaan yang hancur.jika harus jujur inilah perasaan yang paling hancur dalam hidupku.
Setahun telah berlalu, namun iabelum dapat aku lupakan namun aku terkejut ketika firmanmulai mendekatiku kembali dengan sejuta kata indah, ia merayuku dengan sejuta kata
“dek boleh kita bertemu”
“ mau apa lagi,kak sepertinya kita tidak ada hal yang harus dibicarakan, lagi pula status kita telah berbedakau suami dari seorang istri dan aku mantan kekasihmu sepertinya tak pantas kita lakukan hal itu”
“tapi, aku mencintaimu dan aku menyesal atas semua keputusan yang ku ambil karena aku tidak bisa hidup tanpamu”
“ Maaf, semua itu sudah terlambat, jika harus jujur aku akui aku masih sangat mencintaimu tapi cinta tak selamanya harus memiliki karena cinta itu adalah pengorbanan sama seperti aku melepaskan mu untukknya”
“ maaf, tapi……”
“ sudahlah, semua terambat terlebih minggu depan aku akan menikah dengan laki-laki lain tolong jauhlah dari hidupku karena aku akan menjadi miliknya”
TUT…………………
Kumatikan hpku,
MAAFKAN AKU MAS……………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar